Tumpeng, Makna dan Filosofinya (Filosofi Tumpeng)


Tumpeng, makna dan filosofinya (Filosofi Tumpeng)






Latar Belakang Tumpeng

Tumpeng berawal dari kebiasaan masyarakat Jawa dan sekitarnya yang digunakan untuk persembahan kepada gunung-gunung sebagai bentuk tanda penghormatan bahwa ada leluhur yang mendiami gunung-gunung tersebut. Hal ini terjadi sejak lama, jauh sebelum agama masuk ke
Nusantara.

Adopsi tumpeng oleh Agama yang masuk di Nusantara

Setelah itu, agama Hindu masuk ke Indonesia. Perayaan dan pembuatan tumpeng mengalami sedikit perubahan, yaitu dari bentuk nasinya. Nasi tumpeng baru mulai dibuat kerucut ketika era Hindu. Kerucut merupakan tiruan bentuk gunung Mahameru sebagai tempat bersemayamnya para dewa-dewi mereka.

Kemudian di saat Islam masuk ke Nusantara, pembuatan tumpeng kembali disesuaikan dengan kaidah Islam, dan kemudian menjadi nasi tumpeng yang kita kenal hingga sekarang. Biasa digunakan untuk perayaan tertentu seperti syukuran, kenduri, dan sebagainya, teman-teman.

Walaupun tradisi tumpeng telah ada jauh sebelum masuknya Islam ke pulau Jawa, tradisi tumpeng pada perkembangannya diadopsi dan dikaitkan dengan filosofi Islam Jawa, dan dianggap sebagai pesan leluhur mengenai permohonan kepada Yang Maha Kuasa.

Tumpeng dalam Serangkaian kenduri atau Kenduren

Dalam serangkaian tradisi kenduri Slametan pada masyarakat Islam tradisional Jawa, tumpeng merupakan salah satu unsurnya, ada 3 unsur sajian menurut tradisi Islam Jawa,  yaitu :
  1. Buceng merupakan akronim dari: yen mlebu kudu sing kenceng (bila masuk harus dengan sungguh-sungguh) ini dibuat dari ketan.
  2. Tumpeng merupakan akronim dalam bahasa Jawa: yen metu kudu sing mempeng (bila keluar harus dengan sungguh-sungguh). 
  3. lauk-pauknya tumpeng, berjumlah 7 macam, angka 7 bahasa Jawa pitu, maksudnya Pitulungan (pertolongan). 

Apabila 3 hal tadi digabungkan,maka terkaitlah dengan salah satu surat di Alquran yaitu al Isra' ayat 80:  

"Ya Tuhan, masukanlah aku dengan sebenar-benarnya masuk dan keluarkanlah aku dengan sebenar-benarnya keluar serta jadikanlah dari-Mu kekuasaan bagiku yang memberikan pertolongan".


Menurut beberapa ahli tafsir, doa ini dibaca Nabi Muhammad SAW saat akan hijrah dari  Mekah ke Madinah. Maka bila seseorang berhajatan dengan menyajikan Tumpeng, maksudnya adalah memohon pertolongan kepada Yang Maha Pencipta agar kita dapat memperoleh kebaikan dan terhindar dari keburukan, serta memperoleh kemuliaan yang memberikan pertolongan. Dan itu semua akan kita dapatkan bila kita mau berusaha dengan sungguh-sungguh.

Maka tumpeng menjadi bagian penting dalam perayaan kenduri tradisional. Perayaan atau kenduri adalah wujud rasa syukur dan terima kasih kepada Yang Maha Kuasa atas melimpahnya hasil panen dan berkah lainnya. Karena memiliki nilai rasa syukur dan perayaan, hingga kini tumpeng sering kali berfungsi menjadi kue ulang tahun dalam perayaan pesta ulang tahun.

Dalam kenduri, syukuran, atau slametan, setelah pembacaan doa, tradisi tak tertulis menganjurkan pucuk tumpeng dipotong dan diberikan kepada orang yang paling penting, paling terhormat, paling dimuliakan, atau yang paling dituakan di antara orang-orang yang hadir. Ini dimaksudkan untuk menunjukkan rasa hormat kepada orang tersebut. Kemudian semua orang yang hadir diundang untuk bersama-sama menikmati tumpeng tersebut. Dengan tumpeng masyarakat menunjukkan rasa syukur dan terima kasih kepada Tuhan sekaligus merayakan kebersamaan dan kerukunan.



