Model Belajar cooperative learning tipe Team Games Tournament (TGT)


PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Salah satu masalah dalam pembelajaran di sekolah adalah rendahnya hasil belajar siswa. Hasil belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor dari dalam (internal) maupun faktor dari luar (eksternal). Menurut Suryabrata (1982: 27) yang termasuk faktor internal adalah faktor fisiologis dan psikologis (misalnya kecerdasan motivasi berprestasi dan kemampuan kognitif), sedangkan yang termasuk faktor eksternal adalah faktor lingkungan dan instrumental (misalnya guru, kurikulum, dan model pembelajaran). Bloom (1982: 11) mengemukakan tiga faktor utama yang mempengaruhi hasil belajar, yaitu kemampuan kognitif, motivasi berprestasi dan kualitas pembelajaran. Kualitas pembelajaran adalah kualitas kegiatan pembelajaran yang dilakukan dan ini menyangkut model pembelajaran yang digunakan.
Sering ditemukan di lapangan bahwa guru menguasai materi suatu subjek dengan baik tetapi tidak dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik. Hal itu terjadi karena kegiatan tersebut tidak didasarkan pada model pembelajaran tertentu sehingga hasil belajar yang diperoleh siswa rendah. Timbul pertanyaan apakah mungkin dikembangkan suatu model pembelajaran yang sederhana, sistematik, bermakna dan dapat digunakan oleh para guru sebagai dasar untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik sehingga dapat membantu meningkatkan motivasi berprestasi dan hasil belajar. Berkenaan dengan hal itu, maka dengan memperhatikan berbagai konsep dan teori belajar dikembangkanlah suatu model pembelajaran yang disebut dengan model pembelajaran kooperatif.
Ada 6 langkah utama di dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif, demikian diungkapkan oleh Streeter, 1999. Keenam langkah itu adalah: pembelajaran dimulai dengan guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar. Langkah ini kemudian diikuti oleh penyajian informasi baik berupa bahan bacaan maupun informasi verbal lainnya. Selanjutnya siswa dikelompokkan ke dalam kelompok-kelompok belajar. Tahap ini selanjutnya diikuti dengan bimbingan oleh guru pada saat siswa belajar dalam kelompok. Lalu, guru memberikan evaluasi tentang hal-hal yang telah mereka pelajari dan kemudian memberikan penghargaan terhadap usaha-usaha yang telah dilakukan oleh individu maupun oleh kelompok.
Model pembelajaran kooperatif mempunyai banyak sekali variasi. Salah satu di antaranya adalah model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournaments). Menurut Saco (2006), dalam TGT siswa memainkan permainan-permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh skor bagi tim mereka masing-masing. Permainan dapat disusun guru dalam bentuk kuis berupa pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran. Kadang-kadang dapat juga diselingi dengan pertanyaan yang berkaitan dengan kelompok (identitas kelompok mereka).
Diharapkan dengan adanya penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam kegiatan belajar mengajar di kelas dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

B.                 Perumusan masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
  1. Apa yang dimaksud dengan Model pembelajaran cooperative learning tipe TGT (Teams Games Tournament)?
  2. Bagaimana keterlaksanaan sintaks Model pembelajaran cooperative learning tipe TGT (Teams Games Tournament)?
  3. Apa kelebihan dan kekurangan dari Model pembelajaran cooperative learning tipe TGT (Teams Games Tournament)?

C.                Tujuan penulisan
Tujuan penulisan karya tulis ini, antara lain untuk:
a.       Mengetahui pengertian dari model pembelajaran cooperative learning tipe TGT (Teams Games Tournament).
b.      Mengetahui keterlaksanaan sintaks dari Model pembelajaran cooperative learning tipe TGT (Teams Games Tournament).
c.       Mengetahui kelebihan dan kekurangan dari Model pembelajaran cooperative learning tipe TGT (Teams Games Tournament).



