Model Pembelajaran Team Quiz dalam Active Learning


BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.
Berkenaan dengan model pembelajaran, Bruce Joyce dan Marsha Weil (Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990) mengetengahkan 4 (empat) kelompok model pembelajaran, yaitu: (1) model interaksi sosial; (2) model pengolahan informasi; (3) model personal-humanistik; dan (4) model modifikasi tingkah laku. Kendati demikian, seringkali penggunaan istilah model pembelajaran tersebut diidentikkan dengan strategi pembelajaran.
Selama ini kegiatan yang dilakukan siswa pada saat proses belajar lebih banyak hanya mendengar apa yang disampaikan guru. Komunikasi yang terjadi adalah komunikasi satu arah, yaitu guru kepada siswa. Dengan pembelajaran satu arah dan lamanya jam pelajaran, menimbulkan kebosanan bag siswa, sehingga minat siswa pada pelajaran Biologi berkurang. Minat siswa pada pelajaran Biologi dapat ditumbuhkembangkan sendiri oleh masing-masing siswa dan guru. Disini, guru harus dapat menciptakan suasana yang mnyenangkan dalam proses belajar mengajar.

Menurut Anni (2004:49), tugas guru dalam proses pembelajaran adalah :
1.      Memperlancar siswa dengan cara mengajarkan mambuat informasi bermakna dan relevan
2.      Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan gagasannya sendiri
3.      Menanamkan kesadaran belajar dan menggunakan strategi belajarnya sendiri
Banyak sekali metode pembelejaran yang dapat digunakan dalam proses belajar mengajar. Agar hasil yang dicapai memuaskan diperlukan metode pembeljaran yang tepat, yaitu metode yang dapat membangkitkan minat belajar dan pemahaman siswa terhadap mata pelajaran biologi. Salah satu upaya untuk membangkitkan minat dan pemahaman siswa pada mata pelajaran biologi yaitu dengan penggunaan metode belajar aktif tipe quiz team.
Pembelajaran tipe quiz team merupakan salah satu pembelajaran aktif yang dikembangkan oleh Mel Silberman dimana siswa dibagi kedalam tiga tim. Setiap siswa dalam tim bertanggung jawab untuk menyiapkan kuis jawaban dan tim yang lain menggunakan waktu untuk memeriksa catatannya. Dengan adanya pertandingan akademis ini terciptalah kompetisi antar kelompok, para siswa akan senantiasa berusaha belajar dengan memotivasi yang tinggi agar dapat memperoleh nilai yang tinggi dalam pembelajaran. Dan siswa akan memiliki minat dalam belajar biologi.

B.     Permasalahan

Dalam penulisan ini, kami mengambil permasalahan sebagai berikut :

1.                  Apakah yang dimaksud dengan Active Learning?

2.      Bagaimana penerapan model pembelajaran Team Quiz dalam Active Learning beserta keunggulan dan kelemahannya ?

C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui tentang Active Learning
2.      Untuk mengetahui tentang penerapan model pembelajaran pembelajaran Team Quiz dalam Active Learning beserta keunggulan dan kelemahannya.









