MAKALAH PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN
i
I.
JUDUL : IMBIBISI
II.
TUJUAN :
Mengetahui
pengaruh kandungan*) biji Kacang merah ( Vigna
angularis) dan biji kacang
tanah (Arachis
hypogaea ) terhadap penyerapan larutan NaCl hipotonis [0,5], isotonis [0,9], dan
hipertonis [1,5] dibandingkan dengan konsentrasi sitoplasma sel [0,9] selama
proses imbibisi.
III.
DASAR TEORI
Peristiwa imbibisi menurut Sutarmi merupakan
penggabungan dari beberapa peritiwa
perpindahan molekul dari suatu ruang ke ruang lain meliputi peristiwa osmosis, difusi, absorbsi, maupun
sebagai contoh air yang terimbibisi ke dalam sebuah biji kacang. Absorbsi
terjadi pada saat air memasuki biji dan peristiwa ini merupakan proses difusi,
sebab air mengalir dari ruang yang berkonsentrasi tinggi ke ruang yang berkonsentrasi
rendah dan mempunyai defisit tekanan osmosis tinggi. Absorbsi terjadi karena molekul-molekul
itu kemudian mengisi ruang-ruang antar sel dan molekul biji kacang, sedangkan
peristiwa osmosis terjadi karena air tersebut memasuki sel-sel biji kacang
melalui membran semipermeabel.
Peristiwa imbibisi dapat terlihat
dalam gerakan pada tumbuhan. Masuknya air sering disertai membengkaknya bahan
koloid dan peningkatan berat tumbuhan. Misalnya ,bulir padi atau gelatin akan
bertambah volume dan beratnya jika diberi air. Biji menjadi lebih besar karena
dilewatkan dalam air dan tanah yang lembab dan hal ini disebabkan oleh imbibisi (Sutarmi, 1984:
63).
Jika kita meredam
biji kacang hijau yang kering di dalam air murni, saat
selang beberapa lama (+ 6 jam) biji kacang itu
seolah menggembung seakan mau pecah. Selama di dalam air, biji tersebut
memasukkan molekul-molekul air sekian banyaknya sampai tercapai suatu keadaan “
kenyang “ tidak kekurangan atau deficit akan air lagi.
Peristiwa imbibisi pada hakekatnya tak lain
tak bukan suatu proses difusi belaka. Sebab, bukanlah sel-sel biji kacang
kering itu mempunyai nilai osmosis tinggi dan oleh karena itu mempunyai defisit
tekanan osmosis yang besar pula. Maka wajarlah, jika molekul-molekul air berdifusi
dari berkonsentrasi yang rendah ke konsentrasi yang tinggi (Dwijosepoetro, 1989
: 78-79).
Jika
meredam biji kering ke dalam air, maka kemudian volume biji
tersebut bertambah. Kenaikan volume karena penyerapan air tersebut dapat
bersifat reversible (dapat dikembalikan), artinya
jika berkurang volumenya maka volume sel pun akan berkurang” (Woelaningsih, 1992:
31).
Di dalam
peristiwa imbibisi,
volume membran akan bertambah, tetapi volumenya lebih kecil dari
volume awal imbiban dan molekul imbibisi dalam kedaan bebas. Karena dalam keadaan imbibisi,
molekul-molekul tersusun secara berjajar dan tertekan, sebagai
akibat penekanan tersebut, maka dalam proses imbibisi akan terjadi pembebasan
energi
dalam bentuk panas (Sugiyanto.1988 : 22 ).
Dalam proses
imbibisi ini berlaku pula hubungan antara potensial air dengan potensial matrik
atau potensial imbibisi sebagai berikut :
PA = Pi + PT
|
Banyak sedikitnya air yang
terimbibisi oleh suatu zat (benda) sangat tergantung
pada nilai potensial air di sekitarnya (Sastromihardjo, 1996: 59).
