LAPORAN RESMI PRAKTIKUM
FISIOLOGI HEWAN
I.
JUDUL: ANALISIS ENZIM
PENCERNAAN (DIGESTI)
II.
TUJUAN :
1. Mengetahui macam-macam enzim pencernaan yang terdapat
pada usus ikan mas
2.
Mengetahui
macam-macam enzim pencernaan yang terdapat pada lambung ikan mas
3.
Mengetahui
macam-macam enzim pencernaan yang terdapat pada hati ikan mas
III.
DASAR
TEORI
Karbohidrat
adalah kelompok nutrien yang penting dalam susunan makanan, sebagai sumber
kalori. Sumber karbohidrat diantaranya gula pasir, buah-buahan, madu, sayuran,
susu, dan produk olahannya. Makanan yang berasal dari hewan, misalnya daging
atau ikan mengandung sangat sedikit karbohidrat kecuali sejumlah kecil
glikogen. Bahan-bahan makanan di atas tidak dapat diserap dalam bentuk alami
melalui mukosa saluran pencernaan dan karena alasan ini, bahan-bahan tersebut
tidak berguna sebagai zat nutrisi tanpa proses pencernaan, baik pencernaan
mekanik maupun pencernaan kimiawi. Proses pencernaan kimiawi sesungguhnya
sangat sederhana, karena pada ketiga jenis zat makanan utama (karbohidrat, protein,
dan lemak) terjadi proses hidrolisis dasar yang sama (Guyton, 1997).
Pada
sebagian vertebrata, khususnya mamalia, pencernaan makanan secara kimiawi mulai
terjadi di rongga mulut dimana yang dicerna pertama kali adalah karbohidrat.
Kemudian hasil hidrolisis karbohidrat akan menuju ususs halus untuk dicerna
menjadi molekul yang lebih sederhana lagi. Usus halus merupakan tempat
terjadinya absorbsi makanan, karena itulah dapat dikatakan bahwa sebenarnya
pencernaan makanan secara kimiawi berpusat di usus halus (intestinum), terutama
pada spesies ikan. Hal tersebut dikarenakan proses pencernaan kimiawi pada ikan
baru di mulai di bagian ususnya karena rongga mulut ikan tidak memilki kelenjar
saliva yang mampu menghasilkan amilase saliva. Karena itulah dilakukan
percobaan ini dimana tujuannya adalah menganalisis enzim pencernaan makanan
yang terdapat di usus ikan, khususnya ikan mas (Cyprinus carpio) serta menguji
fungsi empedu dalam sistem pencernaan. Sistem
pencernaan merupakan suatu proses pemecahan senyawa kompleks menjadi suatu
molekul yang lebih sederhana. Praktikum sistem pencernaan kali ini lebih
menekankan pada analisis enzim pada usus ikan mas (Cyprinus carpio)
dimana tujuannya adalah untuk mengetahui macam-macam enzim pencernaan makanan
yang terdapat pada usus ikan serta mengetahui fungsi empedu dalam proses
pencernaan makanan.
Secara umum, sistem pencernaan dibedakan atas sistem
pencernaan intraseluler dan ekstraseluler. Invertebrata pada umumnya memiliki
sistem pencernaan yang sangat sederhana, bahkan tidak memiliki organ-organ
pencernaan yang spesifik. Misalnya sponge yang mencerna makanannya dengan
menggunakan sel kolar. Di dalam sel kolar tersebut terdapat vakuola makanan
yang mengandung enzim-enzim pencernaan dan pada akhirnya makanan akan
disebarkan ke seluruh tubuh Sponge. Sedangkan pencernaan ekstraseluler
merupakan sistem pencernaan yang berlangsung di luar sel dan dilakukan oleh
semua vertebrata, termasuk ikan mas (Cyprinus carpio).
Hidayati (2007) mengemukakan bahwa sistem pencernaan
vertebrata terdiri dari serangkaian organ yang meliputi saluran pencernaan yang
berawal dari mulut dan berakhir di anus serta adanya organ asesoria berupa
kelenjar pencernaan yang berupa pankreas dan hati. Sementara itu hal yang
paling mendasari perbedaan sistem pencernaan intraseluler dan ekstraseluler
adalah bentuk molekul organik yang dicerna. Pada sistem pencernaan intraseluler
molekul organik yang dicerna adalah molekul organik kompleks, sedangkan pada
sistem pencernaan ekstraseluler molekul organik yang dicerna adalah molekul
organik sedrehana.
