BAB I
PENDAHULUAN
Sebagai calon tenaga pendidik, tentu kita harus memiliki ilmu yang
berguna bagi kita untuk dapat terjun ke sekolah-sekolah
untuk melaksanakan kewajiban sebagai pengajar. Oleh karena itu berbagai ilmu terkait yang mendukung dan berguna bagi kitaharus dipelajari dengan baik.
untuk melaksanakan kewajiban sebagai pengajar. Oleh karena itu berbagai ilmu terkait yang mendukung dan berguna bagi kitaharus dipelajari dengan baik.
Ilmu yang harus dimiliki seorang calon tenaga pendidik diantaranya
adalah kemampuan dalam menyusun tujuan pembelajaran, indicator, memberikan
nilai hasil proses belajar serta melakukan evaluasi terhadap proses pembelajaran.
Dalam setiap kegiatan pendidikan tidak akan bisa dipisahkan dari kegiatan evaluasi.
Evaluasi
pembelajaran merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari penyelenggaraan
pembelajaran secara keseluruhan. Dalam suatu pembelajaran, evaluasi
diselenggarakan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan
berdasarkan telaah mendalam terhadap kebutuhan pembelajaran. Tujuan
pembelajaran diupayakan pencapainnya melalui serangkaian kegiatan pembelajaran
yang dirancang secara matang dan seksama secara sungguh-sungguh agar
tujuan-tujuan pembelajaran itu dapat dicapai. Kedudukan evaluasi dalam desain
penyelenggaraan pembelajaran sebagai bagian akhir dari rangkaian tiga komponen
pokok penyelenggaraan pembelajaran, yaitu tujuan pembelajaran, kegiatan pembelajaran,
dan evaluasi hasil kegiatan pembelajaran.
Pada
kenyataannya dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar (KBM) termasuk sistem
penilainnya, banyak pendidik yang masih mengalami kesulitan untuk menyusun tes
dan mengembangkan butir soal yang valid dan reliabel. Oleh karena itu,
pemerintah membuat berbagai panduan pelaksanaan KBM yang salah satu diantaranya
adalah panduan penyusunan soal.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian test
Tes
berasal dari bahasa latin testum yang
berarti alat untuk mengukur tanah. Dalam bahasa Perancis Kuno, kata tes berarti
ukuran yang digunakan untuk membedakan antara emas dan perak serta logam
lainnya (Thoha.1991:43)
Dalam
Encyclopedia of Educational Evaluations, tes diartikan; any series of questions or exercises or other means of measuring the
skill, knowledge, intelligence, capacities or aptitudes of an individual or
group, (Anderson, dkk., 1976:425)
Sedangkan
Sumadi Suryabrata, mengartikan tes adalah “pertanyaan – pertanyaan yang harus
dijawab atau perintah perintah yang harus dijalankan, yang mendasarkan harus
bagaimana testee menjawab pertanyaan – pertanyaan atau melakukan perintah –
perintah itu, penyelidik mengambil kesimpulan dengan cara membandingkan dengan
standar atau testee lainnya” (Sumadi Suryabrata, 1984: 22).
Secara
harfiah kata “test” berasal dari kata bahasa prancis kuno: testum yang berarti
piring untuk menyisihkan logam-logam mulia, dalam bahasa Indonesia
diterjemahkan dengan tes yang berarti ujian atau percobaan.
Dari segi istilah, menurut Anne Anastasi, test adalah
alat pengukur yang mempunyai standar obyektif sehingga dapat digunakan secara
meluas, serta dapat betul-betul digunakan dan membandingkan keadaan psikis atau
tingkah laku individu. Sedangkan menurut F.L. Geodenough, test adalah suatu
rangkaian tugas yang diberikan kepada individu atau sekelompok individu dengan
maksud untuk membandingkan kecapan antara satu dengan yang lain.
Dari pengertian diatas, diambil pengertian, tes adalah
alat pengukuran berupa pertanyaan, perintah, dan petunjuk yang ditujukan kepada
tastee untuk mendapatkan respon sesuai dengan petunjuk itu. Atas dasar respon
tersebut ditentukan tinggi rendahnya skor dalam bentuk kuantitatif selanjutnya
dibandingkan dengan standar yang telah ditentukan untuk ditarik kesimpulan yang
bersifat kualitatif. Dapat juga diartikan bahwa test adalah cara yang dapat digunakan atau prosedur yang
dapat ditempuh dalam rangka pengukuran dan penilaian yang dapat berbetuk
pemberian tugas, atau serangkaian tugas sehingga dapat dihasilkan nilai yang
dapat melambangkan prestasi.
B.
Fungsi Test
Secara umum test memiliki dua fungsi yaitu:
- Sebagai alat pengukur terhadap peserta didik. Dalam hal ini test berfungsi mengukur tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah dicapai oleh peserta didik setelah mereka menempuh proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu
- Sebagai alat pengukur keberhasilan program pengajaran, karena melalui test tersebut dapat diketahui seberapa jauh tujuan pembelajaran telah dicapai.
C. Bentuk-Bentuk Tes
a.
Menurut pelaksanaannya dalam
praktek test terbagi atas:
·
Tes tulisan (written tes),
yaitu test yang mengajukan butir-butir pertanyaan dengan mengharapkan jawaban
tertulis. Biasanya test ini digunakan untuk mengukur aspek kognitif peserta
didik.
·
Test lisan (oral test), yaitu
tes yang mengajukan pertanyan-pertanyaan dengan menghendaki jawaban secara
lisan. Test ini juga dilakukan untuk aspek kognitif peserta didik.
·
Test perbuatan (performance
test), yaitu tes yang mengajukan pertanyan-pertanyaan dengan menghendaki
jawaban dalam bentuk perbuatan. Test ini digunakan untuk menilai aspek
psikomotor/ keterampilan peserta didik.
b.
Menurut
fungsinya test terbagi atas:
·
Tes formatif (formative test),
yaitu test yang dilaksanakan setelah selesainya satu pokok bahasan. Test ini
berfungsi untuk menetukan tuntas tidaknya satu pokok bahasan. Tindak lanjut
yang dapat dilakukan setelah diketahui hasil test formatif peserta didik
adalah:
i.