Didalam peristiwa imbibisi disamping terjadi kenaikan
volume akan terjadi pembebasan tenaga dalam bentuk panas. Hal ini dapat
dibuktikan apabila kita masukan tepung kering yang mempunyai kapasitas imbibisi
yang tinggi ke dalam air yang kedua-duanya dimasukkan kedalam kallimeter.
Pembebasan tenaga dalam bentuk panas ini diduga berasal dari tenaga kinetis
molekul-molekul zat yang diimbibisi.
Suatu zat yang mengimbibisi air, seringkali tidak bisa
mengimbibisi zat lainnya. Misalnya tepung dapat mengimbibisi air yang
ditambahkan volume tepung. Namun bila tepung disimpan dalam eter, ternyata
terjadi molekul cairan tertentu saja
(Suwasono Heddy, 1987:
117).
Kita mengenal imbibian yang mudah memasukkan air, tetapi
sukar atau tidak mungkin memasukkan eter atau zat organik lainnya. Imbibian
semacam itu misalnya agar-agar. Sebaliknya, ada juga imbibian yang mudah
memasukkan zat-zat organik, akan tetapi sukar memasukkan air. Misalnya karet
mudah memasukkan eter, akan tetapi tidak mungkin kemasukkan air (Dwijosepoetro, 1984: 81).
Seperti halnya dengan difusi dan osmosis, maka imbibisi pun
berpengaruh oleh temperatur. Kenaikan temperatur menambah kegiatan difusi,
osmosis, ataupun imbibisi. Pada proses imbibisi ditimbulkan panas. Hal ini
dapat diterangkan dan dipahami jika kita mengingat adanya keributan masuknya
molekul-molekul air serta tersusunnya secara berjejal-jejal di dalam imbibian
dimana molekul-molekul air kehilangan sebagian energi kinetisnya: energi
kinetis berubah menjadi panas.
Tekanan imbibisi identik dengan tekanan osmosis. Jika
biji kacang itu telah menyerap air, maka berkuranglah tekanan imbibisinya,
demikian pula berkuranglah tekanan osmosisnya (Dwijosepoetro, 1989: 80).
IV.
ALAT DAN BAHAN
Alat yang digunakan dalam
praktikum ini adalah sebuah neraca O’haus untuk menimbang biji
sebelum perendaman serta untuk menimbang massa NaCl yang akan digunakan sebagai
larutan perendam. Enam buah gelas aqua
digunakan sebagai wadah proses perendaman. Satu
buah gelas ukur digunakan untuk mengukur banyaknya volume aquades yang
digunakan untuk membuat larutan NaCl. Satu buah spatula yang digunakan untuk
mengaduk larutan NaCl agar NaCl(s) larut dalam aquades dan digunakan untuk
mengambil atau meletakkan NaCl(s) pada neraca pada waktu menimbang. Satu buah
pinset digunakan untuk meletakkan dan mengambil biji dalam gelas aqua yang
telah berisi larutan NaCl. Satu buah kaca arloji digunakan untuk wadah
menimbang NaCl dan meniriskan biji
setelah penimbangan. Tisu secukupnya digunakan untuk membersihkan peralatan
setelah dicuci. Dua buah pipet tetes untuk menyamakan semua volume. Enam buah
plastik dan karet untuk menutup gelas aqua.
Bahan yang digunakan dalam
praktikum ini adalah NaCl(s) yang digunakan untuk membuat larutan Hipotonis
sebanyak 2,34 gr, larutan Isotonis sebanayak 4,21 gr dan larutan Hipertonis
7,02 gr.Biji Kacang
merah ( Vigna angularis) dan Kacang tanah (Arachis hypogaea )sebanyak 2 gr dengan syarat biji yaitu utuh, tidak berjamur, tenggalam dalam air
serta kering. Kemudian biji dimasukkan dalam larutan Hipotonik,Isotonik dan
Hipertonis sebagai objek terjadinya imbibisi. Aquades sebanyak 240 ml yang
digunakan untuk melarutkan NaCl.
V.
