Para ahli pendidikan sains memandang sains tidak hanya
terdiri dari fakta, konsep, dan teori yang dapat dihafalkan, tetapi juga
terdiri atas kegiatan atau proses aktif menggunakan pikiran dan sikap ilmiah
dalam mempelajari gejala alam yang belum diterangkan. Secara garis besar sains
dapat didefinisikan atas tiga komponen, yaitu (1) sikap ilmiah, (2) proses
ilmiah, dan (3) produk ilmiah. Jadi proses atau keterampilan proses atau metode
ilmiah merupakan bagian studi sains, termasuk materi bidang studi yang harus
dipelajari siswa. Mengajarkan bidang studi sains (IPA) berupa produk atau
fakta, konsep dan teori saja belum lengkap, karena baru mengajarkan salah satu
komponennya.
Komponen sikap ilmiah yang perlu ditumbuhkan antara lain
adalah tanggungjawab, keingintahuan
, jujur, terbuka, obyektif, kreatif,
toleransi, kecermatan bekerja, percaya diri sendiri, konsep diri positif,
mengenal hubungan antara masyarakat dan sains, perhatian terhadap sesama mahluk
hidup, menyadari bahwa kemajuan ilmiah diperoleh dari sudut usaha bersama, dan
menginterpretasikan gejala alam dari sudut prinsip-prinsip ilmiah. Dengan kata
lain pendidikan sains juga bertujuan mengembangkan kepribadian siswa.
Proses dapat didefenisikan sebagai perangkat
keterampilan kompleks yang digunakan ilmuwan dalam melakukan penyelidikan
ilmiah. Proses atau metode ilmiah itu merupakan konsep besar yang dapat dirinci
menjadi sejumlah komponen yang harus dikuasai apabila orang itu hendak
melakukan penelitian dan pengembangan dalam bidangnya. Saintis mengembangkan
teori antara melalui keterampilan proses.
A. Pengertian Keterampilan
Proses Sains (KPS)
Menurut Rustaman (2005), KPS merupakan seperangkat keterampilan
yang digunakan para ilmuan dalam melakukan penyelidikan ilmiah. KPS dapat
dikembangkan melalui pengalaman langsung karena siswa dapat lebih menghayati
proses atau kegiatan yang sedang dilakukan. Keterampilan proses melibatkan
keterampilan intelektual, manual dan sosial. Keterampilan intelektual terlibat
karena dengan melakukan KPS harus menggunakan intelektualnya untuk berpikir. Keterampilan
manual jelas terlibat dalam KPS karena pada saat pembelajaran mungkin mereka melibatkan
penggunaan alat dan bahan, pengukuan, penyusunan, atau perakitan alat.
Keterampilan sosial dimaksudkan agar mereka berinteraksi dengan sesamanya dalam
melakukan kegiatan belajar mengajar, misalnya mendiskusikan hasil pengamatan. Keterampilan
proses perlu dikembangkan melalui pengalaman-pengalaman langsung sebagai
pengalaman belajar. Melalui pengalaman langsung, seseorang dapat lebih
menghayati proses atau kegiatan yang sedang dilakukan.
KPS adalah
kemampuan siswa untuk menerapkan metode ilmiah dalam memahami, mengembangkan
dan menemukan ilmu pengetahuan. KPS sangat penting bagi setiap siswa sebagai
bekal untuk menggunakan metode ilmiah dalam mengembangkan sains serta
diharapkan memperoleh pengetahuan baru atau mengembangkan pengetahuan yang
telah dimiliki (Dahar, 2011). KPS merupakan keterampilan-keterampilan yang
berproses dalam kerja ilmiah, dengan keterampilan proses ini siswa mampu menemukan dan
mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta menumbuhkan dan mengembangkan sikap
dan nilai yang dituntut dari para siswa (Semiawan, dkk., 1992).
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat
disimpulkan bahwa KPS terjadi selama proses pembelajaran berlangsung melalui serangkaian
kegiatan yang melibatkan aktivitas fisik (proses) sebagai upaya menemukan
konsep dan menghasilkan produk dan sikap ilmiah.