BAB II
PEMBAHASAN

1. Strategi Pembelajaran Active Learning
Pembelajaran aktif (active learning) tampaknya telah menjadi pilihan utama dalam praktik pendidikan saat ini. Di Indonesia, gerakan pembelajaran aktif ini terasa semakin mengemuka bersamaan dengan upaya mereformasi pendidikan nasional, sekitar akhir tahun 90-an. Gerakan perubahan ini terus berlanjut hingga sekarang dan para guru terus menerus didorong untuk dapat menerapkan konsep pembelajaran aktif dalam setiap praktik pembelajaran siswanya.
Beberapa kalangan berpendapat bahwa inti dari reformasi pendidikan ini justru terletak pada perubahan paradigma pembelajaran dari model pembelajaran pasif ke model pembelajaran aktif.
Merujuk pada pemikiran L. Dee Fink dalam sebuah tulisannya yang berjudul Active Learning, di bawah ini akan diuraikan konsep dasar pembelajaran aktif. Menurut L. Dee Fink, pembelajaran aktif terdiri dari dua komponen utama yaitu: unsur pengalaman (experience), meliputi kegiatan melakukan (doing) dan pengamatan (obeserving) dan dialogue, meliputi dialog dengan diri sendiri (self) dan dialog dengan orang lain (others)
a.       Dialog dengan Diri (Dialogue with Self)
 Dialog dengan diri adalah bentuk belajar dimana para siswa melakukan berfikir reflektif mengenai suatu topik. Mereka bertanya pada diri sendiri, apa yang sedang atau harus dipikirkan, apa yang mereka rasakan dari topik yang dipelajarinya. Mereka “memikirkan tentang pemikirannya sendiri, (thinking about my own thinking)”, dalam cakupan pertanyaan yang lebih luas, dan tidak hanya berkaitan dengan aspek kognitif semata.
b.  Dialog dengan orang lain (Dialogue with Others) :
Dalam pembelajaran tradisional, ketika siswa membaca buku teks atau mendengarkan ceramah, pada dasarnya mereka sedang berdialog dengan “mendengarkan” dari orang lain (guru, penulis buku), tetapi sifatnya sangat terbatas karena didalamnya tidak terjadi kebalikan dan pertukaran pemikiran dengan siswa lain.


Bentuk lain dari dialog yang lebih dinamis adalah dengan membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil (small group), dimana para siswa dapat berdiskusi mengenai topik-topik pelajaran secara intensif. Lebih dari itu., untuk melibatkan siswa ke dalam situasi dialog tertentu, guru dapat mengembangkan cara-cara kreatif, misalnya mengajak siswa untuk berdialog dengan praktisi, ahli, dan sebagainya. baik yang berlangsung di dalam kelas maupun di luar kelas, melalui interaksi langsung.
c.   Mengamati (Observing) :
Kegiatan ini terjadi dimana para siswa dapat melihat dan mendengarkan ketika orang lain “melakukan sesuatu (doing something)” , terkait dengan apa yang sedang dipelajarinya. Misalnya, mengamati guru sedang melakukan sesuatu. Misalnya, guru olah raga yang sedang memperagakan cara menendang bola yang baik, guru komputer yang sedang membelajarkan cara-cara browsing di internet, dan sebagainya.
Selain mengamati peragaan yang ditampilkan gurunya, siswa juga dapat diajak untuk mendengarkan dan melihat dari orang lain, misalnya menyaksikan penampilan bagaimana cara kerja seorang dokter ketika sedang mengobati pasiennya, menyaksikan seorang musisi sedang memperagakan kemahirannya dalam memainkan alat musik gitar, dan sebagainya. Begitu juga siswa dapat diajak untuk mengamati fenomena-fenomena lain, terkait dengan topik yang sedang dipelajari, misalnya fenomena alam, sosial, atau budaya.
Tindakan mengamati dapat dilakukan secara “langsung” atau “tidak langsung.” Pengamatan langsung artinya siswa diajak mengamati kegiatan atau situasi nyata secara langsung. Misalnya, untuk mempelajari seluk beluk kehidupan di bank, siswa dapat diajak langsung mengunjungi bank-bank yang ada di daerahnya. Sedangkan pengamatan tidak langsung, siswa diajak melakukan pengamatan terhadap situasi atau kegiatan melalui simulasi dari situasi nyata, studi kasus atau diajak menonton film (video). Misalnya unruk mempelajari seluk beluk kehidupan di bank, siswa dapat diajak menyaksikan video tentang situasi kehidupan di sebuah bank.
 d.  Melakukan (Doing):
Kegiatan ini menunjuk pada proses pembelajaran di mana siswa benar-benar melakukan sesuatu secara nyata. Misalnya, membuat desain bendungan (bidang teknik), mendesain atau melakukan eksperimen (bidang ilmu-ilmu alam dan sosial), menyelidiki sumber-sumber sejarah lokal (sejarah), membuat presentasi lisan, membuat cerpen dan puisi (bidang bahasa) dan sebagainya. Sama halnya dengan mengamati (observing), kegiatan “melakukan” dapat dilaksanakan secara langsung atau tidak langsung

