Praktikum Fisiologi Tumbuhan (Imbibisi)


MAKALAH PRAKTIKUM  FISIOLOGI TUMBUHAN

i
       I.            JUDUL          : IMBIBISI

    II.            TUJUAN       :
Mengetahui pengaruh kandungan*) biji Kacang merah ( Vigna angularis)  dan biji kacang tanah  (Arachis hypogaea ) terhadap penyerapan larutan  NaCl hipotonis [0,5], isotonis [0,9], dan hipertonis [1,5] dibandingkan dengan konsentrasi sitoplasma sel [0,9] selama proses imbibisi.

 III.            DASAR TEORI
Peristiwa imbibisi menurut Sutarmi merupakan penggabungan dari beberapa peritiwa perpindahan molekul dari suatu ruang ke ruang lain meliputi peristiwa osmosis, difusi, absorbsi, maupun sebagai contoh air yang terimbibisi ke dalam sebuah biji kacang. Absorbsi terjadi pada saat air memasuki biji dan peristiwa ini merupakan proses difusi, sebab air mengalir dari ruang yang berkonsentrasi tinggi ke ruang yang berkonsentrasi rendah dan mempunyai defisit tekanan osmosis tinggi. Absorbsi terjadi karena molekul-molekul itu kemudian mengisi ruang-ruang antar sel dan molekul biji kacang, sedangkan peristiwa osmosis terjadi karena air tersebut memasuki sel-sel biji kacang melalui membran semipermeabel.
             Peristiwa imbibisi dapat terlihat dalam gerakan pada tumbuhan. Masuknya air sering disertai membengkaknya bahan koloid dan peningkatan berat tumbuhan. Misalnya ,bulir padi atau gelatin akan bertambah volume dan beratnya jika diberi air. Biji menjadi lebih besar karena dilewatkan dalam air dan tanah yang lembab dan hal ini disebabkan oleh imbibisi (Sutarmi, 1984: 63).
            Jika kita meredam biji kacang hijau yang kering di dalam air murni, saat selang beberapa lama (+ 6 jam) biji kacang itu seolah menggembung seakan mau pecah. Selama di dalam air, biji tersebut memasukkan molekul-molekul air sekian banyaknya sampai tercapai suatu keadaan “ kenyang “ tidak kekurangan atau deficit akan air lagi.
 Peristiwa imbibisi pada hakekatnya tak lain tak bukan suatu proses difusi belaka. Sebab, bukanlah sel-sel biji kacang kering itu mempunyai nilai osmosis tinggi dan oleh karena itu mempunyai defisit tekanan osmosis yang besar pula. Maka wajarlah, jika molekul-molekul air berdifusi dari berkonsentrasi yang rendah ke konsentrasi yang tinggi (Dwijosepoetro, 1989 : 78-79).
            Jika meredam biji kering ke dalam air, maka kemudian volume biji tersebut bertambah. Kenaikan volume karena penyerapan air tersebut dapat bersifat reversible (dapat dikembalikan), artinya jika berkurang volumenya maka volume sel pun akan berkurang” (Woelaningsih, 1992: 31).
            Di dalam peristiwa imbibisi, volume membran akan bertambah, tetapi volumenya lebih kecil dari volume awal imbiban dan molekul imbibisi dalam kedaan bebas.  Karena dalam keadaan imbibisi, molekul-molekul tersusun secara berjajar dan tertekan, sebagai akibat penekanan tersebut, maka dalam proses imbibisi akan terjadi pembebasan energi dalam bentuk panas (Sugiyanto.1988 : 22 ).
            Dalam proses imbibisi ini berlaku pula hubungan antara potensial air dengan potensial matrik atau potensial imbibisi sebagai berikut :
PA = Pi + PT
Banyak sedikitnya air yang terimbibisi oleh suatu zat (benda) sangat tergantung pada nilai potensial air di sekitarnya (Sastromihardjo, 1996: 59).
            Didalam peristiwa imbibisi disamping terjadi kenaikan volume akan terjadi pembebasan tenaga dalam bentuk panas. Hal ini dapat dibuktikan apabila kita masukan tepung kering yang mempunyai kapasitas imbibisi yang tinggi ke dalam air yang kedua-duanya dimasukkan kedalam kallimeter. Pembebasan tenaga dalam bentuk panas ini diduga berasal dari tenaga kinetis molekul-molekul zat yang diimbibisi.
            Suatu zat yang mengimbibisi air, seringkali tidak bisa mengimbibisi zat lainnya. Misalnya tepung dapat mengimbibisi air yang ditambahkan volume tepung. Namun bila tepung disimpan dalam eter, ternyata terjadi  molekul cairan tertentu saja (Suwasono Heddy, 1987: 117).
            Kita mengenal imbibian yang mudah memasukkan air, tetapi sukar atau tidak mungkin memasukkan eter atau zat organik lainnya. Imbibian semacam itu misalnya agar-agar. Sebaliknya, ada juga imbibian yang mudah memasukkan zat-zat organik, akan tetapi sukar memasukkan air. Misalnya karet mudah memasukkan eter, akan tetapi tidak mungkin kemasukkan air (Dwijosepoetro, 1984: 81).
            Seperti halnya dengan difusi dan osmosis, maka imbibisi pun berpengaruh oleh temperatur. Kenaikan temperatur menambah kegiatan difusi, osmosis, ataupun imbibisi. Pada proses imbibisi ditimbulkan panas. Hal ini dapat diterangkan dan dipahami jika kita mengingat adanya keributan masuknya molekul-molekul air serta tersusunnya secara berjejal-jejal di dalam imbibian dimana molekul-molekul air kehilangan sebagian energi kinetisnya: energi kinetis berubah menjadi panas.
            Tekanan imbibisi identik dengan tekanan osmosis. Jika biji kacang itu telah menyerap air, maka berkuranglah tekanan imbibisinya, demikian pula berkuranglah tekanan osmosisnya (Dwijosepoetro, 1989: 80).