B. Jenis-Jenis Keterampilan
Proses Sains dan Karakteristiknya
Jenis
keterampilan proses sains ada dua, yaitu keterampilan dasar dan keterampilan
yang terintegrasi (Toharudin dkk, 2011), sebagai berikut:
1)
Keterampilan Dasar
Keterampilan
dasar yang merupakan bagian dalam membentuk suatu landasan metode ilmiah dan
sangat penting kedudukannya sebagai keterampilan mandiri, tersaji pada Tabel
1.1
Tabel 1.1 Keterampilan Proses Sains Dasar
Keterampilan Proses Sains
Dasar
|
Keterangan
|
Mengamati
(observation)
Mengklasifikasi
(classification)
Mengukur
(measurement)
Menyimpulkan
(inference)
Mengkomunikasikan
(communication)
|
Kemampuan mengamati
merupakan keterampilan paling dasar saat proses memperoleh ilmu, dengan
pengamatan siswa dapat mengumpulkan data dari objek yang diamati.
Klasifikasi bertujuan
mempermudah siswa mempelajari saat kegiatan pengamatan yang dikelompokkan
berdasarkan persamaan, perbedaan, dan hubungan suatu objek.
Mengukur merupakan suatu
keterampilan menggunakan alat untuk memperoleh suatu data ketika melakukan
percobaan.
Keterampilan memutuskan suatu
peristiwa berdasar fakta, konsep, dan prinsip yang telah diketahui melalui
percobaan.
Keterampilan menyampaikan
secara lisan dan tulisan pada forum diskusi berdasar fakta dan konsep yang
disimpulkan.
|
(Sumber:
Toharudin dkk, 2011)
2) Keterampilan Terintegrasi
Keterampilan terintegrasi merupakan perpaduan dua atau
lebih kemampuan keterampilan proses sains dasar, tersaji pada Tabel 1.2
Tabel 1.2 Keterampilan
Proses Sains yang Terintegrasi
Keterampilan Proses Sains Terintegrasi
|
Keterangan
|
Mengidentifikasi variabel
Tabulasi data
Menyajikan data
Merumuskan hipotesis
Menghubungkan antar variabel
Menganalisa penelitian
Mengumpulkan dan mengolah data
Merancang penelitian
Melaksanakan eksperimen
|
Keterampilan
mengenal ciri khas dari faktor suatu objek pengamatan yang ikut menentukan
sebuah perubahan.
Keterampilan
menyajikan data dalam bentuk tabel yang mempermudah pembacaan hasil dari data
pengamatan.
Keterampilan
dalam menyajikan data dalam bentuk tabel, grafik, gambar, maupun tulisan.
Keterampilan
dalam merumuskan dugaan sementara.
Keterampilan
membuat sinopsis atau pertanyaan yang menghubungkan antar faktor yang menentukan
perubahan.
Keterampilan
dalam mengurai pokok persoalan berdasarkan metode yang digunakan.
Keterampilan
dalam melakukan langkah secara urut untuk memperoleh suatu data dan mengolah
data.
Keterampilan
merancang penelitian dengan prosedur yang benar, sehingga penelitian berjalan
dengan baik.
Keterampilan
melakukan percobaan untuk membuktikan teori berdasarkan pengamatan.
|
(Sumber: Toharudin dkk, 2011)
Jenis-jenis keterampilan proses sains menurut Rustaman
(2005), adalah sebagai berikut:
1)
Melakukan pengamatan
(observasi)
Menggunakan
indera penglihat, pembau, pendengar, pengecap dan peraba. Menggunakan fakta
yang relevan dan memadai dari hasil pengamatan juga termasuk keterampilan
proses mengamati.
2)
Menafsirkan pengamatan
(interpretasi)
Mencatat setiap pengamatan,
menghubungkan hasil pengamatan dan menemukan pola keteraturan dari satu seri
pengamatan dan menyimpulkannya.
3)
Mengelompokkan (klasifikasi)
Dalam proses pengelompokkan tercakup
beberapa kegiatan seperti mencari perbedaan, mengontraskan ciri-ciri, mencari
kesamaan, membandingkan, dan mencari dasar penggolongan.
4)
Meramalkan (prediksi)
Keterampilan meramalkan atau prediksi
mencakup keterampilan mengajukan perkiraan tentang sesuatu yang belum terjadi
berdasarkan suatu kecenderungan atau pola yang sudah ada.
5)
Berkomunikasi
Membaca tabel, grafik atau diagram,
menggambarkan data empiris dengan grafik, tabel atau diagram, menjelaskan hasil
percobaan, menyusun dan menyampaikan laporan secara sistematis dan jelas.
6)
Berhipotesis
Hipotesis menyatakan hubungan antara
dua variabel, atau mengajukan perkiraan penyebab sesuatu terjadi. Dengan
berhipotesis diungkapkan cara melakukan pemecahan masalah, karena dalam rumusan
hipotesis biasanya terkadang cara untuk mengujinya.