Secara umum, proses pencernaan ikan sama dengan
vertebrata lainnya. Akan tetapi, ikan memilki beberapa variasi, terutama dalam
hubungannya dengan cara memakan. Kebanyakan cara ikan mencari makanan dengan
menggunakan mata. Pembauan dan persentuhan digunakan juga untuk mencari makan
terutama oleh ikan pemakan dasar dalam perairan yang kekurangan cahaya. Ikan pemakan plankton memiliki mulut relatif kecil dan
umumnya tidak dapat dotonjolkan ke luar. Rongga mulut bagian dalam dilengkapi
dengan jari-jari tapis insang yang panjang dan lemas untuk menyaring plankton
yang dimakan. Mekanisme tersebutlah yang digunakan ikan mas dalam mencari
makanannya. Berbeda dengan mamalia, pada ikan pencernaan secara kimiawi dimulai
di lambung (untuk ikan karnivora/ herbivora cenderung karnivora) atau di bagian
depan usus halus (untuk ikan herbivora/ omnivora cenderung herbivora), bukan di
bagian rongga mulut. Hal tersebut dikarenakan ikan tidak memilki kelenjar air
liur yang dapat menhhasilkan enzim saliva (Fujaya, 2004).
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa pencernaan makanan
adalah penyerdehanaan makanan yang pada awalnya berupa molekul komplek menjadi
molekul sederhana. Dalam proses pencernaan,komponen makanan berupa protein,
lemak, dan karbohidrat harus dipecah menjadi senyawa-senyawa sederhana yang
merupakan komponen penyusunnya. Nutrien berbentuk sederhana itulah yang
nantinya dapat diserap oleh eritrosit dan diedarkan ke seluruh tubuh yang
selanjutnya digunakan untuk mensintesis senyawa baru (anabolisme) atau
dioksidasi untuk menghasilkan energi (katabolisme).
Di dalam lambung, protein akan mengalami denaturasi oleh
kerja HCl dan dihidrolisis oleh pepsin menjadi peptid. Pencernaan di dalam
lambung ini merupakan suatu persiapan untuk pencernaan di dalam usus. Kemudian
di dalam usus peptid akan mengalami hidrolisis dimana prosesnya dilakukan oleh
enzim karboksipeptidase, tripsin, khimotripsin, elastase sebagai katalisatornya
menjadi polipeptid, tripeptid, dan dipeptid. Selanjutnya oligopeptid tersebut
akan dihidrolisis oleh enzim peptidase menjadi bentuk tripeptid dan dipeptid
hingga akhirnya menjadi asam amino. Fujaya (2004) menjelaskan bahwa pencernaan
protein ikan yang tidak berlambung seperti ikan mas terjadi di usus depan dan
diperankan oleh enzim protease yang berasal dari pankreas.
Fujaya (2004) mengemukakan bahwa ada dua proses penting
dalam pencernaan lemak yaitu emulsifikasi oleh garam empedu dan pencernaan oleh
lipase. Emulsifikasi menyebabkan bahan hasil pencernaan berbentuk butiran halus
dengan permukaan yang lebih luas sehingga memaksimalkan aktivitas enzim.
Meskipun intensitasnya rendah, pencernaan lemak dimulai di lambung dan akan
dicerna secara intensif di bagian usus. Hidrolisis lemak oleh lipase akan
menghasilkan monogliserid dan asam lemak yang berukuran kecil dan disebut micel.
Partikel lemak dalam bentuk micel inilah yang siap
diserap oleh dinding usus (enterosit).
Pencernaan karbohidrat yaitu pati dan glikogen dimulai
oleh amilase saliva di dalam rongga mulut dan terus berlanjut di dalam usus
halus. Amilase pankreas menghidrolisis pati , glikogen, dan polisakarida yang
lebih kecil menjdi disakarida, termasuk maltosa. Enzim maltase akan
menyempurnakan dan menyelesaikan pencernaan maltosa dan memecahnya menjadi dua
molekul glukosa (galaktosa) yang merupakan gula sederhana. Selain maltase, pada
usus halus terdapat pula enzim disakaridase lainnya yaitu laktose dan sukrose.
Laktose akan menghidrolisis laktosa (gula susu) menjadi glukosa, sedangkan
sukrose/sukrase/invertase akan menghidrolisis sukrosa menjadi fruktosa. Menurut
Campbell (2004), disakaridase tersebut dibuat dan berada dalam membran dan
matriks ekstraseluler yang menutupi epitelium usus halus. Pengkondisian
tersebut dikarenakan membran dan matriks ekstraseluler usus halus adalah tempat
penyerapan gula.
IV.