Jika materi yang ditestkan
itu telah dikuasai, maka pembelajaran dilanjutkan dengan pokok bahasan yang
baru.
ii.
Jika ada bagian-bagian yang
belum dikuasai oleh peserta didik, maka sebelum melanjutkan pokok bahasan yang
baru, terlebih dahulu diulangi atau dijelaskan kembali bagian-bagian yang belum
di kuasai. Hal ini bertujuan untuk memperbaiki tingkat penguasaan peserta didik
·
Tes sumatif (summative test),
yaitu test yang diberikan setelah sekumpulan satuan program pembelajaran
selesai diberikan. Disekolah test ini dikenal sebagai ulangan umum.
·
Test diagnostik (Diagnostic
test), yaitu test yang dilakukan untuk menentukan secara tepat, jenis kesulitan
yang dihadapi oleh peserta didik dalam suatu mata pelajaran tertentu.
c.
Menurut waktu diberikannya test
terbagi atas:
·
Pra test (pre test), yaitu test
yang diberikan sebelum proses pembelajaran. Test ini bertujuan untuk mengetahui
sejauh manakah materi yang akan diajarkan telah dapat dikuasai oleh peserta
didik. Jenis-jenis pra test antara lain:
i.
Test persyaratan (Test of
entering behavior), yaitu tes yang dilaksanakan untuk mengetahui kemampuan
dasar yang menjadi syarat guna memasuki suatu kegiatan tertentu.
ii.
Input test (test of input
competence), yaitu test yang digunakan menentukan kegiatan belajar yang
relevan, berhubungan dengan kemampuan dasar yang telah dimiliki oleh peserta
didik.
·
Test akhir (Post test), yaitu
test yang diberikan setelah dilaksanakan proses pembelajaran. Tes tersebut
bertujuan untuk mengetahui tingkat kemajuan intelektual (tingkat penguasaan
materi) peserta didik. Biasanya test ini berisi pertanyaan yang sama dengan pra
test.
d.
Menurut
kebutuhannya, macam test antara lain:
·
Psycho test, yaitu test tentang
sifat-sifat atau kecenderungan atau hidup kejiwaan seseorang (peserta didik).
·
IQ test, yaitu test kecerdasan.
Test ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kecerdasan seseorang (peserta
didik).
·
Test kemampuan (aptitude test),
yaitu test bakat. Test ini bertujuan untuk mengungkap kemampuan atau bakat
khusus yang dimiliki oleh seseorang.
e.
Menurut jenisnya tes terbagi
menjadi:
·
Test standar, yaitu test yang
sudah dibakukan setelah mengalami beberapa kali uji coba (try out) dan memenuhi
syarat test yang baik.
·
Test buatan guru, yaitu test
yang dibuat oleh guru.
f.
Menurut jenis waktu yang
disediakan test terdiri atas:
·
Power test, yakni test dimana
waktu yang disediakan untuk menyelesaikan test tidak dibatasi.
·
Speed test, yaitu test dimana
waktu yang disediakan untuk menyelesaikan test dibatasi.
D.
Teknik dan Macam - Macam Tes
1.
Teknik Tes
Ada dua
macam teknik yang dapat digunakan dalam melaksanakan evaluasi, yaitu teknik tes
dan teknik non tes. Teknik tes meliputi tes lisan, tes tertulis dan tes perbuatan.
Tes lisan dilakukan dalam bentuk pertanyaan lisan di kelas yang dilakukan pada
saat pembelajaran di kelas berlangsung atau di akhir pembelajaran. Tes tertulis
adalah tes yang dilakukan tertulis, baik pertanyaan maupun jawabannya.
Sedangkan tes perbuatan atau tes unjuk kerja adalah tes yang dilaksanakan
dengan jawaban menggunakan perbuatan atau tindakan.
Evaluasi dengan menggunakan teknik tes
bertujuan untuk mengetahui:
a. Tingkat kemampuan awal siswa
b. Hasil belajar siswa
c. Perkembangan prestasi siswa
d. Keberhasilan guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran
a. Tingkat kemampuan awal siswa
b. Hasil belajar siswa
c. Perkembangan prestasi siswa
d. Keberhasilan guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran
Tes lisan dilakukan melalui
pertanyaan lisan untuk mengetahui daya serap siswa. Tujuan tes lisan ini
terutama untuk menilai:
a. Kemampuan memecahkan masalah
b. Proses berpikir terutama melihat hubungan sebab akibat
c. Kemampuan menggunakan bahasa lisan
d. Kemampuan mempertanggungjawabkan pendapat atau konsep yang dikemukakan.
a. Kemampuan memecahkan masalah
b. Proses berpikir terutama melihat hubungan sebab akibat
c. Kemampuan menggunakan bahasa lisan
d. Kemampuan mempertanggungjawabkan pendapat atau konsep yang dikemukakan.
Tes tertulis
dapat berbentuk uraian (essay) atau soal bentuk obyektif (objective
tes). Tes uraian merupakan alat penilaian hasil belajar yang paling tua.
Secara umum tes uraian ini adalah pertanyaan yang menuntut siswa menjawab dalam
bentuk menguraikan, menjelaskan, mendiskusikan, membandingkan, memberikan
alasan, dan bentuk lain yang sejenis sesuai dengan tuntutan pertanyaan dengan
menggunakan kata-kata dan bahasa sendiri.
2. Teknik Nontest
Teknik tes
bukanlah satu-satunya teknik untuk melakukan evaluasi hasil belajar, sebab
masih ada teknik lainnya yang dapat digunakan, yaitu teknik non tes. Dengan
teknik non tes maka penilaian atau evaluasi hasil belajar peserta didik
dilakukan dengan tanpa menguji peserta didik melainkan dilakukan melalui:
- Pengamatan atau observasi
Secara umum, pengertian observasi
adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilakukan dengan mengadakan
pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang
sedang dijadikan sasaran pengamatan. Alat yang digunakan berupa lembar
observasi yang disusun dalam bentuk check list atau skala penilaian
- Wawancara
Secara umum yang dimaksud dengan
wawancara adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilasanakan dengan
melakukan tanya jawab lisan secara sepihak. Alat yang digunakan adalah pedoman
wawancara yang mengacu pada tujuan yang telah ditetapkan.