7)
Merencanakan percobaan atau
penyelidikian
Beberapa kegiatan menggunakan pikiran
termasuk ke dalam keterampilan proses merencanakan penyelidikan. Apabila dalam
lembar kegiatan siswa tidak dituliskan alat dan bahan secara khusus, tetapi
tersirat dalam masalah yang dikemukakan, berarti siswa diminta merencanakan
dengan cara menentukan alat dan bahan untuk penyelidikan tersebut. Menentukan
variabel atau peubah yang terlibat dalam suatu percobaan, menentukan variabel
kontrol dan variabel bebas, menentukan apa yang diamati, diukur dan ditulis,
serta menentukan cara dalam penyusunan rencana kegiatan penelitian perlu
ditentukan cara mengolah data untuk dapat disimpulkan, maka dapat merencanakan
penyelidikanpun terlibat kegiatan menentukan cara mengolah data sebagai bahan
untuk menarik kesimpulan.
8)
Menerapkan konsep atau prinsip
Apabila seorang siswa mampu
menjelaskan peristiwa baru dengan menggunakan konsep yang telah dimiliki,
berarti ia menerapkan prinsip yang telah dipelajarinya. Begitu pula apabila
siswa menerapkan konsep yang telah dipelajari dalam situasi baru.
9)
Mengajukan pertanyaan
Pertanyaan yang diajukan dapat meminta
penjelasan, tentang apa, mengapa, bagaimana, atau menanyakan latar belakang
hipotesis. Dengan demikian jelaslah bahwa bertanya tidak sekedar bertanya
tetapi melibatkan pikiran.
Aspek-aspek keterampilan proses menurut Semiawan (1992)
adalah:
a)
Observasi atau pengamatan;
observasi mencakup perhitungan, pengukuran, klasifikasi, maupun mencari
hubungan antara ruang dan waktu.
b)
Pembuatan Hipotesis
c)
Perencanaan
penelitian/eksperimen
d)
Pengendalian variabel
e)
Interpretasi data
f)
Menyusun kesimpulan sementara
(inferensi)
g)
Meramalkan (prediksi)
h)
Menerapkan (aplikasi)
i)
Mengkomunikasikan.
Adapun aspek-aspek keterampilan proses menurut Dahar
(2011) seperti terdiri atas: mengamati, menafsirkan pengamatan,
meramalkan, menggunakan alat dan bahan, menerapkan konsep, merencanakan
penelitian, berkomunikasi dan mengajukan pertanyaan.
C. Pengukuran KPS
Untuk mengukur keterampilan proses digunakan soal tes
KPS. Berikut karakteristik butir soal KPS, penyusunan butir soal KPS, dan
pemberian skor butir soal KPS menurut Rustaman dkk (2005).
1.
Karakteristik Butir Soal
Keterampilan Proses Sains
Karakteristik
butir soal KPS secara umum lebih ditujukan untuk membedakannya dengan butir
soal biasa yang mengukur penguasaan konsep. Secara khusus karakteristik jenis
keterampilan proses tertentu akan dibahas dan dibandingkan satu sama lain,
sehingga jelas perbedaannya.
a.
Karakteristik umum
Secara umum butir
soal keterampilan proses dapat dibedakan dari butir soal penguasaan konsep.
Butir-butir soal keterampilan proses memiliki beberapa karakteristik. Pertama,
butir soal keterampilan proses tidak boleh dibebani konsep (nonkonsep burdan).
Hal ini diupayakan agar butir soal tersebut tidak rancu dengan pengukuran
penguasaan konsepnya. Konsep dijadikan konteks. Konsep yang terlibat hams
diyakini oleh penyusun butir soal sudah dipelajari siswa atau tidak asing bagi
siswa (dekat dengan keadaan sehari-han siswa). Kedua, butir soal keterampilan
proses mengandung sejumlah informasi yang harus diolah oleh responden atau
siswa. Informasi dalam butir soal keterampilan proses dapat berupa gambar,
diagram, grafik, data dalam tabel atau uraian, atau objek aslinya. Ketiga,
seperti butir soal pada umumnya, aspek yang akan diukur oleh butir soal
keterampilan proses harus jelas dan hanya mengandung satu aspek saja, misal
interpretasi. Keempat, sebaiknya ditampilkan gambar untuk membantu menghadirkan
objek.
b.
Karakteristik khusus
Observasi: harus
dari objek atau peristiwa sesungguhnya.
Interpretasi: harus
menyajikan sejumlah data untuk memperlihatkan pola.