Terkait dengan upaya mengimplementasikan konsep di atas, L. Dee Fink menyampaikan terdapat 3 (tiga) saran, sebagai berikut     :
3.      Memperluas jenis pengalaman belajar.
Buatlah kelompok-kelompok kecil siswa dan meminta mereka membuat keputusan atau menjawab sebuah pertanyaan terfokus secara berkala.
Temukan cara agar siswa dapat terlibat dalam berbagai dialog otentik dengan orang lain, di luar teman-teman sekelasnya (di website, melalui email, atau dalam kehidupan nyata).
Dorong siswa untuk membuat jurnal pembelajaran atau portofolio belajar. Guru dapat meminta para siswa untuk menuliskan tentang apa yang mereka pelajari, bagaimana mereka belajar, apa peran pengetahuan yang dipelajarinya untuk kehidupan mereka sendiri, bagaimana hal ini membuat mereka merasa, dan sebagainya.
3.      Mengambil manfaat dari “Power of Interaction.”
Dari keempat bentuk belajar di atas, masing-masing memiliki nilai tersendiri, tetapi apabila keempat bentuk belajar tersebut (Dialogue with Self, Dialogue with Others, Observing, dan Doing) dikombinasikan secara tepat, maka akan dapat memberikan efek belajar yang lebih kaya kepada para siswa.
Para pendukung Problem-Based Learning menyarankan kepada para guru untuk mengawalinya dengan kegiatan “Doing”, dimana guru terlebih dahulu mengajukan berbagai masalah nyata (real problem) untuk diselesaikan oleh siswanya. Kemudian, siswa diminta untuk berkomunikasi dan berkonsultasi dengan rekan-rekan sekelompoknya (Dialogue with Others) untuk menemukan cara-cara terbaik guna memecahkan masalah nyata yang telah diajukan. Setelah para siswa saling berkomunikasi dan berkonsultasi, selanjutnya para siswa akan melakukan berbagai macam bentuk belajar sesuai pilihannya, termasuk didalamnya melakukan Dialogue with Self dan Observing.
3.      Membuat dialektika antara pengalaman dan dialog.
Melalui pengalaman (baik melalui doing dan observing) siswa memperoleh perspektif baru tentang apa yang benar (keyakinan) dan apa yang baik (nilai). Sementara melalui dialog dapat membantu siswa untuk mengkonstruksi berbagai makna dan pemahamannya.
Untuk menyempurnakan prinsip interaksi sebagaimana dijelaskan di atas yaitu dengan melakukan dialektika antara kedua komponen tersebut. Dalam hal ini, secara kreatif guru dapat mengkonfigurasi dialektika antara pengalaman baru yang kaya dan mendalam dengan dialog yang bermakna, sehingga pada akhirnya siswa benar-benar dapat memperoleh pengalaman belajar yang signifikan dan bermakna