- Angket
Angket adalah wawancara yang
dilakukan secara tertulis. Angket dapat digunakan sebagai alat penilaian hasil
belajar. Angket dapat diberikan langsung kepada peserta didik, dapat pula
diberikan kepada orang tua mereka.
- Skala
Skala adalah alat untuk mengukur
nilai, sikap, minat, perhatian, dan lain-lain yang disusun dalam bentuk
pernyataan untuk dinilai oleh responden dan hasilnya dalam bentuk rentangan
nilai sesuai dengan kriteria yang ditentukan.
- Macam – Macam Test
Disekolah
seringkali digunakan tes buatan guru (bukan standardized test). Ini disebut tes
buatan guru (teacher made test). Tes
yang dibuat oleh guru ini terutama menilai kemajuan siswa dalam hal pencapaian
hal yang dipelajari.
a.
Tes subjektif, yang ada pada umumnya
berbentuk esai (uraian). Tes bentuk esai adalah sejenis tes kemajuan belajar
yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian kata-kata.
Ciri-ciri pertanyaan didahului dengan kata-kata seperti; uraikan, jelaskan,
mengapa, bagaimana, bandingkan, simpulkan, dan sebagainya.
Soal-soal bentuk esai
biasanya jumlahnya tidak banyak, hanya sekitar 5-10 buah soal dalam waktu
kira-kira 90 s.d. 120 menit. Soal-soal bentuk esai ini menuntut kemampuan siswa
untuk dapat mengorganisir, menginterpretasi, menghubungkan
pengertian-pengertian yang telah dimiliki. Dengan singkat dapat di katakan
bahwa tes esai menuntut siswa untuk dapat mengingat-ingat dan mengenali
kembali, dan terutama harus mempunyai daya kreatifitas yang tinggi.
Kelebihan:
a) Mudah disiapkan dan disusun.
b) Tidak memberi banyak kesempatan untuk berspekulasi atau
untung-untungan.
c) Mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat serta menyusun
dalam bentuk kalimat yang bagus.
d) Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengutarakan maksudnya dengan
gaya bahasa dan caranya sendiri.
e) Dapat diketahui sejauh mana siswa mendalami sesuatu masalah yang
diteskan.
Kekurangan:
a) Kadar validitas dan realibilitas rendah karena sukar diketahui
segi-segi mana dari pengetahuan siswa yang betul-betul telah dikuasai.
b) Kurang representatif dalam hal mewakili seluruh scope bahan pelajaran yang akan dites karena soalnya hanya beberapa
saja (terbatas).
c) Cara memeriksanya banyak dipengaruhi unsur-unsur subjektif.
d) Pemeriksanya lebih sulit sebab membutuhkan pertimbangan individual
lebih banyak dari penilai.
e) Waktu untuk koreksi lama dan tidak dapat diwakilkan kepada orang
lain.
Petunjuk penyusunan:
a)
Hendaknya soal-soal tes dapat
meliputi ide-ide pokok dari bahan yang diteskan, dan kalau mungkin disusun soal
yang sifatnya komprehensif.
b)
Hendaknya soal tidak mengambil
kalimat-kalimat yang disalin langsung dari buku atau catatan.
c)
Pada waktu menyusun, soal-soal
itu sudah dilengkapi dengan kunci jawaban serta pedoman penilaiannya.
d)
Hendaknya diusahakan agar
pertanyaannya bervariasi antara “Jelaskan”, “Mengapa”, “Bagaimana”, Seberapa
jauh”, agar dapat diketahui lebih jauh penguasaan siswa terhadap bahan.
e)
Hendaknya rumusan soal dibuat
sedemikian rupa sehingga mudah dipahami oleh tercoba.
f)
Hendaknya ditegaskan model
jawaban apa yang dikehendaki oleh penyusun tes. Untuk ini pertanyaan tidak
boleh terlalu umum, tetapi harus spesifik.
Contoh:
Bagaimana
perbandingan antara mol oksigen yang terpakai terhadap mol CO2 yang
dihasilkan pada respirasi glukosa apabila lemak digunakan sebagai bahan bakar
dalam respirasi?
b.
Tes objektif
Tes
objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif.
Hal ini memang dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dari tes bentuk
esai.
Dalam penggunaan tes
objektif ini jumlah yang diajukan jauh lebih banyak daripada tes esai.
Kadang-kadang untuk tes yang berlangsung selama 60 menit dapat diberikan 30-40
buah soal.
Kelebihan:
a)
Mengandung lebih banyak
segi-segi yang positif, misalnya lebih representatif mewakili isi dan luas
bahan, lebih objektif, dapat dihindari campur tangannya unsur-unsur subjektif baik
dari segi siswa maupun segi guru yang memeriksa.
b)
Lebih mudah dan cepat cara
memeriksanya karena dapat menggunakan kunci tes bahkan alat-alat hasil kemajuan
teknologi.
c)
Pemeriksaannya dapat diser hkan
orang lain.
d)
Dalam pemeriksaan, tidak ada
unsur-unsur subjektif yang mempengaruhi.
Kekurangan:
a)
Persiapan untuk menyusunnya
jauh lebih sulit daripada tes esai karena soalnya banyak dan harus lebih teliti
untuk menghindari kelemahan-kelemahan yang lain.
b)
Soal-soalnya cenderung untuk
mengungkapkan ingatan dan daya pengenalan kembali saja, dan sukar untuk
mengukur proses mental yang tinggi.
c)
Banyak kesempatan untuk main
untung-untungan.
d)
“Kerja sama” antarsiswa pada
waktu mengerjakan soal tes lebih terbuka.
Cara mengatasi kekurangannya:
a)
Kesulitan menyusun tes objektif
dapat diatasi dengan jalan banyak berlatih terus menerus hingga betul-betul
mahir.
b)
Menggunakan tabel spesifikasi
untuk mengatasi kelemahan nomor satu dan dua.
c)
Menggunakan norma (standar)
penilaian yang memperhitungkan faktor tebakan (guessing) yang bersifat
spekulatif itu.