ALAT DAN
BAHAN
ALAT
|
BAHAN
|
||
Tabung reaksi
|
10 buah
|
Ikan mas
|
1 ekor
|
Botol gelap
|
1 buah
|
Aquades
|
Secukupnya
|
Mortar&alu
|
1 set
|
Toluene
|
4-5 tetes
|
Gelas piala
|
1 buah
|
Larutan kanji
|
Secukupnya
|
Pembakar spirtus
|
1 buah
|
Maltose
|
Secukupnya
|
Penjepit kayu
|
2 buah
|
Albumin
|
Secukupnya
|
Rak tabung reaksi
|
1 buah
|
Giserin 50%
|
Secukupnya
|
Pipet tetes
|
2 buah
|
Reagen biuret
|
Secukupnya
|
Gelas ukur 10ml
|
2 buah
|
Reagen benedict
|
Secukupnya
|
Corong kaca
|
1 buah
|
Korek api
|
Secukupnya
|
Kertas saring
|
secukupnya
|
Tissue
|
secukupnya
|
V.
CARA
KERJA
a.
Membuaat
ekstrak usus.
1. Bedahlah ikan mas pada bagian perutnya
2. Pisahkan usus dari oegan lainnya secara hati-hati. Ambil
usus halus dengan memotongnya dari bagian lambung hingga awal usus besar.
3. Ambil kantung empedunya dengan hati-hati dan jangan
sampai pecah.
4. Bukalah usus halus dengan cara menyayatnya secara
longitudinal
5. Bersihkan usus tersebut dengan menggunakan
aquades,kemudian memasukkan ke dalam mortir.
6. Ambil 20 ml gliserin 50 % dan masukkan ke dalam mortir,haluskan
ususnya.Ambil 4-5 tetes toluen,haluskan kembali.
7. Menyaring ekstrak usus dengan menggunakan kertas saring.
8. lakukan tes terhadap larutan hasil saringan tersebut
yaitu tes pembuktian adanya amilase,maltase dan tripsin
b.
Tes
pembuktian amylase
1.
Sediakan
2 tabung reaksi dan beri label A dan B. Tuangkan reagen benedict ke dalam
tabung tersebut masing-masing 2 ml.
2.
Siapkan
dua tabung lain dan beri label C dan D
3.
Masukkan
larutan kanji matang encer masing-masing 2 ml ke dalam tabung C dan D.Untuk
tabung C tambahkan 1 ml ekstrak usus sedangkan tabung D tambahkan 1ml
aquades.Goyang kedua tabung tersebut selama 5- 10 menit.
4.
Teteskan
sebanyak 5 tetes larutan pada tabung C ke tabung A dan larutan dalam tabung D
ke tabung B
5.
Panaskan
tabung A dan B selama 5 menit dan amati perubahan warna yang terjadi pada
larutan tabung A dan B.
c.
Tes
pembuktian adanya maltase
1.
Sediakan
2 tabung reaksi dan beri label A dan B. Tuangkan reagen benedict ke dalam
tabung tersebut masing-masing 2 ml.
2.
Siapkan
dua tabung lain dan beri label C dan D
3.
Masukkan
larutan maltosa masing-masing 2 ml ke dalam tabung C dan D.Untuk tabung C
tambahkan 1 ml ekstrak usus sedangkan tabung D tambahkan 1ml aquades.Goyang
kedua tabung tersebut selama 5- 10 menit.
4.
Teteskan
sebanyak 5 tetes larutan pada tabung C ke tabung A dan larutan dalam tabung D
ke tabung B
5.
Panaskan
tabung A dan B selama 5 menit dan amati perubahan warna yang terjadi pada
larutan tabung A dan B.
d.
Tes
pembuktian adanya tripsin
1. Siapkan 2 tabung reaksi dan berilah label tabung A dan
B.Masukkan ke dalam tabung masing-masing 1ml putih telur yang sudah
diencerkan.Panaskan kedua tabung tersebut hingga mendidih.
2. Dinginkan kedua tabung tersebut,setelah dingin masukkan 1
ml ekstrak usus ke dalam tabung A dan 1 ml aquades untuk tabung B.Diamkan 5-10 menit.
3. Teteskan masing-masing 5 tetes biuret ke dalam tabung A
dan B. Amati perubahan warna yang terjadi pada masing-masing tabung.
Lakukanlah langkah
di atas untuk organ hati dan lambung.
VI.