BAB III
INTI
A.    Pengertian model pembelajaran cooperative learning tipe TGT (Teams Games Tournament).
TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok – kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku kata atau ras yang berbeda. Guru menyajikan materi, dan siswa bekerja dalam kelompok mereka masing – masing. Dalam kerja kelompok guru memberikan LKS kepada setiap kelompok. Tugas yang diberikan dikerjakan  bersama – sama dengan anggota kelompoknya. Apabila ada dari anggota kelompok yang tidak mengerti dengan tugas yang diberikan, maka anggota kelompok yang lain bertanggungjawab untuk memberikan jawaban atau menjelaskannya, sebelum mengajukan pertanyaan tersebut kepada guru. Akhirnya untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah menguasai pelajaran, maka seluruh siswa akan diberikan permainan akademik.
Dalam permainan akademik tersebut siswa akan dibagi dalam    meja – meja turnamen, dimana setiap meja turnamen terdiri dari 5 sampai 6 orang yang merupakan wakil dari kelompoknya masing – masing. Dalam setiap meja permainan diusahakan agar tidak ada peserta yang berasal dari kelompok yang sama. Siswa dikelompokkan dalam satu meja turnamen secara homogen dari segi kemampuan akademik, artinya dalam satu meja turnamen kemampuan setiap peserta diusahakan agar setara. Hal ini dapat ditentukan dengan melihat nilai yang mereka peroleh pada saat pre-test. Skor yang diperoleh setiap peserta dalam permainan akademik dicatat pada lembar pencatat skor. Skor kelompok diperoleh dengan menjumlahkan skor – skor yang diperoleh anggota suatu kelompok, kemudian dibagi banyaknya anggota kelompok tersebut. Skor kelompok ini digunakan untuk memberikan penghargaan tim berupa sertifikat dengan mencantumkan predikat tertentu.
Pembelajaran kooperatif model TGT adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement.
Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif model TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.
Pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement. Teams Games-Tournaments (TGT) pada mulanya dikembangkan oleh David DeVries dan Keith Edwards.
Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.
TGT menekankan adanya kompetisi yang dilakukan dengan cara membandingkan kemampuan antara anggota kelompok/tim dalam suatu bentuk “turnamen”. Sedangkan dalam STAD, siswa bekerja di kelompok untuk belajar dari temannya serta mengajar temannya. Lebih lanjut Wartono dkk (2004:16) menjelaskan bahwa dalam TGT siswa memainkan permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh pembahasan skor pada tim mereka. Permainan ini disusun dari pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan pelajaran yang dirancang untuk mengetes kemampuan pengetahuan siswa. Pertanyaan-pertanyaan tersebut ditulis pada kartu-kartu yang diberi angka yang dimainkan pada meja turnamen yang diisi wakil-wakil kelompok yang berbeda namun mempunyai kemampuan yang setara yang ditunjuk oleh guru. Tiap wakil dari kelompok-kelompok tersebut akan mengambil sebuah kartu yang diberi angka dan berusaha untuk menjawab pertanyaan yang sesuai dengan angka tersebut. Turnamen ini memungkinkan tingkat untuk menyumbangkan skor-skor bagi kelompoknya bila mereka berusaha dengan maksimal. Dengan demikian siswa akan termotivasi untuk aktif dalam proses belajar mengajar.
Ada5 komponen utama dalam komponen utama dalam TGT yaitu:
1.  Penyajian kelas
Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas, biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah, diskusi yang dipimpin guru. Pada saat penyajian kelas ini siswa harus benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan guru, karena akan membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat game karena skor game akan menentukan skor kelompok.
2.  Kelompok (team)
Kelompok biasanya terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa yang anggotanya heterogen dilihat dari prestasi akademik, jenis kelamin dan ras atau etnik. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game.
3.  Game
Game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian kelas dan belajar kelompok. Kebanyakan game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor. Siswa memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu. Siswa yang menjawab benar pertanyaan itu akan mendapat skor. Skor ini yang nantinya dikumpulkan siswa untuk turnamen mingguan.
4.  Turnamen
Biasanya turnamen dilakukan pada akhir minggu atau pada setiap unit setelah guru melakukan presentasi kelas dan kelompok sudah mengerjakan lembar kerja. Turnamen pertama guru membagi siswa ke dalam beberapa meja turnamen. Tiga siswa tertinggi prestasinya dikelompokkan pada meja I, tiga siswa selanjutnya pada meja II dan seterusnya.

5.  Team recognize (penghargaan kelompok)
Guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang, masing-masing team akan mendapat sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor memenuhi kriteria yang ditentukan. Team mendapat julukan “Super Team” jika rata-rata skor 45 atau lebih, “Great Team” apabila rata-rata mencapai 40-45 dan “Good Team” apabila rata-ratanya 30-40
Kriteria Pengahrgaan Kelompok
Kriteria ( Rerata Kelompok )
Predikat
30 sampai 39
Tim Kurang baik
40 sampai44
Tim Baik
45 sampai 49
Tik Baik Sekali
 50 ke atas
Tim Istimewa

Adapun sintaks model pembelajaran kooperatif Tipe TGT dapat dilihat dibawah ini:
Fase-fase Pembelajaran Tingkah laku Guru
Fase I
Menyampaikan tujuan dan motivasi siswa Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.
Fase II
Menyampaikan informasi atau materi pelajaran Guru menyampaikan informasi atau materi pelajaran kepada siswa dengan cara demonstrasi atau lewat bahan bacaan.