F. Macam-Macam Tes Objektif
a.
Tes benar salah (true-false)
Soal-soalnya berupa
pernyataan-pernyataan (statement). Statement
tersebut ada yang benar dan ada yang salah. Orang yang ditanya bertugas untuk
menandai masing-masing pernyataan itu dengan melingkari huruf B jika pertanyan
itu betul pendapatnya dan melingkari huruf S jika pernyataannya salah.
Contoh:
-B-S. Tes bentuk
objektif banyak memberi peluang testee untuk berspekulasi.
Bentuk benar salah
ada 2 macam (dilihat dari segi mengerjakan/menjawab soal), yakni:
ü Dengan pembetulan (with
correction/yaitu siswa diminta membetulkan bila ia memilih jawaban yang
salah.
ü Tanpa pembetulan (without
correcton/yaitu siswa hanya diminta melingkari huruf B atau S tanpa
memberikan jawaban yang betul.
Kebaikan tes benar salah:
a)
Dapat mencangkup bahan yang
luas dan tidak memakan tempat karena biasanya pertanyaan-pertanyaannya
singkat-singkat saja.
b)
Mudah menyusunnya.
c)
Dapat digunakan berkali-kali.
d)
Dapat dilihat secara cepat dan
objektif.
e)
Petunjuk cara mengerjakannya
mudah dimengerti.
Keburukannya:
a)
Sering membingungkan.
b)
Mudah ditebak/diduga.
c)
Banyak masalah yang tidak dapat
dinyatakan hanya dengan dua kemungkinan benar atau salah.
d)
Hanya dapat mengungkap daya
ingatan dan pengenalan kembali.
Petunjuk penyusunan:
a)
Tulslah huruf B-S pada
permulaan masing-masing item dengan maksut untuk mempermudah mengerjakan dan
menilai (scoringz).
b)
Usahakan agar jumlah butir soal
yang harus dijawab B sama dengan butir soal yang harus dijawab S. Dalam hal ini
hendaknya pola jawaban tidak bersifat teratur misalnya: B-S-B-S-B-S atau
SS-BB-SS-BB-SS.
c)
Hindari item yang masih bisa
diperdebatkan.
Contoh:
B-S. Kekayaan lebih
penting daripada kepandaian.
d)
Hindari pertanyaan-pertanyaan
yang persis degan buku.
e)
Hindari kata-kata yang
menunjukan kecenderungan memberi saran seperti yang dikehendaki oleh item yang
bersangkutan, misalnya: semuanya, tidak selalu, tidak pernah, dan sebagainya.
Cara mengolah skor:
Rumus untuk mencari skor akhir benar-alah ada dua macam,
yaitu:
i.
Dengan denda
Rumus;
dengan pengertian:
S = skor yang diperoleh.
R = right (jawaban
yang benar)
W = wrong (jawaban yang salah)
Contoh:
Jumlah soal tes = 20 Buah.
A menjawab betul 16 buah dan salah 4 buah. Maka skor
untuk A adalah:
16 – 4 = 12
Dengan menggunakan rumus seperti ini maka ada
kemungkinan seorang siswa memperoleh skor negatif.
ii.
Tanpa denda
Rumus:
Yang dihitung hanya
yang betul.
(Untuk soal yang
tidak dikerjakan dinilai 0)
b.
Tes pilihan ganda (multple
choice test)
Multiple choice test terdiri atas suatu
keterangan atau pemberitahuan tentang suatu pengertian yang belum lengkap. Dan
untuk melengkapinya harus memilih satu dari beberapa kemungkinan jawaban yang
telah disediakan. Atau multiple choice
test terdiri atas bagian keterangan (stem)
dan bagian kemungkinan jawaban atau
alternatif (options). Kemungkinan
jawaban (option) terdiri atas suatu
jawaban yang benar yaitu kunci jawaban dan beberapa pengecoh (distractor).
Penggunaan tes pilihan
ganda
Tes bentuk pilihan
ganda (PG) ini merupakan bentuk tes objektif yang paling banyak digunakan
karena banyak sekali materi yang dapat dicakup.
Bentuk-bentuk soal
yang digunakan di dalam ebtanas maupun UMPTN ada empat variasi:
a)
Pilihan ganda biasa.
b)
Hubungan antar hal
(pernyataan -SEBAB- pernyataan).
c)
Kasus (dapat muncul dalam
berbagai bentuk).
d)
Diagram, gambar, tabel dan
sebagainya.
e)
Asosiasi.
Contoh soal bentuk
asosiasi.
Petunjuk Pilihan.
(A)
Jika (1), (2), dan (3) betul
(B)
Jika (1) dan (3) betul
(C)
Jika (2) dan (4) betul
(D)
Jika hanya (4) yang betul
(E)
Jika semuanya betul
Soal:
Bentuk makanan yang masuk ke duodenum dikenal dengan
istilah…
- Bolus
- Kimus
- Feses
- Kasein
- Lacteal
Petunjuk
penyusunan
Pada dasarnya, soal bentuk pilihan ganda ini adalah soal
bentuk benar-salah juga, tetapi dalam bentuk
jamak. Tercoba (testee) diminta membenarkan atau menyalahkan setiap stem
dengan tiap pilihan jawab. Kemungkinan jawaban itu biasanya sebanyak tiga atau
empat buah, tetapi ada kalanya dapat juga lebih banyak (untuk tes yang akan
diolah dengan komputer banyaknya option
diusahakan empat buah)
Contoh:
Udang dapat digolongkan kedalam phylum :
a.
Arthropoda
b.
Echinodermata
c.
Coelenterata
d.
Mollusca
Cara memilih
jawaban dapat dilakukan dengan jalan :
a)
Mencoret kemungkinan jawaban
yang tidak benar.
b)
Memberi garis bawah pada
jawaban yang benar (dianggap benar)
c)
Melingkari atau memberi tanda
kurung pada huruf didepan jawaban yang dianggap benar. Yang sering kita temui
adalah melingkari huruf didepan jawaban yang di anggap benar
d)
Membuuhkan tanda kali (x) atau
tambah (+) didalam kotak atau tanda kurung didepan jawaban yang telah
disediakan.