PEMBAHASAN
Percobaan ini
bertujuan untuk mengetahui macam-macam enzim pencernaan yang terdapat pada usus
halus, lambung, dan hati ikan mas (Cyprinus
carpio).
a. Lambung
Kebanyakan proses pencernaan pada vertebrata dan invertebrate terjadi
dibagian saluran pencernaan makanan yang secara garis besar dibagi menjadi dua
bagian yaitu lambung dan usus. Almbung menyediakan proses-proses permulaan
pencernaan yang sering memiliki lingkungan asam. Pada vertebrata dan beberapa
invertebrate, lambung juga terus mengaduk makanan. Usus melakukan proses
pencernaan lebih lanjut yang telah dimulai dilambung dan melakukan penyerapan
zat-zat makanan dan air.
Percobaan ini dilakukan
untuk menguji adanya amylase, maltase dan tripsin. Pertama-tama dengan membuat
ekstrak dari Lambung dengan cara ikan
mas yang telah
dibedah pada bagian perutnya. Kemudian mengambil
lambung. Membersihkan lambung yang telah diambil tersebut dengan akuades, kemudian memasukkan organ ke dalam mortar yang telah disiapkan . Selanjutnya, mengambil 20 ml gliserin 50% dan
memasukkannya ke dalam mortar,kemudian lambung, usus halus dan hati masing-masing dihaluskan dengan menambahkan
4-5 tetes toluene,
Pada uji
tes amylase dengan menyiapkan 2 tabung reaksi
yang telah diberi label A dan
B.Menuangkan reagen benedict sebanyak 2 ml pada masing-masing.
Selanjutnya menyiapakan dua tabung lain diberi label C
dan D.Memaasukkan larutan kanji matang encer masing-masing 2 ml ke dalam tabung
C dan D. Pada tabung C ditambahkan 1 ml ekstrak lambung sedangkan tabung D
ditambahkan 1ml aquades. Kedua tabung
digoyang selama 5- 10 menit.Meneteskan sebanyak 5 tetes larutan pada
tabung C ke tabung A dan larutan dalam tabung D ke tabung B
Kemudian memanaskan tabung A dan B selama 5 menit dan
amati perubahan warna yang terjadi pada larutan tabung A dan B. Tabung B
digunakan sebagai kontrol perubahan warna yang terjadi pada tabung A.
Hasil percobaan
pada beberapa kelompok menunjukkan perubahan warna. Pada kelompok dua, tabung A yang telah
dipanaskan tabung A tidak terjadi perubahan warna, sehingga reaksi yang
ditunjukkan negatif (tidak bereaksi), karena warna yangg dihasilkan sama dengan
warna pada tabung B sebagai kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa pada organ
lambung tidak terdapat enzim amylase.
Sedangkan Pada kelompok lima, tabung A yang
telah dipanaskan terjadi perubahan warna
menjadi biru kehijauan sehingga reaksi yang ditunjukkan positif
(bereaksi) karena warna yangg dihasilkan tidak sama dengan warna pada
tabung B sebagai kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa pada organ lambung terdapat enzim amylase.
Pada pengujian uji Maltase,
pertama-tama menyediakan
2 tabung reaksi dan memberi label A dan B.
menuangkan reagen benedict ke dalam tabung tersebut masing-masing 2 ml. Selanjutnya
menyiapkan 2 tabung lain
dan diberi label C dan D. Setelah itu memasukkan larutan maltosa masing-masing
2 ml ke dalam tabung C dan D. Untuk tabung
C ditambahkan 1 ml ekstrak lambung sedangkan
tabung D tambahkan 1 ml akuades. Kemudian mengoyangkan kedua tabung tersebut selama 5-10 menit. Selanjutnya meneteskan
sebanyak 5 tetes larutan dalam tabung C ke tabung A, dan larutan dalam tabung D
ke tabung B.
kemudian memanaskan tabung A dan
B selama 5 menit dan mengamati perubahan warna yang terjadi pada larutan tabung
A dan B.
tabung B sebagai tabung control perubahan warna yang terjadi setelah
dipanaskan.
Hasil percobaan
pada beberapa kelompok menunjukkan perubahan warna. Pada kelompok dua, tabung A yang telah
dipanaskan tabung A terjadi perubahan
warna menjadi biru kehijauan, sehingga reaksi yang ditunjukkan positif
(bereaksi), karena warna yang dihasilkan tidak sama dengan warna pada tabung B
sebagai kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa pada organ lambung terdapat enzim
maltase.
Sedangkan Pada kelompok lima, tabung A yang
telah dipanaskan terjadi perubahan warna
menjadi biru kehijauan sehingga reaksi yang ditunjukkan positif
(bereaksi) karena warna yangg dihasilkan tidak sama dengan warna pada
tabung B sebagai kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa pada organ lambung terdapat enzim maltase.