CARA KERJA
Menyiapkan semua alat dan bahan yang digunakan. Kemudian membuat
larutan NaCl yang berbeda konsentrasi yaitu
Hipotonis [0,5] , Isotonis [0,9] dan Hipertonik [1,5] dimana dalam
pembuatan larutan hipotonis [0,5]
membutuhkan 2,43 gr NaCl yang dimasukkan ke dalam gelas aqua yang berisi 80 ml aquades. Setelah itu dilakukan pungukuran dengan gelas
ukur sebanyak 40 ml ke dalam masing-masing 2 buah gelas aqua. Selanjutnya
pembuatan larutan NaCl isotonis [0,9] membutuhkan 4,21 gr NaCl(s) yang dimasukkan kadalam gelas aqua yang berisi
80 ml aquades. Setelah itu dilakuakan pengukuran dengan gelas ukur sebanyak 40
ml kedalam masing-masing 2 gelas aqua. Dan untuk pembuatan larutan NaCl
hipertonis membutuhkan 7,02 gr NaCl(s) kadalam gelas aqua yang berisi 80 ml
aquades. Setelah itu dilakukan pengukuran dengan gelas ukur sebanyak 40 ml ke
dalam masing-masing 2 gelas aqua. Pengukuran
Jumlah NaCl yang diperluhkan dari masing-masing konsentrasi larutan tersebut
menggunakan rumus sebagai berikut :
|
Keterangan :
m = massa NaCl (gr)
Mr = Massa relatif NaCl (58,5)
M = Molaritas larutan NaCl
V = Volume aquades (l)
Dan dengan perhitungan sebagai berikut :
Diketahui : Mr NaCl = 58,5
V aquades = 90 ml = 0,9 L
a.
Larutan
NaCl hipotonis [0,5]
m = Mr NaCl
. M . V
= 58.5 . 0,5 . 0,08
= 2,34 gr
b.
Larutan
NaCl isotonis [0,9]
m = Mr NaCl
. M . V
= 58.5 . 0,9 . 0,08
= 4,21 gr
c.
Larutan NaCl
hipertonis [1,5]
m = Mr NaCl
. M . V
= 58.5 . 1,5 . 0,08
= 7,02 gr
Langkah selanjutnya adalah menimbang biji Kacang
merah (Vigna angularis) dan Kacang
tanah (Arachis hypogaea) masing-masing sebanyak 2
gram dengan neraca tiga analytical diulang sehingga didapatkan 3x2 gram untuk
setiap biji. Memasukkan biji Kacang merah (Vigna angularis)
dan
Kacang tanah (Arachis hypogaea) ke dalam masing-masing gelas yang sudah berisi larutan NaCl yang
telah dibuat tadi. Menutup mulut gelas dengan plastik dan karet. Kemudian
membiarkan biji pada masing-masing gelas aqua tersebut terendam selama 5 jam. Setelah
5 jam, mengambil
biji Kacang merah (Vigna
angularis) dan Kacang tanah (Arachis hypogaea) yang telah direndam dengan menggunakan pinset. Mengukur volume
larutan perpindahan biji menggunakan gelas ukur. Mengukur volume larutan NaCl
yang diserap oleh biji dan mencatat serta memasukkan dalam tabel pengamatan.
Gambar Rangkaian alat :
Gambar
1. Rangkaian alat percobaan osmosis pada kacang tanah (Arachis hypogea)
Gambar
2. Rangkaian alat percobaan osmosis pada kacang merah (Vigna angularis)
VI.
PARAMETER
Volume larutan NaCl Hipotenis [0,5], Isotonis [0,9], hipertonis [1,5] yang
diserap oleh biji Kacang merah (Vigna
angularis) dan
biji Kacang tanah (Arachis hypogaea) selama
proses imbibisi.
VII.
INDIKATOR
Volume larutan NaCl
hipotonis [ 0,5 ], isotonis [0,9] dan hipertonis [1,5] yang diserap oleh biji Kacang
merah (Vigna angularis) dan biji
kacang tanah (Arachis
hypogaea) selama proses imbibisi dapat diketahui
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Volume
larutan yang diserap oleh biji = | volume larutan sesudah imbibisi – volume
larutan sebelum imbibisi|
Protein
> karbohidrat > lemak.