Hal – hal
yang perlu diperhatikan dalam tes pilihan ganda:
a)
Instruksi pengerjaannya harus jelas, dan bila dipandang perlu baik
disertai contoh mengerjakannya
b)
Dalam multiple choice test hanya ada “satu” jawaban yang benar. Jadi tidak mengenal tingkat- tingkatan benar,
misalnya benar nomor satu, benar nomor dua, dan sebagainya.
c)
Kalimat pokoknya hendaknya mencakup dan sesuai dengan rangkaian
manapun yang dapat dipilih.
d)
Kalimat pada tiap butir soal hendaknya sesingkat mungkin
e)
Usahakan menghindarkan penggunaan bentuk negatif dalam kalimat
pokokknya
f)
Kalimat pokok dalam setiap butir soal, hendaknya tidak tergantung
pada butir – butir soal lain
g)
Gunakan kata – kata : “manakah jawaban paling baik”, “pilihlah satu
yang pasti lebih baik dari yang lain”, bilamana terdapat lebih dari satu
jawaban yang benar
h)
Dilihat dari segi bahasanya, butir – butir soal jangan terlalu sukar
i)
Tiap butir soal hendaknya
hanya mengandung satu ide. Meskipun ide tersebut dapat kompleks.
j)
Bila dapat disusun urutan logis anatar pilihan – pilihan, urutkalah
(misalnya: urutan tahun, urutan alfabet, dan sebagainya).
k)
Susunlah agar jawaban manapun mempunyai kesesuaian tata bahasa dengan
kalimat pokoknya.
l)
Alternatif – alternatif yang disajikan hendaknya agak bersifat homgen
mengenai isinya dan bentuknya.
m)
Buatlah jumlah alternatif pilihan ganda sebanyak empat. Bilamana
terdapat kesukaran buatlah pilihan – pilihan tambahan untuk mencapai jumlah
empat tersebut. Pilihan – pilihan tambahan hendaknya jangan terlalu gampang
diterka karena bentuknya atau isi.
n)
Hindarkan pengulangan suara atau pengulangan kata pada kalimat pokok
di alternati – alternatifnya, karena anak akan cenderung memilih alternatif
yang mengandung pengulangan tersebut. Hal ini disebabkan karena dapat diduga
itulah jawaban yang benar.
o)
Hindarkan menggunakan susunan kalimat dalam buku pelajaran. Karena
yang terungkap mungkin bukan pengertiannya melainkan hafalannya.
p)
Alternatif – alternatif hendaknya jangan tumpang-suh, jangan
inklusif, dan jangan sinonim
q)
Jangan gunakan kata – kata indikator seperti selalu, kadang-kadang,
pada umumnya.
Cara mengolah skor
Untuk mengolah skor dalam tes berbentuk pilihan ganda
digunakan dua macam rumus pula:
a)
Dengan denda, dengan rumus:
S = skor yang
diperoleh (raw Score)
R = jawaban yang
betul
W = jawaban yang
salah
0 = banyaknya option
1 = bilangan tetap
Contoh: murid
menjawab betul 17 soal dari 20 soal. Soal bentuk multiple choice ini
menggunakan option sebanyak 4 buah.
Skor=
b) Tanpa denda, dengan rumus
c.
Menjodohkan (matching test)
Pengertian
Matching test dapat
kita ganti dengan istilah mempertandingkan, mencocokkan, memasangkan, atau
menjodohkan. Matching test terdiri dari satu seri pertanyaan dan satu seri
jawaban. Masing – masing pertanyaan mempunyai jawabannya yang tercantum dalam
seri jawaban. Tugas murid adalah: mencari dan menempatkan jawaban – jawaban,
sehingga sesuai atau cocok dengan pertanyaannya.
Contoh:
Lengkapilah kolom
sebelah kiri pernyataan dengan mencocokkan jawaban yang sudah tersedia pada
kolom sebelah kanan!
1. __ menyimpan sisa pencernaan a.
vitamin
2. __ cairan yang disekresi lambung b. asam amino
3. __ menyerap zat-zat makanan c.
gastrin
4. __ bentuk makanan yang dicerna usus halus d. lambung
5. __ unit terkecil dari asam amino e.
usus besar
6. __ pencernaan mekanis pada eshofagus f.
bolus
7. __ merupakan sumber energy pada tubuh g. usus halus
8. __ struktur yang memperluas permukaan usus
Halus h.
jonjot
9. __ menyimpan makanan i.
peristaltis
10. __ zat makanan yang dibutuhkan dalam
Jumlah kecil untuk
pertumbuhan j.
karbohidrat
Petunjuk penyusunan
Petunjuk – petunjuk
yang perlu diperhatikan dalam menyusun test bentuk matching adalah:
a)
Seri pertanyaan – pertanyaan
dalam matching test hendaknya tidak lebih dari sepuluh soal (item). Sebab
pertanyaan – pertanyaan yang banyak itu akan membingungkan murid. Juga
kemungkinan akan mengurangi homogenitas antara item – item itu. Jika itemnya
cukup banyak, lebih baik dijadikan dua seri.
b)
Jumlah jawaban yang harus
dipilih, harus lebih banyak daripada jumlah soalnya (lebih kurang 1,5 kali).
Dengan demikian murid dihadapkan pada banyak pilihan, yang semuanya mempunyai
kemungkinan benarnya, sehingga murid terpaksa lebih mempergunakan pikirannya
c)
Antara item – item yang
tergabung dalam satu seri matching test harus merupakan pengertian – pengertian
yang benar benar homogen.
d.
Tes isian (completion test)
Pengertian
Completion test biasanya kita sebut
dengan istilah tes isian, tes menyempurnakan, atau tes melengkapi. Completion tes terdiri atas kalimat –
kalimat yang ada bagian – bagiannya yang dihilangkan. Bagian yang dihilangkan
atau yang harus diisi oleh murid ini adalah merupakan pengertian yang kita
minta dari murid.
