Tembang Macapat merupakan filosofi hidup
tersendiri bagi orang Jawa, sehingga mempunyai urutan judul yang mana disesuaikan
dengan filosofi hidup manusia mulai dari dalam kandungan “kumambang” (Maskumambang)
sampai meninggal di “pocong” (pocung).
Ada 11 filosofi kehidupan manusia
sesuai jumlah tembang macapat itu sendiri, berikuturutannya: Maskumambang, Mijil, Sinom, Kinanthi, Asmarandana, Dhandhanggula, Gambuh, Durma, Pangkur, Megatruh, dan Pocung.
sesuai jumlah tembang macapat itu sendiri, berikuturutannya: Maskumambang, Mijil, Sinom, Kinanthi, Asmarandana, Dhandhanggula, Gambuh, Durma, Pangkur, Megatruh, dan Pocung.
Untuk filosofinya masing-masing tembang macapat silahkan simak seperti simak seperti di bawah ini:
1. Maskumambang
(dalam kandungan)
Tembang Macapat Maskumambang mempunyai filosofi
bayi atau janin yang masih dalam kandungan. Kumambang berarti “ngambang” atau
samar. Dalam bahasa jawa
"kumambang" yang berarti mengambang. Menggambarkan bayi manusia yang
masih mengambang di perut ibunya yang mana belum jelas kepastian lahirnya
maupun jenis kelaminnya.
Contoh tembangnya :
Kelek-kelek biyung sira aneng ngendi
Enggal tulungana
Awakku kecemplung warih
2. Mijil (lahir)
Mijil artinya lahir. Tembang Macapat Mijil filosofinya adalah bayi yang sudah lahir ke dunia,menggambarkan kelahiran bayi. Tembang mijil mempunyai sifat asih dan berisi doa atau pangajab (harapan).
Mijil artinya lahir. Tembang Macapat Mijil filosofinya adalah bayi yang sudah lahir ke dunia,menggambarkan kelahiran bayi. Tembang mijil mempunyai sifat asih dan berisi doa atau pangajab (harapan).
Contoh tembangnya :
Damar katon aywa mati-mati
Sadega keprabon madhangi jagade
Mangka panariking reh sayekti
Ing pati pinganggih
3. Sinom
(muda)
Sinom berasal dari kata “enom” yang berarti muda.
Filosofinya yaitu waktu muda adalah waktu yang tepat untuk mencari ilmu
sebanyak-banyaknya. Dalam bahasa jawa "kanoman" yang berarti muda
atau usia muda. Menggambarkan cerita masa muda yang indah, penuh dengan harapan
dan angan-angan dan mencari ilmu untuk mewujudkannya.
Begitu
juga sisi lain orang muda yang terus berkembang akan menjadi pujaan dan
dambaan orang tua dan keluarga. Orang tua menjadi gelisah, siang malam selalu
berdoa dan menjaga agar pergaulannya tidak salah arah. Walupun badan sudah
besar namun remaja belajar hidup masih susah. Pengalamannya belum banyak,
batinnya belum matang, masih sering salah menentukan arah dan langkah. Maka
segala tindak tanduk menjadi pertanyaan sang bapa dan ibu. Dasar manusia masih enom
(muda) hidupnya sering salah kaprah.
Contoh tembangya :
Amenangi jaman edan
Ewuh aya ing pambudi
Melu edan nora tahan
Yen tan melu anglakoni
Boya kaduman melik
Kaliren wekasanipun
Dilalah kersa Allah
Begja-begjane kang lali
4. Kinanthi
(tuntunan)
Tembang Macapat Kinanthi berasal dari kata
“kanthi” yang mempunyai arti menggandeng atau menuntun. Maksudnya pemuda harus
diarahkan, biasanya pada masa-masa ini pemuda mencari jati dirinya. Dituntun
agar bisa berjalan dalam menempuh kehidupan di dunia. “Dikanthi-kanthi”
(diarahkan dan dibimbing) agar menjadi manusia sejati di mana manusia membentuk
jatidiri dan meniti jalan menuju cita-cita.