Pada pengujian uji Tripsin, pertama-tama menyiapkan 2 tabung reaksi dan member
label A dan B. memsukkan ke dalam tabung masing-masing 1 ml putih telur yang
sudah diencerkan. Memansakan kedua tabung tersebut hingga mendidih. Setelah itu mendinginkan kedua tabung tersebut, setelah
dingin memasukkan 1 ml ekstrak lambung ke dalam tabung
A dan 1 ml akuades untuk tabung B, didiamkan 5-10 menit. Kemudian meneteskan
masing-masing 5 tetes reagen biuret ke dalam tabung A dan B. selanjutnya mengamati perubahan warna yang terjadi
pada masing-masing tabung. Tabung B digunakan sebagai control perubahan warna yang terjadi pada
tabung A.
Hasil percobaan
pada beberapa kelompok menunjukkan perubahan warna. Pada kelompok dua, tabung A yang telah
dipanaskan tabung A warnanya menjadi putih kekuningan, sehingga reaksi yang
ditunjukkan positif (bereaksi), karena warna yang dihasilkan tidak sama dengan
warna pada tabung B sebagai kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa pada organ
lambung terdapat enzim tripsin.
Sedangkan Pada kelompok lima, tabung A yang
telah dipanaskan terjadi perubahan warna
menjadi putih bening dan terdapat endapan putih diatas larutan. sehingga reaksi
yang ditunjukkan positif (bereaksi) karena warna yang dihasilkan tidak
sama dengan warna pada tabung B sebagai kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa pada
organ lambung terdapat enzim tripsin.
Percobaan yang
telah dilakukan tidak sesuai dengan teori. Pada hasil percobaan beberapa
kelompok menunjukkan terdapat enzim amylase, maltase dan tripsin. Sedangkan
secara teori, pada lambung tidak terdapat enzim amylase. Karena pada lambung
terdapat enzim pepsin yang berfungsi mengubah protein menjadi pepton. Enzim
musin mukosa protein yang melicinkan makanan. Enzim renin berfungsi mengubah
kaseinogen menjadi kasein. HCl berfungsi membunuh kuman dan bakteri pada
makanan.
b. Usus Halus
Usus halus merupakan organ utama pencernaan dan
penyerapan. Usus halus adalah bagian saluran pencernaan yang paling panjang.
Usus halus adalah organ dimana sebagian besar hidrolisis enzimatik makromolekul
dalam makanan terjadi. Organ ini bertanggung jawab dalam penyerapan sebagian
besar nutrien ke dalam darah.
Percobaan ini dilakukan untuk menguji adanya amylase, maltase dan
tripsin. Pertama-tama dengan membuat ekstrak dari usus halus dengan membedah ikan mas pada bagian perutnya. Selanjutnya, memisahkan usus dari organ lainnya secara
hati-hati. Mengambil usus halus dengan cara
memotongnya dari bagian akhir lambung hingga awal usus besar. Setelah itu, mengambil kantung empedunya dengan
hati-hati dan jangan sampai pecah. Kemudian membersihkan
usus tersebut dengan akuades, dan memasukkan ke dalam mortar. Mengambil 20 ml gliserin 50% dan memasukkannya ke
dalam mortar, haluskan ususnya. Mengambil 4-5 tetes toluene, haluskan kembali.
Pada
pengujian adanya enzim amylase, pertama-tama menyediakan
2 tabung reaksi dan memberi label A dan B. Selanjutnya menuangkan reagen benedict ke dalam
tabung tersebut masing-masing 2 ml. kemudian menyiapkan
2 tabung lain dan diberi label C dan D. setelah itu, memasukkan
larutan kanji matang encer masing-masing 2 ml ke dalam tabung C dan D. Untuk
tabung C ditambahkan 1 ml ekstrak usus
sedangkan tabung D tambahkan 1 ml akuades. Kemudian kedua tabung digoyang tersebut selama 5-10 menit. Selanjutnya meneteskan sebanyak 5 tetes larutan dalam
tabung C ke tabung A, dan larutan dalam tabung D ke tabung B dan memanaskan tabung A dan B selama 5 menit dan
mengamati perubahan warna yang terjadi pada larutan tabung A dan B. tabung B sebagai control
perubahan yang terjadi pada tabung A.