Petunjuk penyusunan
Saran – saran dalam
menyusun tes bentuk isian ini adalah sebagai berikut:
a) Perlu selalu diingat bahwa kita dapat merencanakan lebih dari satu
jawaban yang kelihatan logis
b) Jangan mengutip kalimat/ pertanyaan yang tertera pada buku/ catatan
c) Diusahakan semua tempat kosong hendaknya sama panjang
d) Diusahakan hendaknya setiap pertanyaan jangan mempunyai lebih dari
satu tempat kosong
e) Jangan mulai dengan tempat kosong
Contoh :
Rongga mulut atau………………
merupakan tempat pertama kali makanan masuk dan dimulainya pencernaan makanan.
Di dalam rongga mulut makanan dicerna secara mekanis oleh………. Dan secara
kimiawi oleh………. . waktu kita mengunyah, gigi………. Berfungsi untuk memecah
makanan menjadi bagian-bagian kecil. Dalam hal ini ……… berfungsi membantu mengaduk makanan sehingga bercampur dengan
air ludah.
Bilamanakah digunakan tes subjektif?
Tes bentuk esai digunakan apabila:
a) Kelompok yang akan tes kecil, dan tes itu tidak akan digunakan
berulang – ulang.
b) Tester (guru) ingin menggunakan berbagai cara untuk mengetahui
kemampuan siswa dalam bentuk tertulis
c) Guru ingin mengetahui lebih banyak tentang sikap – sikap siswa
daripada hasil yang dicapai
d) Memiliki waktu yang cukup banyak untuk menyusun tes
Bilamanakah digunakan tes objektif?
a) Kelompok yang akan di tes banyak dan tesnya akan digunakan lagi
berkali – kali
b) Skor yang diperoleh diperkirakan akan dapat dipercaya (mempunyai
reabilitas tinggi)
c) Guru lebih mampu menyusun tes obyektif daripada tes bentuk esai
(uraian)
d) Hanya mempuyai waktu sedikit untuk koreksi dibandingkan dengan waktu
yang digunakan untuk menyusun tes
Pada umumnya,
guru seyogyanya menggunakan dua macam bentuk tes ini dalam perbandingan
3:1, yaitu 3 bagian untuk tes objektif, dan 1 bagian untuk tes uraian
G.
Pengukuran Ranah Afektif
Pengukuran ranah afektif tidaklah semudah
mengukur ranah kognitif. Pengukuran ranah afektif tidak dapat dilakukan setiap
saat (dalam arti pengykuran formal) karena perubahan tingkah laku siswa tidak
dapat berubah sewaktu – waktu. Pengubahan sikap seseorang memerlukan waktu yang
relatif lama. Demikian juga pengembangan minat dan penghargaan serta nilai –
nilai.
Didalam Petunjuk Pelaksanaan Penilaian
Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB) disebutkan bahwa penilaian ranah
kognitif bertujuan mengukur pengembangan penalaran, sedangkan tujuan penilaian
afektif adalah:
a.
Untuk mendapatkan umpan balik
(feedback) baik bagi guru maupun siswa sebagai dasar untuk memperbaiki proses
belajar mengajar dan mengadakan program perbaikan (remedial program) bagi anak
didiknya
b.
Untuk mengetahui tingkat perubahan
tingkah laku anak didik yang dicapai antara lain diperlukan sebagi bahan bagi:
perbaikan tingkah laku anak didik, pemberian laporan kepada orangtua dan
penentuan lulus tidaknya anak didik
c.
Untuk menempatkan anak didik
dalam situasi belajar mengajar yang tepat, sesuai dengan tingkat pencapaian dan
kemampuan serta karakteristik danak didik
d.
Untuk mengenal latar belakang
kegiatan belajar dan kelainan tingkah laku anak didik (Depdikbud, 1983;2)
Sehubungan dengan tujuan penilaiannya
ini maka yang menjadi sasaran penilaian kawasan afektif adalah perilaku anak
didik, bukan pengetahuannya.
Pertanyaan afektif tidak menuntut jawaban benar atau
salah, tetapi jawaban yang khusus tentang dirinya mengenai minat, sikap, dan
internalisasi nilai (oleh Cronbach dibedakan antara maximum performance dengan
typical performancce attittude) (Cronbach. 1970)
Contoh :
NO
|
PERNYATAAN
|
SS
|
S
|
R
|
TS
|
STS
|
Keterangan:
SS : sangat setuju
S : setuju
R : tidak punya pendapat/ ragu-ragu
TS : tidak setuju
Sebelum melakukan penilaian terhadap
aspek afektif, sama halnya dengan mengukur aspek kognitif, guru diharapkan
mendaftar materi yang dicakup dihubungkan dengan TIU dan TIK-nya. Sebagai
pengganti TIU adalah yang disebut nilai dsar. Didalam PSPB nilai-nilai dasar
yang dimaksud adalah hasil jabaran dari konsep dasar yang tercantum dalam GBHN
1983, yang kemudian dituangkan menjadi dasar kebijaksanaan pokok tentang PSPB
(Depdikbud. 1983;6). Selanjutnya nilai dasar tersebut diuraikan dalam nilai dan
indikator. Untuk PSPB ada 4 nilai dasar yang akan dicapai yaitu:
1.
Kesadaran Nasional sebagai
suatu bangsa
2.
Sikap patriot
3.
Kreatif dan inovatif
4.
Kepribadian yang berdasarkan
nilai, jiwa dan semangat 1945 dan Pancasila
a.
Jenis – jenis skala
sikap
1.
Skala Likert
Skala
ini disusun dalam bentuk suatu pernyataan dan diikuti oleh lima respons yang
menunjukkan tingkatan. Misalnya seperti yang telah dikutip yaitu:
SS = sangat setuju
S = setuju
TB = tidak berpendapat
TS = tidak setuju
STS = sangat tidak setuju
2.
Skala Pilihan Ganda
Skala
ini bentuknya seperti soal dalam bentuk pilihan ganda yaitu suatu pernyataan
yang diikuti oleh sejumlah alternatif pendapat.
3.