 IV.            ALAT DAN BAHAN
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebuah neraca O’haus untuk menimbang biji sebelum perendaman serta untuk menimbang massa NaCl yang akan digunakan sebagai larutan perendam. Enam  buah gelas aqua digunakan sebagai wadah proses perendaman. Satu  buah gelas ukur digunakan untuk mengukur banyaknya volume aquades yang digunakan untuk membuat larutan NaCl. Satu buah spatula yang digunakan untuk mengaduk larutan NaCl agar NaCl(s) larut dalam aquades dan digunakan untuk mengambil atau meletakkan NaCl(s) pada neraca pada waktu menimbang. Satu buah pinset digunakan untuk meletakkan dan mengambil biji dalam gelas aqua yang telah berisi larutan NaCl. Satu buah kaca arloji digunakan untuk wadah menimbang NaCl  dan meniriskan biji setelah penimbangan. Tisu secukupnya digunakan untuk membersihkan peralatan setelah dicuci. Dua buah pipet tetes untuk menyamakan semua volume. Enam buah plastik dan karet untuk menutup gelas aqua.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah NaCl(s) yang digunakan untuk membuat larutan Hipotonis sebanyak 2,34 gr, larutan Isotonis sebanayak 4,21 gr dan larutan Hipertonis 7,02 gr.Biji Kacang merah ( Vigna angularis)  dan  Kacang tanah (Arachis hypogaea )sebanyak  2 gr dengan syarat biji yaitu  utuh, tidak berjamur, tenggalam dalam air serta kering. Kemudian biji dimasukkan dalam larutan Hipotonik,Isotonik dan Hipertonis sebagai objek terjadinya imbibisi. Aquades sebanyak 240 ml yang digunakan untuk melarutkan NaCl.

    V.            CARA KERJA
Menyiapkan semua alat dan bahan yang digunakan. Kemudian membuat larutan NaCl yang berbeda konsentrasi yaitu  Hipotonis [0,5] , Isotonis [0,9] dan Hipertonik [1,5] dimana dalam pembuatan larutan hipotonis [0,5] membutuhkan 2,43 gr NaCl yang dimasukkan ke dalam  gelas aqua yang berisi 80 ml aquades.  Setelah itu dilakukan pungukuran dengan gelas ukur sebanyak 40 ml ke dalam masing-masing 2 buah gelas aqua. Selanjutnya pembuatan larutan NaCl isotonis [0,9] membutuhkan 4,21 gr NaCl(s)  yang dimasukkan kadalam gelas aqua yang berisi 80 ml aquades. Setelah itu dilakuakan pengukuran dengan gelas ukur sebanyak 40 ml kedalam masing-masing 2 gelas aqua. Dan untuk pembuatan larutan NaCl hipertonis membutuhkan 7,02 gr NaCl(s) kadalam gelas aqua yang berisi 80 ml aquades. Setelah itu dilakukan pengukuran dengan gelas ukur sebanyak 40 ml ke dalam masing-masing 2 gelas aqua.  Pengukuran Jumlah NaCl yang diperluhkan dari masing-masing konsentrasi larutan tersebut menggunakan rumus sebagai berikut :