·
Biji
yang mengandung banyak karbohidrat, lebih banyak menyerap air dibanding biji
yang mengandung lebih banyak lemak.
·
Semakin besar
konsentrasi larutan maka semakin sedikit air yang diserap.
VIII.
DATA
PENGAMATAN :
A. Larutan
NaCl hipotonis [0,5]
No.
|
Biji
|
Volume
NaCl(ml)
|
Kondisi
biji
|
|||
Sebelum
|
Sesudah
|
Selisih
|
Sebelum
|
Sesudah
|
||
1.
|
Kacang
merah (Vigna angularis)
|
40
|
36,8
|
3,2
|
Kering, halus,
keras
|
Menggem-bung
|
2.
|
biji
kacang tanah
(Arachis hypogaea)
|
40
|
37
|
3
|
Kering, halus,
keras
|
Menggem-bung
|
B. Larutan
NaCl isotonis [0,9]
No.
|
Biji
|
Volume
NaCl (ml)
|
Kondisi
biji
|
|||
Sebelum
|
Sesudah
|
Selisih
|
Sebelum
|
Sesudah
|
||
1.
|
Kacang merah (Vigna angularis)
|
40
|
37
|
3
|
Kering, halus, keras
|
Agak
Menggembung
|
2.
|
biji kacang tanah (Arachis hypogaea)
|
40
|
37,5
|
2,5
|
Kering, halus, keras
|
Agak
Menggembung
|
C. Larutan
hipertonis [1,5]
No.
|
Biji
|
Volume
NaCl (ml)
|
Kondisi
biji
|
|||
Sebelum
|
Sesudah
|
Selisih
|
Sebelum
|
Sesudah
|
||
1.
|
Kacang
merah (Vigna angularis)
|
40
|
38,5
|
1,5
|
Kering, halus,
keras
|
Meng-kerut
|
2.
|
biji
kacang tanah
(Arachis hypogaea)
|
40
|
38,3
|
1,7
|
Kering, halus,
keras
|
Meng-kerut
|
IX.
ANALISA DATA
Imbibisi
merupakan proses penyerapan air oleh imbibian, pada praktikum ini terjadi
proses berpindahnya air ke materi lain, yang khususnya terjadi pada biji. Biji
akan menyerap air sebanyak-banyaknya, yang akan menimbulkan berat biji bertambah
dan lebih membengkak. Air yang telah diserap berfungsi untuk menghidrolisis
cadangan makanan yang ada di dalam kotiledon biji, misalnya: amilum, protein
dan selulosa. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi imbibisi, yaitu : jenis
biji, konsentrasi larutan dan suhu.
Tujuan
dari praktikum imbibisi ini adalah untuk mengetahui
pengaruh kandungan*) biji Kacang merah ( Vigna
angularis) dan biji kacang
tanah (Arachis
hypogaea ) terhadap penyerapan larutan NaCl hipotonis [0,5], isotonis [0,9], dan
hipertonis [1,5] dibandingkan dengan konsentrasi sitoplasma sel [0,9] selama
proses imbibisi.