Hasil percobaan
pada beberapa kelompok menunjukkan perubahan warna. Pada kelompok satu, tabung A yang telah
dipanaskan tidak terjadi perubahan warna. warnanya menjadi biru kecoklatan,
sehingga reaksi yang ditunjukkan negatif ( tidak bereaksi), karena warna yang
dihasilkan sama dengan warna pada tabung B sebagai kontrol. Hal ini menunjukkan
bahwa pada organ usus halus tidak terdapat enzim amylase.
Sedangkan Pada kelompok empat, tabung A yang
telah dipanaskan tidak terjadi perubahan warna. Warna yang dihasilkan adalah biru
sehingga reaksi yang ditunjukkan
negatif (tidak bereaksi) karena
warna yang dihasilkan sama dengan warna pada tabung B sebagai kontrol. Hal ini
menunjukkan bahwa pada organ usus halus tidak terdapat enzim amilase.
Pada kelompok
dua SBI, tabung A yang telah dipanaskan tidak terjadi perubahan warna. Warna
yang dihasilkan adalah biru keruh
sehingga reaksi yang ditunjukkan
negatif (tidak bereaksi) karena
warna yang dihasilkan sama dengan warna pada tabung B sebagai kontrol. Hal ini
menunjukkan bahwa pada organ usus halus tidak terdapat enzim amilase.
Pada pengujian uji Maltase,
pertama-tama menyediakan
2 tabung reaksi dan memberi label A dan B.
menuangkan reagen benedict ke dalam tabung tersebut masing-masing 2 ml. Selanjutnya
menyiapkan 2 tabung lain
dan diberi label C dan D. Setelah itu memasukkan larutan maltosa masing-masing
2 ml ke dalam tabung C dan D. Untuk tabung
C ditambahkan 1 ml ekstrak usus sedangkan tabung D tambahkan 1 ml akuades. Kemudian mengoyangkan
kedua tabung tersebut selama 5-10 menit. Selanjutnya meneteskan sebanyak 5 tetes larutan dalam
tabung C ke tabung A, dan larutan dalam tabung D ke tabung B. kemudian memanaskan tabung A dan B selama 5 menit
dan mengamati perubahan warna yang terjadi pada larutan tabung A dan B. tabung B sebagai tabung
control perubahan warna yang terjadi setelah dipanaskan.
Hasil percobaan
pada beberapa kelompok menunjukkan perubahan warna. Pada kelompok satu, tabung A yang telah
dipanaskan terjadi perubahan warna
menjadi cokelat, sehingga reaksi yang ditunjukkan positif (bereaksi), karena
warna yang dihasilkan tidak sama dengan warna pada tabung B sebagai kontrol.
Hal ini menunjukkan bahwa pada organ usus halus terdapat enzim maltase.
Sedangkan Pada kelompok empat, tabung A yang
telah dipanaskan tidak terjadi perubahan
warna. Warna yang diperoleh yaitu hijau
kekuningan sehingga reaksi yang ditunjukkan
negatif ( tidak bereaksi) karena
warna yangg dihasilkan sama dengan warna pada tabung B sebagai kontrol. Hal ini
menunjukkan bahwa pada organ usus halus tidak terdapat enzim maltase.
Pada kelompok
dua SBI, tabung A yang telah dipanaskan
terjadi perubahan warna. Warna
yang diperoleh yaitu merah bata kebiruan sehingga reaksi yang
ditunjukkan positif ( bereaksi) karena warna yangg dihasilkan
tidak sama dengan warna pada tabung B sebagai kontrol. Hal ini menunjukkan
bahwa pada organ usus halus terdapat enzim maltase.
Pada pengujian uji Tripsin, pertama-tama menyiapkan 2 tabung reaksi dan member
label A dan B. memsukkan ke dalam tabung masing-masing 1 ml putih telur yang
sudah diencerkan. Memansakan kedua tabung tersebut hingga mendidih. Setelah itu mendinginkan kedua tabung tersebut,
setelah dingin memasukkan 1 ml ekstrak usus halus
ke dalam tabung A dan 1 ml akuades untuk tabung B, didiamkan 5-10 menit. Kemudian meneteskan
masing-masing 5 tetes reagen biuret ke dalam tabung A dan B. selanjutnya mengamati perubahan warna yang terjadi
pada masing-masing tabung. Tabung B digunakan sebagai control perubahan warna yang terjadi pada
tabung A.
Hasil percobaan
pada beberapa kelompok menunjukkan perubahan warna. Pada kelompok satu, tabung A yang telah
dipanaskan warna yang diperoleh yaitu cokelat, sehingga reaksi yang ditunjukkan
negatif ( tidak bereaksi), karena warna
yang dihasilkan sama dengan warna pada tabung B sebagai kontrol. Hal ini
menunjukkan bahwa pada organ usus halus tidak terdapat enzim tripsin.