2.      Penerapan model pembelajaran Team Quiz dalam Active Learning
Strategi team quiz merupakan salah satu model pembelajaran aktif yang dikembangkan oleh Mel Silberman dalam strategi team quiz dimana siswa dibagi kedalam tiga tim.  Setiap siswa dalam masing-masing tim bertanggung jawab untuk menyiapkan kuis jawaban singkat, dan tim yang lain menggunakan waktunya untuk memeriksa catatannya.
Setiap tim secara bergiliran menjadi pemandu quiz.  Sedangkan tim yang lainnya menjawab pertanyaan yang diberikan oleh tim pemandu quiz.  Teknik tim ini dapat meningkatkan rasa tanggung jawab siswa atas apa yang mereka pelajari dengan cara yang menyenangkan, tidak monoton dan membosankan (Dalvi,  2006: 3).
Menurut Zaini (2007: 57-58) model pembelajaran team quiz ini diawali dengan guru menerangkan materi secara umum, guru memilih topik yang dapat dibagi dalam tiga segmen.  Kemudian siswa dibagi kedalam tiga kelompok, A, B dan C.  Semua anggota kelompok bersama-sama mempelajari materi tersebut. Mereka mendiskusikan materi tersebut dan saling memberikan arahan, saling memberikan pertanyaan dan jawaban untuk memahami mata pelajaran tersebut.  Setelah selesai satu sub pokok bahasan maka diadakan suatu pertandingan akademis, sehingga terciptalah kompetisi antar kelompok, para siswa akan senantiasa berusaha belajar dengan motivasi yang tinggi agar dapat memperoleh nilai yang tinggi dalam pertandingan.
Setelah siswa selesai membahas satu sub pokok bahasan, kelompok A bertugas sebagai pemandu kuis bagi kelompok B dan kelompok C.  Kelompok A menyiapkan pertanyaan-pertanyaan yang kemudian akan diajukan kepada kelompok B, apabila kelompok B tidak bisa menjawab pertanyaan maka pertanyaan akan dilemparkan kepada kelompok C.  Bila kelompok tersebut dapat menyelesaikan soal-soal tersebut dengan benar maka akan memperoleh nilai, demikian pula jika kelompok tersebut dapat menjawab pertanyaan dari soal-soal yang di ajukan kelompok lain yang tidak dapat dijawab oleh kelompok yang bersangkutan.
Semua siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk mengumpulkan nilai bagi kelompoknya.  Setelah beberapa kali pertandingan maka akan diperoleh kelompok yang keluar sebagai pemenang yaitu kelompok yang mendapatkan nilai yang paling tinggi dari kelompok yang lain.
Menurut Silberman (2001, hal.155-156) mengungkapkan prosedur pembelajaran dengan menggunakan strategi team quiz adalah: Guru memilih topik yang dapat di presentasikan dalam tiga bagian, setelah itu siswa dibagi dalam tiga kelompok besar. Guru menjelaskan skenario pembelajaran dan memulai presentasi.  Guru membatasi presentasi sampai 10 menit atau kurang.  Selanjutnya meminta tim A untuk menyiapkan kuis jawaban singkat, sementara itu tim B dan tim C memanfaat waktu untuk melihat lagi catatan mereka.  Selanjutnya tim A memberi pertanyaan kepada tim B.  Jika tim B tidak bisa menjawab pertanyaan, pertanyaan tersebut akan dilempar kepada tim C untuk menjawabnya.  Tim A memberikan pertanyaan kepada tim C, dan mengulangi proses tersebut.  Ketika quiznya selesai, kemudian melanjutkan bagian kedua pelajaran, dan menunjuk tim B sebagai pemandu quiz.  Setelah tim B menyelesaikan kuisnya, lanjukan dengan bagian ketiga pelajaran dan menunjuk tim C sebagai pemandu quiz.
Team quiz ini dapat juga di variasikan sesuai dengan kebutuhan kelas.  Variasi yang dapat dilakukan adalah:  Memberikan tim pertanyaan kuis yang telah dipersiapkan yang mereka seleksi ketika mereka menjadi pemimpin quiz.  Memberikan satu pelajaran yang berkelanjutan.  Membagi siswa kedalam dua tim.  Pada akhir pelajaran kedua tim saling memberi quiz satu sama lainnya.

3.      Kelebihan dan kekurangan Team Quiz :
  1. Kelebihan :
Keunggulan dari metode pembelajaran Quiz Team di atas adalah mampu  menjadikan siswa lebih kritis dan aktif karena selama kegiatannya siswa dituntut untuk mengkritisi materi belajar dan dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran tersebut terkandung unsur KPS (Ketrampilan Proses Sains). Keterampilan Proses Sains tersebut dapat kita lihat dalam proses pembelajaran, terutama untuk Keterampilan Proses Sains Dasar terlihat dalam kekritisan siswa dalam mengamati video dan saling bertukar soal
  1. Kekurangan
Terlalu banyak menggunakan media pembelajaran dan terkadang justru membingungkan siswa dan peran guru tidak terlalu terlibat dalam kegiatan pembelajaran.



