Prinsip
kerja dari praktikum ini adalah memasukkan 2,34 gram NaCl(s) ke
dalam gelas aqua yang berisi 80 mL aquades untuk larutan NaCl
hipotonis [0,5]. Setelah itu, dilakukan pengukuran dengan gelas ukur sebanyak
40 mL ke dalam masing-masing 2 gelas aqua. Untuk larutan NaCl isotonis [0,9] memasukkan NaCl(s)
sebanyak 4,21 gram ke dalam gelas aqua yang berisi 80 mL aquades,
kemudian dilakukan pengukuran dengan gelas ukur sebanyak 40 mL ke dalam
masing-masing 2 gelas aqua. Dan untuk pembuatan larutan NaCl hipertonis [1,5]
membutuhkan NaCl(s) sebanyak 7,02 gram ke dalam gelas aqua yang
berisi 80 mL aquades. Setelah itu, dilakukan pengukuran dengan gelas ukur
sebanyak 40 mL ke dalam masing-masing 2 gelas aqua. Jumlah NaCl(s)
yang diperlukan dari masing-masing konsentrasi larutan tersebut dapat diketahui
dengan menggunakan rumus :
m = Mr . M . V keterangan : m = massa
Mr = Massa Relatif NaCl (58,5)
M = Molaritas NaCl
V = volume aquades
Selanjutnya
menimbang sejumlah biji kacang merah (Vigna
angularis) dan biji kacang tanah (Arachis hypogea)
masing – masing sebanyak 2 gram dengan neraca O’hauss sebanyak tiga kali, sehingga didapatkan
3 x 2 gram untuk setiap biji. Memasukkan biji kacang merah (Vigna angularis)
dan kacang tanah (Arachis
hypogea) ke dalam masing-masing larutan NaCl
yang telah dibuat. Menutup mulut gelas aqua
dengan plastik dan
karet. Kemudian membiarkan biji-biji tersebut terendam selama 5 jam. Setelah 5
jam, mengambil biji yang
telah terendam dengan menggunakan pinset dan meniriskannya. Mengukur volume
perendaman biji dan menggunakan gelas ukur. Menghitung volume larutan NaCl yang
diserap oleh biji dan mencatat data serta memasukkannya ke dalam tabel pengamatan.
Biji
yang digunakan haruslah memiliki kriteria biji yang baik, yaitu :
a) Biji
utuh, tidak berlubang
b) Biji
tenggelam bila dimasukkan ke dalam air
c) Biji
tidak berjamur
d) Biji
kering
Hal
ini dimaksudkan supaya kandungan air dalam biji itu sedikit.
e) Biji
memiliki massa yang relatif sama.
Selama
di dalam air biji kemasukkan molekul-molekul air sekian banyaknya sampai tercapai
suatu keadaan “kenyang”, tidak kekurangan atau defisit akan air lagi
(Dwijoseputro, 1998 : 78 ).
Penggembungan
ini disebabkan oleh beberapa kemungkinan diantaranya:
a. Proses
adsorbsi
Proses
ini terjadi karena masuknya air melalui dinding dari kulit biji dan air berada
di sekitar ruang antar sel dan menempel pada dinding sel.
b. Proses osmosis
Proses
ini terjadi karena masuknya air melalui membran semipermeabel yaitu kulit ari
dari biji.
c. Proses
absorbsi
Proses
yang terjadi karena masuknya air ke dalam sel biji, dimana air akan meresap
didalam biji-biji tersebut.
Adanya
perubahan volume larutan sebelum dan sesudah perendaman dikarenakan adanya
proses imbibisi dimana secara teori apabila
larutan Hipotonik [0,5], larutan akan berpindah dari
lingkungan ke system (jaringan organ).
Dari
hasil percobaan diperoleh data dimana:
a)
Larutan NaCl Hipotonis
[0,5]
No.
|
Biji
|
Volume
NaCl(ml)
|
Kondisi
biji
|
|||
Sebelum
|
Sesudah
|
Selisih
|
Sebelum
|
Sesudah
|
||
1.
|
Kacang
merah (Vigna angularis)
|
40
|
36,8
|
3,2
|
Kering, halus,
keras
|
Menggem-bung
|
2.
|
biji
kacang tanah
(Arachis hypogaea)
|
40
|
37
|
3
|
Kering, halus,
keras
|
Menggem-bung
|
Berdasarkan data di atas dapat diketahui
bahwa biji kacang merah (Vigna
angularis) menyerap lebih banyak air daripada biji kacang
tanah (Arachis hypogea). Hal ini sesuai dengan data kandungan
biji yang menyatakan bahwa kandungan Karbohidrat
dari Biji kacang merah (Vigna
angularis) lebih tinggi daripada biji kacang tanah (Arachis hypogea) Banyaknya air yang
diserap oleh biji akan berpengaruh terhadap kondisi fisik dari biji tersebut.