Sedangkan Pada kelompok empat, tabung A yang
telah dipanaskan tidak terjadi perubahan
warna. Warna yang diperoleh yaitu putih
menggumpal sehingga reaksi yang ditunjukkan
negatif ( tidak bereaksi) karena
warna yangg dihasilkan sama dengan warna pada tabung B sebagai kontrol. Hal ini
menunjukkan bahwa pada organ usus halus tidak terdapat enzim tripsin.
Pada kelompok
dua SBI, tabung A yang telah dipanaskan
tidak terjadi perubahan warna. Warna
yang diperoleh yaitu putih biru kecoklatan sehingga reaksi yang
ditunjukkan negatif ( tidak bereaksi) karena warna yangg
dihasilkan sama dengan warna pada tabung
B sebagai kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa pada organ usus halus tidak
terdapat enzim tripsin.
Dari hasil percobaan di usus halus, tidak terdapat
enzim amylase dan enzim tripsin. Sedangkan enzim maltase, setelah diuji
terdapat di usus halus meskipun hanya dua kelompok yang dapat membuktikannya.
Namun secara teori terdapat enzim maltase dan tripsin. Usus halus terdapat
enzim enterokinase berfungsi mengaktifkan tripsinogen yang dihasilkan pancreas
menjadi tripsin. Enzim lactase berfungsi mengubah laktosa menjadi glukosa dan
galaktosa. Enzim maltase berfungsi mengubah maltose menjadi glukosa. Enzim
lipase berfungsi mengubah trigliserida jadi gliserol dan asam lemak.
c. Hati
Hati melakukan berbagai fungsi penting dalam tubuh,
termasuk produksi empedu (bile), suatu campuran zat-zat yang disimpan dalam
katung empedu sampai diperlukan. Empedu tidak mengandung enzim pencernaan
tetapi mengandung garam empedu yang bertindak sebagai detergen dan membantu
dalam pencernaan dan penyerapan lemak. Empedu juga mengandung pigmen yang
merupakan hasil sampingan perusakan sel darah merah dalam hati. Pigmen empedu
ini dikeluarkan dari tubuh bersama-sama
dalam feses.
Pada
pengujian adanya enzim amylase, pertama-tama menyediakan
2 tabung reaksi dan memberi label A dan B. Selanjutnya menuangkan reagen benedict ke dalam
tabung tersebut masing-masing 2 ml. kemudian menyiapkan
2 tabung lain dan diberi label C dan D. setelah itu, memasukkan
larutan kanji matang encer masing-masing 2 ml ke dalam tabung C dan D. Untuk
tabung C ditambahkan 1 ml ekstrak hati sedangkan tabung D tambahkan 1 ml akuades. Kemudian kedua tabung digoyang tersebut selama 5-10 menit. Selanjutnya meneteskan sebanyak 5 tetes larutan dalam
tabung C ke tabung A, dan larutan dalam tabung D ke tabung B dan memanaskan tabung A dan B selama 5 menit dan
mengamati perubahan warna yang terjadi pada larutan tabung A dan B. tabung B sebagai control
perubahan yang terjadi pada tabung A.
Hasil percobaan
pada beberapa kelompok menunjukkan perubahan warna. Pada kelompok tiga, tabung A yang telah
dipanaskan terjadi perubahan warna. warnanya menjadi hijau kebiruan, sehingga
reaksi yang ditunjukkan positif
(bereaksi), karena warna yang dihasilkan tidak sama dengan warna pada
tabung B sebagai kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa pada organ usus halus
terdapat enzim amylase.
Sedangkan Pada kelompok satu SBI, tabung A
yang telah dipanaskan terjadi perubahan warna. Warna yang dihasilkan adalah
hijau muda sehingga reaksi yang ditunjukkan
positif (bereaksi) karena warna
yang dihasilkan tidak sama dengan warna pada tabung B sebagai kontrol. Hal ini
menunjukkan bahwa pada organ usus halus terdapat enzim amilase.
Pada pengujian uji Maltase,
pertama-tama menyediakan
2 tabung reaksi dan memberi label A dan B.
menuangkan reagen benedict ke dalam tabung tersebut masing-masing 2 ml. Selanjutnya
menyiapkan 2 tabung lain
dan diberi label C dan D. Setelah itu memasukkan larutan maltosa masing-masing
2 ml ke dalam tabung C dan D. Untuk tabung
C ditambahkan 1 ml ekstrak hati sedangkan
tabung D tambahkan 1 ml akuades. Kemudian mengoyangkan kedua tabung tersebut selama 5-10 menit. Selanjutnya meneteskan
sebanyak 5 tetes larutan dalam tabung C ke tabung A, dan larutan dalam tabung D
ke tabung B.
kemudian memanaskan tabung A dan
B selama 5 menit dan mengamati perubahan warna yang terjadi pada larutan tabung
A dan B.
tabung B sebagai tabung control perubahan warna yang terjadi setelah
dipanaskan.