M= Mr NaCl. M. V aquadest
 
 


Keterangan :
m = massa NaCl (gr)
Mr = Massa relatif NaCl (58,5)
M = Molaritas larutan NaCl
V = Volume aquades (l)
Dan dengan perhitungan sebagai berikut :
Diketahui : Mr NaCl = 58,5
                               V aquades = 90 ml = 0,9 L

a.       Larutan NaCl hipotonis [0,5]
m = Mr NaCl . M . V
      = 58.5 . 0,5 . 0,08
      = 2,34 gr
b.      Larutan NaCl isotonis [0,9]
m = Mr NaCl . M . V
      = 58.5 . 0,9 . 0,08
      = 4,21 gr
c.       Larutan NaCl hipertonis [1,5]
m = Mr NaCl . M . V
      = 58.5 . 1,5 . 0,08
      = 7,02 gr


Langkah selanjutnya adalah menimbang biji Kacang merah (Vigna angularis) dan Kacang tanah (Arachis hypogaea) masing-masing sebanyak 2 gram dengan neraca tiga analytical diulang sehingga didapatkan 3x2 gram untuk setiap biji. Memasukkan biji Kacang merah (Vigna angularis) dan Kacang tanah (Arachis hypogaea) ke dalam masing-masing gelas yang sudah berisi larutan NaCl yang telah dibuat tadi. Menutup mulut gelas dengan plastik dan karet. Kemudian membiarkan biji pada masing-masing gelas aqua  tersebut terendam selama 5 jam. Setelah 5 jam, mengambil biji Kacang merah (Vigna angularis) dan Kacang tanah (Arachis hypogaea) yang telah direndam dengan menggunakan pinset. Mengukur volume larutan perpindahan biji menggunakan gelas ukur. Mengukur volume larutan NaCl yang diserap oleh biji dan mencatat serta memasukkan dalam tabel pengamatan.
Gambar Rangkaian alat :
Gambar 1. Rangkaian alat percobaan osmosis pada kacang tanah (Arachis hypogea)
Gambar 2. Rangkaian alat percobaan osmosis pada kacang merah (Vigna angularis)



 VI.            PARAMETER
Volume larutan NaCl Hipotenis [0,5], Isotonis [0,9], hipertonis [1,5] yang diserap oleh biji Kacang merah (Vigna angularis) dan biji Kacang tanah (Arachis hypogaea) selama proses imbibisi.

VII.            INDIKATOR
Volume larutan NaCl hipotonis [ 0,5 ], isotonis [0,9] dan hipertonis [1,5] yang diserap oleh biji Kacang merah (Vigna angularis) dan biji kacang tanah (Arachis hypogaea) selama proses imbibisi dapat diketahui dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Volume larutan yang diserap oleh biji = | volume larutan sesudah imbibisi – volume larutan sebelum imbibisi|
Protein > karbohidrat > lemak.
·         Biji yang mengandung banyak karbohidrat, lebih banyak menyerap air dibanding biji yang mengandung lebih banyak lemak.
·         Semakin besar konsentrasi larutan maka semakin sedikit air yang diserap. 

VIII.            DATA PENGAMATAN :
A.    Larutan NaCl hipotonis [0,5]
No.
Biji
Volume NaCl(ml)
Kondisi biji
Sebelum
Sesudah
Selisih
Sebelum
Sesudah
1.
Kacang merah (Vigna angularis) 
40
36,8
3,2
Kering, halus, keras
Menggem-bung
2.
biji kacang tanah (Arachis hypogaea)
40
37
3
Kering, halus, keras
Menggem-bung

B.     Larutan NaCl isotonis [0,9]
 No.
Biji
Volume NaCl (ml)
Kondisi biji
Sebelum
Sesudah
Selisih
Sebelum
Sesudah
1.
Kacang merah (Vigna angularis)
40
37
3
Kering, halus, keras
Agak
Menggembung
2.
biji kacang tanah (Arachis hypogaea)
40
37,5
2,5
Kering, halus, keras
Agak
Menggembung