Klasifikasi: harus
ada kesempatan mencari/menemukan persamaan dan perbedaan, atau diberikan kriteria
tertentu untuk melakukan pengelompokan, atau ditentukan jumlah kelompok yang
harus terbentuk.
Prediksi: harus
jelas pola atau kecendrungan untuk dapat mengajukan dugaan atau ramalan.
Berkomunikasi: harus
ada satu bentuk penyajian tertentu untuk diubah ke bentuk penyajian lainnya,
misalnya bentuk uraian ke bentuk bagan atau bentuk tabel ke bentuk grafik.
Berhipotesis: dapat
merumuskan dugaan atau jawaban sementara, atau menguji pemyataan yang ada dan
mengandung hubungan dua variabel atau lebih, biasanya mengandung cara kerja
untuk menguji atau membuktikan. Merencakan percobaan atau penyelidikan: harus
memberi kesempatan untuk mengusulkan gagasan berkenaan dengan alat/bahan yang
akan digunakan, urutan prosedur yang harus ditempu, menentukan peubah (variabel),
mengendalikan peubah.
Menerapkan konsep
atau prinsip: harus memuat konsep/ prinsip yang akan diterapkan tanpa
menyebutkan nama konsepnya.
Mengajukan
pertanyaan: harus memunculkan sesuatu yang mengherankan, mustahil, tidak biasa
atau kontradiktif agar responden atau siswa termotivasi untuk bertanya.
2.
Penyusunan Butir Soal
Keterampilan Proses Sains
Penyusunan butir soal
KPS menuntut penguasaan masing-masing jenis keterampilan prosesnya (termasuk
pengembangannya). Pilihlah
satu konsep tertentu untuk dijadikan konteks. Dengan mengingat karakteristik
jenis keterampilan proses yang akan diukur, sajikan sejumlah informasi yang
perlu diolah. Setelah itu disiapkan pertanyaan atau suruhan yang dimaksudkan
untuk memperoleh respon atau jawaban yang diharapkan. Tentukan pula bagaimana
bentuk respon yang diminta: memberi tanda silang pada huruf a/b/c atau memberi
tanda cek dalam kolom yang sesuai, atau menuliskan jawaban singkat 3 buah, atau
bentuk lainnya.
Umpamanya
akan disusun soal keterampilan observasi tentang bagian-bagian bunga. Berikan
satu tangkai bunga sesungguhnya untuk diperiksa (informasi). Sebaiknya dipilih
bunga yang kontras dan memiliki bau khas. Ajukan pertanyaan mengenai jumlah
kelopak, jumlah dan keadaan daun mahkota bunga, bentuk kepala sari, keadaan
kepala putik, dan ciri khas bunga tersebut. Respon diminta dalam bentuk jawaban
singkat 5 buah berurutan ke bawah dari a sampai e.
3. Pemberian Skor Butir Soal Keterampilan Proses Sains
Sebagaimana butir soal pada umumnya, butir soal keterampilan proses perlu
diberi skor dengan cara tertentu. Setiap respon yang benar diberi skor dengan
bobot tertentu, umpamanya masing-masing 1 untuk soal observasi di atas yang
berarti jumlah skornya 5.
Untuk respon yang lebih kompleks, misalnya membuat pertanyaan, dapat
diberi skor bervariasi berdasarkan tingkat kesulitannya. Umpamanya pertanyaan berlatar-belakang hipotesis diberi skor 3; pertanyaan apa, .mengapa, bagaimana diberi skor 2; pertanyaan yang meminta penjelasan diberi skor 1.
diberi skor bervariasi berdasarkan tingkat kesulitannya. Umpamanya pertanyaan berlatar-belakang hipotesis diberi skor 3; pertanyaan apa, .mengapa, bagaimana diberi skor 2; pertanyaan yang meminta penjelasan diberi skor 1.
DAFTAR
PUSTAKA
Dahar, R. W.
2011. Teori-teori Belajar dan
Pembelajaran. Jakarta: Erlangga
Rustaman,
N.Y., dkk. 2011. Strategi
Belejar Mengejar Biologi. Bandung: Jurusan Pendidikan Biologi FP MIPA
Universitas Pendidikan Indonesia.
Semiawan, C. 1992. Pendidikan Ketrampilan Proses. Jakarta: Gramedia.
Toharudin, U., Hendrawati, S dan Rustaman, H.A.
2011. Membangun Literasi Sains Peserta
Didik. Bandung: Humaniora
By : Istiqomah Wahyu Pratama
Post a Comment for "Keterampilan Proses Sains (KPS)"