Hasil percobaan
pada beberapa kelompok tidak menunjukkan perubahan warna. Pada kelompok tiga, tabung A yang telah
dipanaskan warna yang dihasilkan adalah orange, sehingga reaksi yang
ditunjukkan negatif (tidak bereaksi), karena warna yang dihasilkan sama dengan
warna pada tabung B sebagai kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa pada organ usus
halus tidak terdapat enzim maltase.
Sedangkan Pada kelompok satu SBI , tabung A
yang telah dipanaskan terjadi perubahan
warna, warna yang diperoleh yaitu hijau
tua sehingga reaksi yang ditunjukkan
positif ( bereaksi) karena warna yangg dihasilkan tidak sama dengan
warna pada tabung B sebagai kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa pada organ usus
halus terdapat enzim maltase.
Pada pengujian uji Tripsin, pertama-tama menyiapkan 2 tabung reaksi dan member
label A dan B. memsukkan ke dalam tabung masing-masing 1 ml putih telur yang
sudah diencerkan. Memansakan kedua tabung tersebut hingga mendidih. Setelah itu mendinginkan kedua tabung tersebut,
setelah dingin memasukkan 1 ml ekstrak hati
ke dalam tabung A dan 1 ml akuades untuk tabung B, didiamkan 5-10 menit. Kemudian meneteskan
masing-masing 5 tetes reagen biuret ke dalam tabung A dan B. selanjutnya mengamati perubahan warna yang terjadi
pada masing-masing tabung. Tabung B digunakan sebagai control perubahan warna yang terjadi pada
tabung A.
Hasil percobaan
pada beberapa kelompok menunjukkan perubahan warna. Pada kelompok tiga, tabung A yang telah
dipanaskan warna yang diperoleh yaitu keruh , sehingga reaksi yang ditunjukkan
negatif ( tidak bereaksi), karena warna
yang dihasilkan sama dengan warna pada tabung B sebagai kontrol. Hal ini
menunjukkan bahwa pada organ usus halus tidak terdapat enzim tripsin.
Sedangkan Pada kelompok satu SBI, tabung A
yang telah dipanaskan tidak terjadi
perubahan warna. Warna yang diperoleh
yaitu putih keruh kecoklatan sehingga
reaksi yang ditunjukkan negatif ( tidak bereaksi) karena warna yangg
dihasilkan sama dengan warna pada tabung B sebagai kontrol. Hal ini menunjukkan
bahwa pada organ usus halus tidak terdapat enzim tripsin.
Dari hasil
percobaan di hati tidak terdapat enzim amylase, dan enzim tripsin. Namun
terdapat enzim maltase. Hal ini tidak sesuai dengan teori sebab berdasarkan
teori di hati terdapat enzim katalase yang berfungsi untuk melindungi bagian
dalam sel dari kondisi oksidatif dan racun yang bagi kebanyakan organisme
equivalen dengan kerusakannya.
VII.
KESIMPULAN
1.
Enzim pencernaan yang
terdapat pada usus ikan mas (Cyprinus carpio) adalah karboksipeptidase, tripsin, khimotripsin, maltase.
2.
Enzim pencernaan yang
terdapat pada lambung ikan mas (Cyprinus carpio) adalah
pepsin, renin, HCl.
3.
Enzim pencernaan yang
terdapat pada hati ikan mas (Cyprinus carpio) adalah
enzim katalase
VIII. DAFTAR PUSTAKA
Evelyn.1985.Anatomi
dan Fisiologi Manusia untuk Paramedis.Yogyakarta:Esemtia
Kartolo S.1993. Prinsip-Prinsip
Fisiologi Hewan.Jakarta: Depdikbud
Pratiwi.1998.Biologi.Jakarta
:Erlangga
Santosa,Slamet.1996.Petunjuk
Praktikum Fisilogi Hewan.Surakarta: UNS Press
Shanti Lstawati .2000.Petunjuk
Praktikum Fisiologi Hewan.Surakarta:P.biologi F.MIPA UNS
Post a Comment for "Praktikum Biologi Analisis Enzim Pencernaan Hewan"