C.     Larutan hipertonis [1,5]
No.
Biji
Volume NaCl (ml)
Kondisi biji
Sebelum
Sesudah
Selisih
Sebelum
Sesudah
1.
Kacang merah (Vigna angularis) 
40
38,5
1,5
Kering, halus, keras
Meng-kerut
2.
biji kacang tanah (Arachis hypogaea)
40
38,3
1,7
Kering, halus, keras
Meng-kerut

 IX.            ANALISA DATA
Imbibisi merupakan proses penyerapan air oleh imbibian, pada praktikum ini terjadi proses berpindahnya air ke materi lain, yang khususnya terjadi pada biji. Biji akan menyerap air sebanyak-banyaknya, yang akan menimbulkan berat biji bertambah dan lebih membengkak. Air yang telah diserap berfungsi untuk menghidrolisis cadangan makanan yang ada di dalam kotiledon biji, misalnya: amilum, protein dan selulosa. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi imbibisi, yaitu : jenis biji, konsentrasi larutan dan suhu.
Tujuan dari praktikum imbibisi ini adalah untuk mengetahui pengaruh kandungan*) biji Kacang merah ( Vigna angularis)  dan biji kacang tanah  (Arachis hypogaea ) terhadap penyerapan larutan  NaCl hipotonis [0,5], isotonis [0,9], dan hipertonis [1,5] dibandingkan dengan konsentrasi sitoplasma sel [0,9] selama proses imbibisi.
Prinsip kerja dari praktikum ini adalah memasukkan 2,34 gram NaCl(s) ke dalam gelas aqua yang berisi 80 mL aquades untuk larutan NaCl hipotonis [0,5]. Setelah itu, dilakukan pengukuran dengan gelas ukur sebanyak 40 mL ke dalam masing-masing 2 gelas aqua. Untuk  larutan NaCl isotonis [0,9] memasukkan NaCl(s) sebanyak 4,21 gram ke dalam gelas aqua yang berisi 80 mL aquades, kemudian dilakukan pengukuran dengan gelas ukur sebanyak 40 mL ke dalam masing-masing 2 gelas aqua. Dan untuk pembuatan larutan NaCl hipertonis [1,5] membutuhkan NaCl(s) sebanyak 7,02 gram ke dalam gelas aqua yang berisi 80 mL aquades. Setelah itu, dilakukan pengukuran dengan gelas ukur sebanyak 40 mL ke dalam masing-masing 2 gelas aqua. Jumlah NaCl(s) yang diperlukan dari masing-masing konsentrasi larutan tersebut dapat diketahui dengan menggunakan rumus :
     m = Mr . M . V            keterangan :     m         = massa
                                                                 Mr       = Massa Relatif NaCl (58,5)
                                                                 M         = Molaritas NaCl
V         = volume aquades
Selanjutnya menimbang sejumlah biji kacang merah (Vigna angularis) dan biji kacang tanah (Arachis hypogea) masing – masing sebanyak 2 gram dengan neraca O’hauss sebanyak tiga kali, sehingga didapatkan 3 x 2 gram untuk setiap biji. Memasukkan biji kacang merah (Vigna angularis) dan kacang tanah (Arachis hypogea) ke dalam masing-masing larutan NaCl yang telah dibuat. Menutup mulut gelas aqua dengan plastik dan karet. Kemudian membiarkan biji-biji tersebut terendam selama 5 jam. Setelah 5 jam, mengambil biji yang telah terendam dengan menggunakan pinset dan meniriskannya. Mengukur volume perendaman biji dan menggunakan gelas ukur. Menghitung volume larutan NaCl yang diserap oleh biji dan mencatat data serta memasukkannya ke dalam tabel pengamatan.
Biji yang digunakan haruslah memiliki kriteria biji yang baik, yaitu :
a)      Biji utuh, tidak berlubang
b)      Biji tenggelam bila dimasukkan ke dalam air
c)      Biji tidak berjamur
d)     Biji kering
Hal ini dimaksudkan supaya kandungan air dalam biji itu sedikit.
e)      Biji memiliki massa yang relatif sama.
Selama di dalam air biji kemasukkan molekul-molekul air sekian banyaknya sampai tercapai suatu keadaan “kenyang”, tidak kekurangan atau defisit akan air lagi (Dwijoseputro, 1998 : 78 ).
Penggembungan ini disebabkan oleh beberapa kemungkinan diantaranya:
a.       Proses adsorbsi
Proses ini terjadi karena masuknya air melalui dinding dari kulit biji dan air berada di sekitar ruang antar sel dan menempel pada dinding sel.
b.      Proses osmosis
Proses ini terjadi karena masuknya air melalui membran semipermeabel yaitu kulit ari dari biji.
c.       Proses absorbsi
Proses yang terjadi karena masuknya air ke dalam sel biji, dimana air akan meresap didalam biji-biji tersebut.
Adanya perubahan volume larutan sebelum dan sesudah perendaman dikarenakan adanya proses imbibisi dimana secara teori apabila larutan Hipotonik [0,5], larutan akan berpindah dari lingkungan ke system (jaringan organ).