Contoh tembangnya :
Anoman malumpat sampun
Prapteng witing nagasari
Mulat mangandhap katingal
Wanodya yu kuru aking
Gelung rusak wor lan kisma
Kang iga-iga kaeksi
5. Asmaradana
(Api cinta)
Tembang Macapat Asmaradana berasal dari kata “asmara”
yang artinya cinta dan “dahana” yang
artinya api. Ya, api cinta Asmaradana, api asmara yang membakar jiwa dan raga. Manusia
mulai tumbuh rasa cinta terhadap lawan jenis yang tentunya sudah menjadi kodrat
manusia. Asmaradana menggambarkan masa di mana manusia dirundung asmara,
dimabuk cinta, dilarutkan dalam lautan kasih. Kehidupannya digerakkan oleh
motifasi harapan dan asa asmara.
Contoh tembangnya :
Gegaraning wong akrami
Dudu bandha dudu rupa
Amung ati pawitane
Luput pisan kena pisan
Lamun gampang luwih gampang
Lamun angel, angel kalangkung
6. Gambuh
(kecocokan)
Tembang Macapat Gambuh berasal dari kata “jumbuh”
yang berarti cocok atau setuju. Bila sudah saling cinta atau cocok, maka dijodohkanlah antara laki-laki dan
perempuan yang sudah mempunyai rasa saling cinta tersebut. Menggambarkan
komitmen manusia yang sudah menyatakan cinta dan siap untuk berumah tangga.
Watak lagu ini kulina lan nepung-nepungke.
Contoh tembang macapat Gambuh :
Ana pocapanipun
Adiguna adigang adigung
Pan adigang kidang adigung pan esthi
Adiguna ula iku
Telu pisan mati sampyoh
7. Dhandhanggula
(senang)
Dhandanggula berasal dari kata dhandhang dan
gula. Dhandhang salah satu alat dapur dan gula simbol manis. Jadi Tembang
Macapat Dhandhanggula mempunyai filosofi tentang manisnya, bahagianya kehidupan berkeluarga. Menggambarkan
keberhasilan membina rumah tagga dan cita-cita yang tercapai. Watak lagu ini luwe
lan ngresepake.
Contoh tembangnya :
Dhuh kusuma ingkang milangoni
Buron anem ingkang sobeng wana
Yen panggih sun arasane
Sumber gung ngisor gunung
Wreksa langking sisaning agni
Sun sandhang pinarenga
Nedya amemanah
Wit saking tresnaning manah
Surya ratri wong kuning sun kawulani
Sun andhep saben dina
8. Durma
(Munduring tata krama)
Durma berasal dari kata “munduring tata krama”.
Filosofi tembang macapat Durma menggambarkan ada kalanya manusia tipis imannya
sehingga mundur (berkurang) kramanya (bisa kesopanan maupun imannya).
Juga dalam cerita wayang purwa dikenal
banyak tokoh dari kalangan “hitam” yang jahat. Sebut saja misalnya Dursasana,
Durmagati,Duryudana. Dalam terminologi Jawa dikenal berbagai istilah
menggunakan suku kata dur/ dura (nglengkara)
yang mewakili makna negatif (awon). Sebut saja misalnya : duraatmoko,
duroko, dursila, dura sengkara, duracara (bicara
buruk), durajaya, dursahasya, durmala, durniti, durta,
durtama, udur, dst. Jadi jelas nama wayang tersebut (yang diawali
“dur”) juga menggambarkan hal negatif dari manusia.
Sehingga bisa juga Tembang macapat Durma diciptakan
untuk mengingatkan sekaligus menggambarkan keadaan manusia yang cenderung
berbuat buruk atau jahat. Manusia gemar udur atau cekcok, cari menang dan
benernya sendiri, tak mau memahami perasaan orang lain. Sementara manusia
cendrung mengikuti hawa nafsu yang dirasakan sendiri (nuruti rahsaning karep).