Skala Thurstone
Skala
thurstone merupakan skala mirip skala buatan Likert karena merupakan suatu
instrumen yang jawabannya menunjukkan tingkatan
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
11
|
A
|
B
|
C
|
D
|
E
|
F
|
G
|
H
|
I
|
J
|
K
|
Very favourable
|
Neutral
|
Very unfavourable
|
Pernyataan yang diajukan kepada responden disarankan
oleh Thurstone kira – kira 10 butir tetapi tidak kurang dari 5 butir.
4.
Skala Guttman
Skala ini sama dengan yang disusun
oleh Bogardus, yaitu berupa tiga atau empat buah pernyataan yang masing –
masing harus dijawab “ya” atau “tidak”. Pernyataan –pernyatan tersebut
menunjukkan tingkatan yang berurutan sehingga bila responden setuju pernyataan
nomor 2, diasumsikan setuju nomor 1. selanjutnya jika responden setuju dengan
pernyataan nomor 3, berarti setuju pernyataan nomor 1 dan 2.
Contoh:
1. Setujukah anda bila Presiden mendatang dari
kalangan militer?
2. Apakah anda merasa ada perbaikan kesejahteraan
pada pemerintahan saat ini?
|
a. Setuju
b. Tidak setuju
a. Ya
b. Tidak
|
5.
Semantic differential
Instrumen yang disusun oleh Osgood dan
kawan – kawan ini mengukur konsep – konsep untuk tiga dimensi. Dimensi –
dimensi yang diukur dalam kategori: baik-tidak baik, kuat-lemah, dan
cepat-lambat, atau aktif-pasif, atau dapat juga berguna-tidak berguna. Dalam
buku Osgood dikemukakan adanya 3 faktor untuk menganalisis skalanya:
a.
Evaluation (baik-buruk)
b.
Potency (kuat-lemah)
c.
Activity (cepat-lambat)
d.
Familiarity (tambahan Nunnaly)
Contoh:
Menurut pendapat Anda guru biologi X :
1. Kualitas mengajar
2. Kejelasan suara
3. Materi ajar
4. Komunikasi dengan siswa
|
bagus 5 4 3 2 1 tidak bagus
bagus 5 4 3 2 1 tidak bagus
murah 5 4 3 2 1 mahal
bagus 5 4 3 2 1 tidak bagus
|
Bila responden memilih jawaban 5 berarti penilaiannya
positif terhadap produk tersebut, bila 3 maka ia bersikap netral, dan bila jawabannya
1 maka penilaiannya negatif.
Cara ini dapat digunakan untuk mengetahui minat atau
pendapat siswa mengenai sesuatu kegiatan atau topik dari suatu mata pelajaran.
6.
Pengukuran minat
Disamping menggunakan skala seperti
dicontohkan di atas, minat juga dapat diukur dengan cara seperti dibawah ini:
Data minat siswa yang mengunjungi perpustakaan:
Nama siswa
|
Banyaknya kunjungan per minggu
|
A
|
2 X
|
B
|
1X
|
C
|
3X
|
D
|
1X
|
H. Pengukuran Ranah
Psikomotor
Pengukuran ranah psikomotorik
dilakukan terhadap hasil – hasil belajar yang berupa penampilan. Namun demikian
biasanya pengukuran ranah ini disatukan atau dimulai dengan pengukuran ranah
kognitif sekaligus. Misalnya penampilannya dalam menggunakan termometer diukur
mulai dari pengetahuan mereka mengenai alat tersebut, pemahaman tentang alat
penggunaannya (aplikasi), kemudian baru cara menggunakannya dalam bentuk
keterampilan. Untuk pengukuran yang terakhir ini harus diperinci antara lain:
cara memegang, cara meletakkan/menyelipkan ke dalam ketiak atau mulut, cara
membaca angka, cara mengembalikan ke dalam tempatnya, dan sebagainya. Ini semua tergantung dari kehendak kita, asal
tujuan pengukuran dapat tercapai.
Instrumen yang digunakan mengukur
keterampilan biasanya berupa matriks. Ke bawah menyatakan perperincian aspek ( bagian
keterampilan ) yang akan diukur, ke kanan menunjukkan besarnya skor yang dapat
dicapai.
Contoh : Instrumen untuk mengamati
keterampilan praktikum Biologi (dalam skala 5).
Nama :................................... Kelas
:..............................
No
|
Keterampilan
|
Skor
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
||
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
|
Terampil menyiapkan alat
Tekun dalam bekerja
Menggunakan waktu sangat efektif
Mampu bekerja sama
Memperhatikan keselamatan kerja
Memperhatikan kebersihan
Hasil percobaan benar
|
x
|
X
X
x
|
x
|
x
x
|
Keseluruhan hasil sesuai dengan skor yang diperoleh.
Untuk A ini skornya adalah :
I.
Ciri-Ciri Tes Yang Baik
Sebuah tes dapat dikatakan baik
sebagai alat pengukuran harus memenuhi persyaratan tes, yaitu:
-
Validitas - Praktibilitas
-
Realibilitas - Ekonomis
-
Objektivitas
a)
Validitas
Validitas berasal dari
kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan
kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Sebuah tes dikatakan
valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak di ukur. Contoh:
Untuk mengukur besarnya partisipasi siswa dalam proses belajar
mengajar, bukan diukur melalui nilai yang diperoleh saat ulangan, melainkan
kehadiran, terpusatnya perhatian pada pelajaran, ketepatan menjawab pertanyaan
yang diajukan guru dalam ari relevan pada permasalahannya.
i.
Validitas Logis
Validitas logis untuk sebuah
instrument evaluasi menunjuk pada kondisi bagi sebuah instrument yang memenuhi
persyaratan valid berdasarkan hasil penalaran. Kondisi valid tersebut dianggap
terpenuhi karena instrument yang bersangkutan sudah dirancang secara baik
mengikuti ketentuan yang ada. Misal, membuat sebuah laporan praktikum. Jika
penulis mengikuti aturan penulisan format praktikum tentu secara logis
laporannya sudah baik. Maka instrument yang sudah disusun berdasarkan teori
penyusunan instrument, secara logis sudah valid.