Filosofi Tumpeng



Filosofi Tumpeng



Tumpeng merupakan akronim dalam bahasa Jawa: yen metu kudu sing mempeng (bila keluar harus dengan sungguh-sungguh). Kemudian bagian bagiannya mulai dari bentuk, warna dan lauknya (tujuh macam : pitu yaitu pitulungan), juga mengandung makna yang menakjubkan  berikut maknanya masing-masing :
.

1. Nasi berbentuk kerucut

Nasi dibentuk menjadi bentukan kerucut dapat diartikan sebagai harapan agar hidup selalu sejahtera, melambangkan tangan merapat untuk selalu menyembah Tuhan, dan sebagai simbol pengharapan agar kesejahteraan hidup kita pun semakin sukses.

Dahulu Nasi yang digunakan nasi putih, warna putih berarti suci, sehingga nasi tumpeng jenis ini kerap disajikan dalam upacara keagamaan.
Kemudian berkembang  berwarna kuning berarti kesuksesan, kesejahteraan, kekayaan, atau rezeki yang melimpah.

2. Cabe Merah

 Cabe merah diujung tumpeng mensimbolkan api yang dimana kesuksesan kita memberikan manfaat bagi banyak orang.,

3. Ayam ingkung

Ayam Jago jantan
Menyembelih ayam jago juga mempunyai makna menghindari sifat-sifat buruk ayam jago itu sendiri yaitu: sombong, congkak, kalau berbicara selalu menyela dan merasa tahu/menang/benar sendiri (berkokok), tidak setia dan tidak perhatian kepada anak istri.

Ayam Utuh (ingkung)
Ingkung : manekung yaitu sikap bertakwa ingat kepada Tuhan atas kehidupannya.

Diberi Areh ( kaldu santan kental)
Areh : reh , ngereh rasa yaitu sikap atau perbuatan yang dapat mengendalikan diri dengan tenang.


4. Ikan

Ikan Lele
Zaman dahulu ikan yang disajikan Ikan Lele. Ikan lele memiliki makna ketabahan, keuletan dalam hidup dan sanggup hidup dalam situasi ekonomi yang paling bawah sekalipun. Perjuangan untuk mencapai kesuksesan.

Ikan Teri 
Ikan ini menyimbolkan kebersamaan, bahwa dengan gotong royong, kesuksesan akan lebih mudah tercapai.  Ikan Teri yang umumnya digoreng dengan tepung atau tanpa tepung.

5. Telur rebus

Telur menjadi lambang bahwa seluruh manusia diciptakan dengan fitrah yang sama. Yang membedakan nantinya hanyalah ketakwaan dan tingkah lakunya.

telur yang disajikan adalah telur rebus yang dipindang dan disajikan dengan utuh beserta kulitnya. Sehingga Anda yang memakannya perlu mengupasnya terlebih dahulu. Hal ini menjadi lambang bahwa setiap pekerjaan Anda harus direncanakan dengan matang terlebih dahul

6. Sayur urap

Pelengkap lainnya adalah sayur urab. Sayuran yang digunakan antara lain kangkung, bayam, kacang panjang, taoge, kluwih dengan bumbu sambal parutan kelapa atau urap dan lain-lain. Seperti halnya pelengkap lainnya, sayur-sayuran ini juga mengandung simbol-simbol penting, antara lain:

1. Kangkung berarti jinangkung yang berarti melindung,
2. Bayam (bayem) berarti ayem tentrem,
3. Taoge/cambah yang berarti tumbuh,
4. Kacang panjang berarti pemikiran yang jauh ke depan,
5. Bawang merah melambangkan mempertimbangkan segala sesuatu dengan matang baik buruknya,
6. Kluwih berarti linuwih atau mempunyai kelebihan dibanding lainnya, dan
7..Bumbu urap berarti urip/hidup atau mampu menghidupi (menafkahi) keluarga.


Lazimnya, proses pemotongan ujung kerucut nasi tumpeng diawali dengan  berdoa terlebih dahulu, baru kemudian lalu nasi tumpeng dipotong dan diserahkan untuk orang yang dihormati sebagai wujud penghormatan, barulah setelah itu nasi tumpeng disantap bersama-sama.


Adapun Jenis jenis tumpeng berdasarkan fungsinya. Klik disini

Post a Comment for "Tumpeng, Makna dan Filosofinya (Filosofi Tumpeng)"