Fase III
Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok belajar Guru menjelaskan siswa bagaimana caranya membentuk kelompok agar melakukan transisi secara efisien dalam belajar.
Fase IV
Membimbing kelompok belajar dan belajar serta turnamen Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mengajarkan tugas bersama serta memandu siswa memainkan suatu permainan sesuai dengan struktur pembelajaran kooperatif tipe TGT.
Fase V
Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar siswa; menentukan skor individual dan kemajuannya, menentukan skor rata-rata kelompok.
Fase VI
Memberikan penghargaan Guru mencari cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

B.     Keterlaksanan sintaks Model pembelajaran cooperative learning tipe TGT (Teams Games Tournament)?

1.                     Penyajian kelas (class precentation); Fase I & Fase II
Pada awal pembelajaran guru mengucapkan salam, mengabsen siswa ,  menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa. Kegiatan pembelajaran dengan materi ”Struktur Sel”  ini bertujuan agar siswa dapat menjelaskan bagian-bagian dari sel hewan dan sel tumbuhan beserta fungsinya dengan baik serta mengetahui perbedaan di  antara keduanya. Selain itu guru juga mengajak siswa untuk  mengingat materi apa yang sudah dipelajari sebelumnya. Kemudian guru mengadakan pretest guna mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi yang akan diberikan, karena pada pertemuan sebelumnya siswa sudah diberi buku pegangan tentang materi ”Struktur Sel” untuk dipelajari di rumah. Soal pretest ini langsung dikoreksi secara bersama-sama sembari guru menjelaskan materi secara garis besar.
 Pada tahap ini sebelum guru menyampaikan tujuan pembelajaran guru juga memberikan apersepsi kepada siswa agar siswa lebih tertarik lagi untuk mempelajari materi yang akan disampaikan dan memperoleh gambaran tentang materi tersebut. Apersepsi diberikan dengan mambawa media secara langsung berupa batang kayu mewakili sel tumbuhan yang berdinding sel sehingga memiliki struktur yang kaku dan keras,dan dibandingakn dengan kulit manusia mewakili sel hewan yang tidak memiliki dinding sel sehingga strukturnya lentur dan mudah berubah bentuk. Hal itu dapt memberikan gambaran kepada siswa tentang perbedaan antara sel hewan dan sel tumbuhan.
Pada saat penyajian kelas ini siswa harus benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan guru, karena akan membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat game karena skor game akan menentukan skor kelompok.

2. Kelompok (teams); Fase III
Pada tahap ini guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok. Tiap kelompok  terdiri dari 4 orang siswa yang anggotanya heterogen dilihat dari prestasi akademik, jenis kelamin dan ras atau etnik. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game.
Metode yang digunakan dalam membagi kelompok ini adalah dengan menggunakan bendera berwarna. Siswa yang memperoleh warna bendera yang sama berada dalam satu kelompok. Dengan adanya bendera ini guru dapat membagi siswa menjadi kelompok yang heterogen. Misal untuk bendera merah, diperoleh oleh siswa yang tingkat prestasi akademiknya tinggi, sedang, maupun rendah, begitu juga untuk warna-warna bendera selanjutnya.
Lalu guru memberi LKS (Lembar kerja siswa) untuk kemudian dikerjakan secara berkelompok. Dalam tahap ini siswa menganalisis  dua gambar sel buta (tanpa keterangan) untuk dapat menyebutkan bagian-bagian sel tersebut beserta fungsinya. Lalu membandingkan perbedaan di antara keduanya dan menyimpulkan gambar sel apakah itu.