Ada dua macam validitas logis, yaitu
validitas isi dan validitas konstrak. Validitas
isi menunjuk suatu kondisi sebuah instrument yang disusun berdasarkan isi
materi pelajaran yang dievaluasi. Validitas
konstrak menunjuk suatu kondisi sebuah instrument yang disusun berdasarkan
konstrak aspek-aspek kejiwaan yang seharusnya dievaluasi.
ii.
Validitas empiris
Sebuah instrument dikatakan memeiliki
validitas empiris apabila sudah diuji dari pengalaman. Contoh, seseorang diakui
jujur oleh masyarakat apabila dalam pengalaman dibuktikan bahwa orang itu
memang jujur.
Ada dua macam validitas empiris,
yaitu concurrent validity dan
validitas prediksi. Concurrent validity yaitu hasil sebuah tes harus dibandingkan
dengan sebuah kriterium/alat pembanding. Contoh, guru ingin mengetahui pakah te
sumatif yang disusun telah valid atau belum. Untuk itu diperlukan sebuah
kriterium masa lalu yang sekarang datanya dimiliki. Validitas prediksi yaitu apabila memiliki kemampuan untuk
meramalkan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Misalnya tes masuk
Perguruan Tinggi adalah sebuah tes yang diperkirakan mampu meramalkan
keberhasilan peserta tes dalam mengikuti kuliah di masa yang akan datang.
b) Realibilitas
Realibilitas artinya dapat dipercaya.
Tes dikatakan dapat dipercaya jika memberikan hasil yang tetap apabila diteskan
berkali-kali. Contoh:
Nama siswa
|
Pengetesan pertama
|
Pengetesan kedua
|
A
|
6
|
7
|
B
|
5,5
|
6,6
|
C
|
8
|
9
|
Walaupun tampaknya hasil tes pada
pengetesan kedua lebih baik, tapi karena kenaikannya dialami semua siswa, maka
tes yang digunakan dapat dikatakan memiliki realibilitas yang tinggi.
Jika dihubungkan dengan validitas, maka:
-
Validitas adalah ketepatan
-
Realibilitas adalah ketetapan
c)
Objektivitas
Sebuah tes dikatakan memiliki
objektifitas apabila dalam melaksanakan tes itu tidak ada factor subjektif yang
mempengaruhi. Hal ini terutama terjadi pada system skorsingnya.
Apabila dikaitkan dengan realibilitas
maka objektivitas menekankan ketetapan pada system skorsing, sedangkan
realibilitas menekankan ketetapan dalam hasil tes.
Ada 2 faktor yang mempengaruhi subjektivitas dari
sesuatu tes, yaitu :
- Bentuk tes
Tes yang berbentuk uraian akan member banyak kemungkinan
kepada si penilai untuk memberikan penilaian menurut caranya sendiri. Dengan
demikian, maka hasil dari seorang siswa yang mengerjakan soal-soal dari sebuah
tes akan dapat berbeda apabila dinilai oleh dua orang penilai.
- Penilai
Subjektivitas dari penilai akan dapat masuk secara agak
leluasa terutama dalam tes bentuk uraian. Factor-faktor yang mempengaruhi
subjektivitas antara laim : kesan penilai terhadap siswa, tulisan, bahasa,
waktu mengadakan penilaian, kelelahan dan sebagainnya.
d) Praktibilitas
Sebuah tes dikatakan memiliki
praktibilitas yang tinggi apabila tes tersebut bersifat praktis, mudah
pengadministrasiannya.
Tes yang praktis adalah tes yang :
- Mudah dilaksanakan, missal tidak menuntut peralatan yang banyak dan member kebebasan kepada siswa untuk mengerjakan terlebih dahulu bagian yang dianggap mudah
- Mudah pemeriksaannya, bahwa tes itu dilengkapi dengan kunci jawaban maupun pedoman skorsing
- Dilengkapi dengan petunjuk-petunjuk yang jelas sehingga dapat diberikan oleh orang lain
e)
Ekonomis
Yang dimaksud dengan ekonomis adalah
bahwa pelaksanaan tes tersebut tidak membutuhkan ongkos/biaya yang mahal,
tenaga yang banyak, dan waktu yang lama.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN :
- Tes adalah alat pengukuran berupa pertanyaan, perintah, dan petunjuk yang ditujukan kepada tastee untuk mendapatkan respon sesuai dengan petunjuk itu.
- Secara umum test memiliki dua fungsi yaitu:
a. Sebagai alat pengukur terhadap peserta didik.
b. Sebagai alat pengukur keberhasilan program
pengajaran.
- Bentuk test dibedakan berdasarkan :
a.
Pelaksanaannya
b.
Fungsinya
c.
Waktu diberikannya
d.
Kebutuhannya
e.
Jenis testnya
f.
Jenis waktu
yang disediakan
- Teknik tes ada 2 yaitu :
a.
Teknik tes
b.
Teknik
nontest
- Tes ada 2 macam yaitu :
a.
Tes subjektif
b.
Tes objektif
- Macam Tes Objektif :
a.
Tes benar
salah (true-false)
b.
Tes pilihan ganda (multple choice test)
c.
Menjodohkan (matching test)
d.
Tes isian (completion test)
7.
Pengukuran
ranah afektif dengan skala sikap
a. Skala Likert
b. Skala Pilihan Ganda
c.
Skala Thurstone
d.
Skala Guttman
e.
Semantic differential
f.
Pengukuran minat
8.
Ciri-ciri tes yang baik
a.
Validitas
b.
Realibilitas
c.
Objektivitas
d.
Praktibilitas
e.
Ekonomis
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, Scarvia B., et.al and Associates. 1975. Encyclopedia on
Evaluation. California: Jossey-Bass, Inc. Publisher
Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan.Edisi
Revisi. Jakarta: Bumi Aksara
Nana Sudjana. 1991. Penilaian hasil Proses Belajar Mengajar.
Bandung: PT Remaja Rosda Karya
Sudijono Anas. 1995. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT.
Grafindo Persada
Sukardi. 2008. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara
Sumiati
dan Asra. 2007. Metode Pembelajaran. Bandung: CV. Wacana Prima
Thoha, M. Chabib. 1991. Teknik
Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press
Post a Comment for " Makalah Pengembangan Hasil Belajar"