Dari hasil percobaan diperoleh data dimana:
a)                  Larutan NaCl Hipotonis [0,5]
No.
Biji
Volume NaCl(ml)
Kondisi biji
Sebelum
Sesudah
Selisih
Sebelum
Sesudah
1.
Kacang merah (Vigna angularis) 
40
36,8
3,2
Kering, halus, keras
Menggem-bung
2.
biji kacang tanah (Arachis hypogaea)
40
37
3
Kering, halus, keras
Menggem-bung
Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa biji kacang merah (Vigna angularis) menyerap lebih banyak air daripada biji kacang tanah (Arachis hypogea). Hal ini sesuai dengan data kandungan biji yang menyatakan bahwa kandungan Karbohidrat dari Biji kacang merah (Vigna angularis) lebih tinggi daripada biji kacang tanah (Arachis hypogea) Banyaknya air yang diserap oleh biji akan berpengaruh terhadap kondisi fisik dari biji tersebut. Hal ini dapat terlihat dari perubahan kondisi fisik kedua biji yang awalnya biji keras, kering, dan halus. Kondisi biji setelah dilakukan perendaman dengan larutan hipotonis, keadaannya menjadi mengembung karena air yang diserap lebih banyak dan telah terjadi proses imbibisi secara menyeluruh.
b)                  Larutan NaCl Isotonis [ 0,9]
No.
Biji
Volume NaCl (ml)
Kondisi biji
Sebelum
Sesudah
Selisih
Sebelum
Sesudah
1.
Kacang merah (Vigna angularis)
40
37
3
Kering, halus, keras
Agak
Menggembung
2.
biji kacang tanah (Arachis hypogaea)
40
37,5
2,5
Kering, halus, keras
Agak
Menggembung
Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa biji kacang merah( Vigna angularis) menyerap lebih sedikit air dibandingkan dengan kacang tanah( Arachis hypogaea). Banyaknya air yang diserap oleh biji akan berpengaruh terhadap kondisi fisik dari biji tersebut Hal ini dapat terlihat dari perubahan kondisi fisik kedua biji yang awalnya biji keras, kering, dan halus. Setelah proses perendaman, biji kacang merah( Vigna angularis) menyerap lebih sedikit air dibandingkan kacang tanah(Arachis hypogaea).
c)                  Larutan NaCl Hipertonis [ 1,5]
No.
Biji
Volume NaCl (ml)
Kondisi biji
Sebelum
Sesudah
Selisih
Sebelum
Sesudah
1.
Kacang merah (Vigna angularis) 
40
38,5
1,5
Kering, halus, keras
Meng-kerut
2.
biji kacang tanah (Arachis hypogaea)
40
38,3
1,7
Kering, halus, keras
Meng-kerut
Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa biji Kacang merah (Vigna angularis)  menyerap lebih sedikit air dibandingkan dengan biji kacang tanah (Arachis hypogaea). Hal ini tidak sesuai dengan data kandungan biji yang menyatakan bahwa kandungan karbohidrat dari Kacang merah (Vigna angularis)  menyerap lebih tinggi daripada kacang tanah (Arachis hypogaea).
. Ketidaksesuaian ini disebabkan oleh hal-hal seperti :
-       Kurang bersihnya alat yang memungkinkan terjadinya kontaminasi.
-       Kekurangakuratan neraca menyebabkan penimbangan bahan kurang sesuai dengan kebutuhan.
Meskipun begitu, kondisi fisik dari kedua biji yang tadinya kering, keras dan halus, setelah perendaman menjadi keriput. Hal ini dikarenakan proses imbibisi yang terjadi pada kedua biji tersebut kurang sempurna. Pada larutan hipertonis, konsentrasi zat terlarut lebih tinggi daripada konsentrasi zat pelarut. Hal ini menyebabkan air di dalam larutan sulit masuk ke dalam biji.
Biji kacang yang mengembang karena proses imbibisi di atas tidak mendapat rintangan dari sekelilingnya, sehingga perkembangan dapat berlangsung bebas, maka pengembangan volume biji kacang tersebut tidak menghasilkan tekanan turgor sama sekali; dengan kata lain, tekanan turgornya = 0 (nol). Sebaliknya, bila imbiban yang meresap air itu mendapat rintangan untuk mengembang – bayangkan suatu biji yang terjepit di sela-sela gumpalan tanah-, maka timbullah desakan atau tekanan kepada perintang, sehingga tekanan imbibisi sekarang terlaksana sebagai tekanan turgor (Dwidjoseputro.1983:71).