3. Permainan (games) & Pertandingan (tournament); Fase IV & Fase V
Permainan terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian kelas dan belajar kelompok. Pada permainan ini setiap siswa yang bersaing merupakan wakil dari kelompoknya. Dalam setiap meja turnamen diusahakan setiap peserta homogen dan tidak berasal dari kelompok yang sama. Siswa yang mewakili kelompoknya, masing – masing ditempatkan dalam meja – meja turnamen.. Permainan ini dibagi menjadi tiga babak sesuai tingkat kesulitan soal. Sebelum permainan dimulai guru memberitahukan aturan permainan.
ü     Babak pertama berupa permainan kartu soal.
Permainan dimulai dengan membagikan kartu – kartu soal untuk bermain (kartu soal dan kunci ditaruh  terbalik di atas meja sehingga soal dan kunci tidak terbaca). Permainan pada tiap meja turnamen dilakukan dengan aturan sebagai berikut. Pertama, setiap pemain dalam tiap meja menentukan dulu pembaca soal dan pemain yang pertama dengan cara undian.
Kemudian pemain yang menang undian mengambil kartu undian yang berisi nomor soal dan diberikan kepada pembaca soal. Pembaca soal akan membacakan soal sesuai dengan nomor undian yang diambil oleh pemain. Selanjutnya soal dikerjakan secara mandiri oleh pemain dan penantang sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dalam soal. Setelah waktu untuk mengerjakan soal selesai, maka pemain akan membacakan hasil pekerjaannya yang akan ditangapi oleh penantang searah jarum jam. Setelah itu pembaca soal akan membuka kunci jawaban dan skor hanya diberikan kepada pemain yang menjawab benar atau penantang yang pertama kali memberikan jawaban benar.Jika semua pemain menjawab salah maka kartu dibiarkan saja.
 Permainan dilanjutkan pada kartu soal berikutnya sampai semua kartu soal habis dibacakan, dimana posisi pemain diputar searah jarum jam agar setiap  peserta dalam satu meja turnamen dapat berperan sebagai pembaca soal, pemain, dan penantang. Disini permainan dapat dilakukan berkali – kali dengan syarat bahwa setiap peserta harus mempunyai kesempatan yang sama sebagai pemain, penantang, dan pembaca soal.
Dalam permainan ini pembaca soal hanya bertugas untuk membaca soal dan membuka kunci jawaban, tidak boleh ikut menjawab atau memberikan jawaban pada peserta lain. Setelah semua kartu selesai terjawab, setiap pemain dalam satu meja menghitung jumlah kartu yang diperoleh dan menentukan berapa poin yang diperoleh berdasarkan tabel yang telah disediakan. Pada babak pertama tingkat kesulitannya masih rendah dan point untuk setiap pertanyaan yang terjawab adalah sama yakni 10. Selanjutnya setiap pemain kembali kepada kelompok asalnya.
ü     Babak kedua berupa permainan tebak kata
Pada babak ini tiap kelompok harus mengirimkan dua orang wakilnya untuk bermain di meja turnamen. Kartu soal berisi istilah-istilah tentang sel dibagikan pada salah satu wakil kelompok untuk kemudian berperan sebagai peraga yang mendeskripsikan istilah yang tersembunyi dalam kartu tersebut, sedangkan pasangannya bertugas menebak. Semakin banyak kartu yang diperoleh,semakin banyak point yang didapatkan.
ü     Babak ketiga berupa kuis cerdas cermat
Babak ketiga merupakan babak yang paling menentukan, dan tingkat kesulitannya paling tinggi. Pada babak ini tiap kelompok mewakilkan satu orang untuk maju ke meja turnamen. Bentuk permainan dikemas dengan cara menjawab pertanyaan secara langsung dan saling berebut untuk mendapatkan point yang sebanyak-banyaknya.
   Pada tahap ini guru dituntut untuk dapat tetap menjaga agar keadaan kelas tetap kondusif. Dan setelah permainan berakhir guru memberikan evaluasi pada siswa dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada par asiswa mengenai materi yang telah dipelajari tadi. Dalm hal ini siswa juga dapat menanyakan hal-hal yang masih kurang jelas kepada guru.

 4. Penghargaan kelompok (team recognize); Fase VI
Guru menghitung jumlah nilai total dan nilai rata-rata kelompok,kemudian mengumumkan kelompok yang menang, masing-masing team akan mendapat sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor memenuhi kriteria yang ditentukan. Team mendapat julukan “Super Team” jika rata-rata skor 45 atau lebih, “Great Team” apabila rata-rata mencapai 40-45 dan “Good Team” apabila rata-ratanya 30-40.