BAB III
PENUTUP
  1. Kesimpulan
1.      Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.
2.      Pembelajaran aktif terdiri dari dua komponen utama yaitu: unsur pengalaman (experience), meliputi kegiatan melakukan (doing) dan pengamatan (obeserving) dan dialogue, meliputi dialog dengan diri sendiri (self) dan dialog dengan orang lain (others)
3.      Strategi team quiz merupakan salah satu model pembelajaran aktif yang dikembangkan oleh Mel Silberman dalam strategi team quiz dimana siswa dibagi kedalam tiga tim.  Setiap siswa dalam masing-masing tim bertanggung jawab untuk menyiapkan kuis jawaban singkat, dan tim yang lain menggunakan waktunya untuk memeriksa catatannya.
4.      Langkah – langkah Model Pembelajara Team Quiz :

a.       Siswa dibagi dalam beberapa kelompok, tiap kelompok terdiri dari 6-7 anggota. Kelompok dipilih secara acak dan heterogen. Pembagian anggota kelompok yang heterogen dimaksudkan agar tidak menimbulkan suatu kesenjangan antar peserta didik sehingga distribusi anggota merata.

b.      Setiap kelompok ditugasi mengamati sebuah video yang berisi materi pembelajaran yang sudah dipersiapkan guru sebelumnya.

c.       Setelah mengamati video tersebut, setiap kelompok maju menjelaskan isi video masing-masing kepada kelompok lain, dan setiap kelompok yang maju bertugas memberi soal pertanyaan kepada kelompok yang belum maju. Sehingga setiap kelompok dapat bertukar soal antara kelompok satu dengan yang lainnya.

d.      Setiap kelompok mengerjakan LKS observasi yang telah disediakan guru sebelumnya, lks ini akan menjadi lembar observasi secara keseluruhan mengenai materi pembelajaran.

e.       Guru membimbing siswa untuk mengevaluasi pembahasan materi LKS secara keseluruhan

f.       Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan materi.

5.      Kelebihan Model Pembelajara Team Quiz
Keunggulan dari metode pembelajaran Quiz Team di atas adalah mampu  menjadikan siswa lebih kritis dan aktif karena selama kegiatannya siswa dituntut untuk mengkritisi materi belajar dan dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran tersebut terkandung unsur KPS (Ketrampilan Proses Sains). Keterampilan Proses Sains tersebut dapat kita lihat dalam proses pembelajaran, terutama untuk Keterampilan Proses Sains Dasar terlihat dalam kekritisan siswa dalam mengamati video dan saling bertukar soal
6.      Kekurangan Model Pembelajara Team Quiz
Terlalu banyak menggunakan media pembelajaran dan terkadang justru membingungkan siswa dan peran guru tidak terlalu terlibat dalam kegiatan pembelajaran.

  1. Saran :
Setelah mengetahui model-model pembelajaran active yang baik, semoga kita dapat lebih mengembangkan kreativitas dan kemampuan sebagai seorang guru dalam mendidik para murid – murid nantinya.

















DAFTAR PUSTAKA

            Dee Fink, L., Active Learning, reprinted with permission of the Oklahoma Instructional Development Program, 1999, diakses dari alamat web

http://www.edweb.sdsu.edu/people/bdodge/Active/ActiveLearning.html

Silberman, Mel, Active Learning, 101 Strategi Pembelajaran Aktif, (terjemahan Sarjuli et al.) Yogyakarta, YAPPENDIS, 2004.

Sugiyanto. 2008. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta : Uns Press


Post a Comment for "Model Pembelajaran Team Quiz dalam Active Learning"