Selisih volume sebelum dan sesudah Imbibisi pada kacang tanah
 ( Arachis hypogaea):
konsentrasi
selisih volume sebelum dan sesudah imbibisi
0.5
3
0.9
2,5
1.5
1.7


Grafik 1. Grafik hubungan antara konsentrasi larutan terhadap volume air yang diserap biji kacang tanah

Selisih volume sebelum dan sesudah Imbibisi pada kacang Merah (Vigna angularis):
konsentrasi
selisih volume sebelum dan sesudah imbibisi
0.5
3.2
0.9
3
1.5
1.5
           
            Grafik 2. Grafik hubungan antara konsentrasi larutan terhadap volume air yang diserap biji kacang merah(Vigna angularis)

Dari grafik diatas dapat disimpulkan bahwa pada kacang merah(Vigna angularis) yangdapat lebih banyak menyerap air daripada pada kacang tanah (Arachis hypogaea) karena Karbohidrat memiliki ikatan karbon lebih rendah daripada Lemak.
    X.            KESIMPULAN
1.      Imbibisi adalah peristiwa molekul -molekul tertentu ke dalam zat atau benda tertentu melalui pori-pori atau zat yang menyelubungi zat atau benda tersebut dan kemudian molekul-molekul tersebut menetap di dalam zat / benda yang memasukinya.
2.      Kriteria biji yang digunakan dalam praktikum imbibisi, yaitu :
a)         Biji utuh, tidak berlubang
b)        Biji tenggelam bila dimasukkan ke dalam air
c)        Biji tidak berjamur
d)       Biji kering
e)        Biji memiliki massa yang relatif sama
3.      Dari hasil pengamatan diperoleh :
a)                Larutan NaCl Hipotonis [0,5]
Biji kacang merah (Vigna angularis) menyerap lebih banyak air daripada biji kacang tanah (Arachis hypogea) karena memiliki kandungan Karbohidrat yang lebih banyak.
b)        Larutan NaCl Isotonis [ 0,9]
biji kacang merah( Vigna angularis) menyerap lebih sedikit air dibandingkan dengan kacang tanah( Arachis hypogaea). karena memiliki kandungan Karbohidrat yang lebih banyak.
c)        Larutan NaCl Hipertonis [ 1,5]
Kacang merah (Vigna angularis)  menyerap lebih sedikit air dibandingkan dengan biji kacang tanah (Arachis hypogaea). Hal ini tidak sesuai dengan data kandungan biji yang menyatakan bahwa kandungan karbohidrat dari Kacang merah (Vigna angularis)  menyerap lebih tinggi daripada kacang tanah (Arachis hypogaea).
4.      Dari grafik dapat disimpulkan bahwa pada kacang merah(Vigna angularis) yangdapat lebih banyak menyerap air daripada pada kacang tanah (Arachis hypogaea) karena Karbohidrat memiliki ikatan karbon lebih rendah daripada Lemak.

 XI.            DAFTAR PUSTAKA :

Dwijoseputro. 1989. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Gramedia.
Sastromihardjo. 1996. Fisiologi Tumbuhan. Surakarta: UNS press.
Sugiyarto. 1998. Petunjuk Praktikum Fisiologi Tumbuhan. Surakarta: UNS press.
Suwasono, Heddy. 1984. Biologi Pertanian. Jakarta: Rajawali press.
Woelaningsih. 1992. Botani Dasar. Yogyakarta: UGM press.










Post a Comment for "Praktikum Fisiologi Tumbuhan (Imbibisi)"