Walaupun merugikan orang lain tidak peduli lagi. Nasehat bapa-ibu sudah tidak
digubris dan dihiraukan lagi. Lupa diri selalu merasa iri hati. Manusia
walaupun tidak mau disakiti, namun gemar menyakiti hati. Suka berdalih niatnya
baik, namun tak peduli caranya yang kurang baik. Begitulah keadaan manusia di
planet bumi, suka bertengkar, emosi, tak terkendali, mencelakai, dan menyakiti.
Maka hati-hatilah, yang selalu eling dan waspadha.
Contoh tembangnya :
Kae manungsa golek upa angkara
Sesingidan mawuni
Nggawa bandha donya
Mbuwang rasa agama
Nyingkiri sesanti ati
Tan wedi dosa
9. Pangkur
(menjauhi
hawa nafsu)
Pangkur berasal dari kata “mungkur” yang berarti
pergi. Maksudnya yaitu pergi meninggalkan hawa nafsu dan angkara murka. Dalam
bahasa jawa "mungkur" berarti menjauhi. Menggambarkan manusia yang
menyingkirkan hawa nafsu angkara murka, nafsu negatif yang menggerogoti
jiwanya. Juga merenungkan apa yang dilakukan pada masa lalu. Bhkan kadang kaget atas apa yang pernah ia lakukan,
hingga kini yang ada tinggalah menyesali diri. Kenapa dulu tidak begini
tidak begitu. Watak lagu ini sereng
lan tegas.
Contoh tembangnya :
Mingkar mingkuring angkara
Akarana karnaning mardi siwi
Sinawung resmining kidung
Sinuba Sinukarta
Mrih ketarta pakartining ngelmu luhung
Kang tumrap ing tanah jawa
10. Megatruh (kematian)
Berasal dari kata “megat” yang berarti putus dan
“ruh” yang berarti jiwa/roh. Maksudnya yaitu putusnya atau perginya ruh dari
jasad karena sudah waktunya untuk kembali ke Sang Pencipta. Menggambarkan
terlepasnya roh atau kematian manusia. Watak lagu ini nglara lan sedih.
Bisa juga Megatruh itu Megat ruh, artinya
putusnya nyawa dari raga. Jika pegat tanpa aruh-aruh. Datangnya kematian
tiba-tiba. Tanpa kompromi bahkan untuk menyesal saja sudah terlambat, apalagi
untuk memperbaiki diri.
Contoh tembangya :
Sigra milir sng gethek sinangga bajul
Kawandasa kang njageni
Ing miwah sakehing mungkur
Nutugake nggenya plesir
Sang gethek lampahnyo alon
11. Pocung (pocong
“ dipocong”)
Pocung berasal dari kata “pocong” dalam bahasa
jawa "pocong" berarti sudah dibungkus. Menggambarkan kematian manusia
lalu dimandikan, dishalatkan, dan siap dikuburkan.
Dilain sisi Tembang macapat Pocung juga memiliki
watak jenaka, berisi tebak-tebakan dan hal-hal lucu lainnya, tembang
ini juga banyak digunakan untuk memberi nasihat, berisi berbagai ajaran
untuk manusia agar mampu membawa diri agar dapat mengarungi kehidupan secara
harmonis lahir dan batin.
Contohnya tembangnya :
Ngelmu iku kelakone kanthi laku
Lekase lawan kas
Tegese kas nyantosani
Setya budya pangekese dur angkara
Demikian filosofi kehidupan manusia menurut 11 tembang macapat yang kaya
makna. Semoga dapat menambah wawasan dan pelajaran bagi kita.
Post a Comment for "11 Tembang Macapat, 11 Filosofi Kehidupan Manusia"