Hal ini dapat terlihat dari perubahan kondisi fisik kedua biji yang awalnya
biji keras, kering, dan halus. Kondisi biji setelah dilakukan perendaman dengan
larutan hipotonis, keadaannya menjadi mengembung karena air yang diserap lebih
banyak dan telah terjadi proses imbibisi secara menyeluruh.
b)
Larutan NaCl Isotonis [
0,9]
No.
|
Biji
|
Volume
NaCl (ml)
|
Kondisi
biji
|
|||
Sebelum
|
Sesudah
|
Selisih
|
Sebelum
|
Sesudah
|
||
1.
|
Kacang merah (Vigna angularis)
|
40
|
37
|
3
|
Kering, halus, keras
|
Agak
Menggembung
|
2.
|
biji kacang tanah (Arachis hypogaea)
|
40
|
37,5
|
2,5
|
Kering, halus, keras
|
Agak
Menggembung
|
Berdasarkan data diatas dapat diketahui
bahwa biji kacang merah(
Vigna angularis)
menyerap lebih sedikit air dibandingkan dengan
kacang tanah( Arachis
hypogaea). Banyaknya air yang diserap oleh biji
akan berpengaruh terhadap kondisi fisik dari biji tersebut Hal ini dapat
terlihat dari perubahan kondisi fisik kedua biji yang awalnya biji keras,
kering, dan halus. Setelah proses perendaman, biji kacang merah(
Vigna angularis)
menyerap lebih sedikit air dibandingkan kacang tanah(Arachis
hypogaea).
c)
Larutan NaCl Hipertonis
[ 1,5]
No.
|
Biji
|
Volume
NaCl (ml)
|
Kondisi
biji
|
|||
Sebelum
|
Sesudah
|
Selisih
|
Sebelum
|
Sesudah
|
||
1.
|
Kacang
merah (Vigna angularis)
|
40
|
38,5
|
1,5
|
Kering, halus,
keras
|
Meng-kerut
|
2.
|
biji
kacang tanah
(Arachis hypogaea)
|
40
|
38,3
|
1,7
|
Kering, halus,
keras
|
Meng-kerut
|
Berdasarkan data diatas dapat diketahui
bahwa biji Kacang
merah (Vigna angularis) menyerap lebih sedikit air dibandingkan
dengan biji
kacang tanah
(Arachis hypogaea).
Hal ini tidak sesuai dengan data
kandungan biji yang menyatakan bahwa kandungan karbohidrat dari Kacang merah (Vigna angularis) menyerap lebih
tinggi daripada kacang
tanah
(Arachis hypogaea).
. Ketidaksesuaian ini disebabkan oleh
hal-hal seperti :
- Kurang
bersihnya alat yang memungkinkan terjadinya kontaminasi.
- Kekurangakuratan
neraca menyebabkan penimbangan bahan kurang sesuai dengan kebutuhan.
Meskipun begitu, kondisi fisik dari
kedua biji yang tadinya kering, keras dan halus, setelah perendaman menjadi
keriput. Hal ini dikarenakan proses imbibisi yang terjadi pada kedua biji
tersebut kurang sempurna. Pada larutan hipertonis, konsentrasi zat terlarut
lebih tinggi daripada konsentrasi zat pelarut. Hal ini menyebabkan air di dalam
larutan sulit masuk ke dalam biji.
Biji kacang yang mengembang karena
proses imbibisi di atas tidak mendapat rintangan dari sekelilingnya, sehingga
perkembangan dapat berlangsung bebas, maka pengembangan volume biji kacang
tersebut tidak menghasilkan tekanan turgor sama sekali; dengan kata lain,
tekanan turgornya = 0 (nol). Sebaliknya, bila imbiban yang meresap air itu
mendapat rintangan untuk mengembang – bayangkan suatu biji yang terjepit di
sela-sela gumpalan tanah-, maka timbullah desakan atau tekanan kepada
perintang, sehingga tekanan imbibisi sekarang terlaksana sebagai tekanan turgor
(Dwidjoseputro.1983:71).