C.    Kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran cooperative learning tipe TGT (Teams Games Tournament).

Kelebihan:
a.       Berkaitan dengan hasil belajar akademik, salah satu tujuannya adalah untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik.
b.      Berkaitan dengan penerimaan terhadap individu, pembelajaran kooperatif bertujuan untuk melatih siswa menghargai satu sama lain dalam keadaan perbedaan latar belakang dan kondisi yang ada pada siswa.
c.       Berkaitan dengan pengembangan keterampilan sosial, pembelajaran kooperatif mengajarkan siswa keterampilan kerja sama, hal ini sangat penting karena saat ini sebagai lapangan kerja dilakukan dalam organisasi yang membutuhkan kerja sama dengan orang lain.
d.      Para siswa di dalam kelas-kelas yang menggunakan TGT memperoleh teman yang secara signifikan lebih banyak dari kelompok rasial mereka dari pada siswa yang ada dalam kelas tradisional.
e.       Meningkatkan perasaan/persepsi siswa bahwa hasil yang mereka peroleh tergantung dari kinerja dan bukannya pada keberuntungan.
f.       TGT meningkatkan harga diri sosial pada siswa tetapi tidak untuk rasa harga diri akademik mereka.
g.      TGT meningkatkan kekooperatifan terhadap yang lain (kerja sama verbal dan nonberbal, kompetisi yang lebih sedikit)
h.      Keterlibatan siswa lebih tinggi dalam belajar bersama
i.        TGT meningkatkan kehadiran siswa di sekolah pada remaja-remaja dengan gangguan emosional, lebih sedikit yang menerima skors atau perlakuan lain.
j.        Meningkatkan pembelajaran siswa dan prestasi akademik
k.      Meningkatkan kepuasan siswa dengan pengalaman belajar mereka
l.        Membantu siswa mengembangkan ketrampilan dalam komunikasi lisan
m.    Membantu untuk mempromosikan hubungan ras positif
n.      Hasil belajar lebih baik.
Kekurangan:
a.       Guru senantiasa lebih mengembangkan diri dengan menambah wawasan pengetahuan.
b.      Guru harus dapat lebih memotivasi siswa agar proses belajar mengajar dapat mencapai tujuan yang ditetapkan. motivasi adalah semua yang berhubungan dengan timbul dan berkembangnya daya penggerak di dalam pribadi orang untuk melakukan aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan. Motivasi belajar merupakan suatu dorongan yang dimiliki oleh siswa untuk meningkatkan dan mempertahankan kondisi belajarnya yang diwujudkan dalam aktivitas bersekolah.
c.       Banyak guru yang belum mengetahui tentang TGT.
d.      Sulitnya pengelompokan siswa yang mempunyai kemampuan heterogen dari segi akademis. Kelemahan ini akan dapat diatasi jika guru yang bertindak sebagai pemegang kendali teliti dalam menentukan pembagian kelompok
e.       Waktu yang dihabiskan untuk diskusi oleh siswa cukup banyak sehingga melewati waktu yang sudah ditetapkan. Kesulitan ini dapat diatasi jika guru mampu menguasai kelas secara menyeluruh
f.       Siswa berkemampuan tinggi kurang terbiasa dan sulit memberikan penjelasan kepada siswa lainnya. Untuk mengatasi kelemahan ini, tugas guru adalah membimbing dengan baik .

BAB III
PENUTUP
  1. KESIMPULAN
    • TGT (Teams Games Tournaments) adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok – kelompok belajar secara heterogen dan menggunakan permainan akademik dalam kegiatan pembelajaran.
    • Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif model TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.
    • Menurut Slavin pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri dari 5 langkah tahapan yaitu : tahap penyajian kelas belajar dalam kelompok (teams), permainan (geams), pertandingan (tournament), dan perhargaan kelompok ( team recognition)
    • Sintaks model pembelajaran kooperatif tipe TGT :
-          Penyampaian apersepsi, tujuan dan motivasi siswa
-          Penyampaian informasi atau materi pelajaran (dengan cara demonstrasi, lewat bahan bacaan, gambar,dan slide)
-          Pengorganisasian siswa kedalam kelompok belajar secara heterogen
-          Membimbing kelompok belajar serta turnamen dan membimbing siswa dalam memainkan suatu permainan akademik.
-          Evaluasi hasil belajar siswa, menentukan skor individual dan kemajuannya, menentukan skor rata-rata kelompok.
-          Guru mencari cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

DAFTAR PUSTAKA

Allyn dan Bacon, 1999. Coperatif Learning Theory Rosearch Practice. (Onlinb. www,Google Com. Kooperatif. Diaskes  April 2010).
Anatahime. 2010. http://biologyeducationresearch.blogspot.com.
Ibrahim, M. Dkk, 2000. Pembelajaran Kooperatif . Universitas Negeri Surabaya : University Perss.
Rahardi, Moersetyo. Penerapan Model Belajar Kooperatif Tipe Teams Games Tournament Dalam Pembelajaran Matematika Sekolah Menengah Umum Conline, www Google. Com (Http:// TGT.Com).
-           



Post a Comment for "Model Belajar cooperative learning tipe Team Games Tournament (TGT)"