Selisih volume sebelum dan sesudah
Imbibisi pada kacang tanah
( Arachis hypogaea):
konsentrasi
|
selisih
volume sebelum dan sesudah imbibisi
|
0.5
|
3
|
0.9
|
2,5
|
1.5
|
1.7
|
Grafik 1. Grafik hubungan antara
konsentrasi larutan terhadap volume air yang diserap biji kacang tanah
Selisih volume sebelum dan sesudah Imbibisi pada
kacang Merah (Vigna angularis):
konsentrasi
|
selisih volume sebelum dan sesudah
imbibisi
|
0.5
|
3.2
|
0.9
|
3
|
1.5
|
1.5
|
Grafik 2. Grafik hubungan antara konsentrasi larutan terhadap volume
air yang diserap biji kacang merah(Vigna angularis)
Dari grafik diatas dapat disimpulkan bahwa pada kacang merah(Vigna
angularis) yangdapat lebih banyak menyerap air daripada pada kacang tanah (Arachis hypogaea) karena Karbohidrat
memiliki ikatan karbon lebih rendah daripada Lemak.
X.
KESIMPULAN
1. Imbibisi
adalah peristiwa molekul -molekul
tertentu ke dalam zat atau benda tertentu melalui pori-pori atau zat yang
menyelubungi zat atau benda tersebut dan kemudian molekul-molekul tersebut
menetap di dalam zat / benda yang memasukinya.
2. Kriteria
biji yang digunakan dalam praktikum imbibisi, yaitu :
a)
Biji utuh, tidak berlubang
b)
Biji tenggelam bila
dimasukkan ke dalam air
c)
Biji tidak berjamur
d) Biji
kering
e)
Biji memiliki massa
yang relatif sama
3. Dari
hasil pengamatan diperoleh :
a)
Larutan NaCl Hipotonis
[0,5]
Biji
kacang merah (Vigna
angularis) menyerap lebih banyak air daripada biji kacang
tanah (Arachis hypogea)
karena memiliki kandungan Karbohidrat yang lebih banyak.
b) Larutan NaCl Isotonis [ 0,9]
biji
kacang merah( Vigna angularis) menyerap
lebih sedikit air dibandingkan dengan kacang tanah( Arachis hypogaea). karena
memiliki kandungan Karbohidrat yang lebih banyak.
c) Larutan NaCl Hipertonis [ 1,5]
Kacang merah (Vigna
angularis) menyerap
lebih sedikit air dibandingkan
dengan biji
kacang tanah
(Arachis hypogaea).
Hal ini tidak sesuai dengan data
kandungan biji yang menyatakan bahwa kandungan karbohidrat dari Kacang merah (Vigna angularis) menyerap lebih
tinggi daripada kacang
tanah
(Arachis hypogaea).
4.
Dari grafik dapat disimpulkan bahwa pada kacang merah(Vigna
angularis) yangdapat lebih banyak menyerap air daripada pada kacang tanah (Arachis hypogaea) karena Karbohidrat
memiliki ikatan karbon lebih rendah daripada Lemak.
XI.
DAFTAR
PUSTAKA :
Dwijoseputro.
1989. Pengantar Fisiologi Tumbuhan.
Jakarta: Gramedia.
Sastromihardjo.
1996. Fisiologi Tumbuhan. Surakarta:
UNS press.
Sugiyarto. 1998.
Petunjuk Praktikum Fisiologi Tumbuhan.
Surakarta: UNS press.
Suwasono, Heddy.
1984. Biologi Pertanian. Jakarta:
Rajawali press.
Woelaningsih.
1992. Botani Dasar. Yogyakarta: UGM
press.
Post a Comment for "Praktikum Fisiologi Tumbuhan (Imbibisi)"