Penilaian Umum (General Assessment)



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Dalam dunia pendidikan  sering digunakan istilah pengukuran, penilaian, evaluasi, dan asesmen untuk mengetahui hasil pembelajaran. Banyak yang menganggap pengukuran, penilaian, evaluasi dan asesmen merupakan hal yang sama atau hanya sinonim satu sama lainnya. Namun dalam kenyataannya pengukuran, penilaian, evaluasi dan asesmen memiliki konsep yang berbeda dan masing masing memiliki karakteristik tersendiri.
Walaupun pengukuran, penilaian, evaluasi dan asesmen memiliki konsep dan karakteristik yang berbeda namun memiliki keempatnya saling berhubungan dalam proses penentuan hasil pembelajaran.
Pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi- kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu.
Pertama, dalam proses pembelajaran melibatkan proses berfikir. Kedua , dalam proses pembelajaran membangun suasana dialogis dan proses Tanya jawab terus menerus yang diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berfikir siswa , yang pada gilirannya kemampuan berfikir itu dapat membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan yang mereka konstruksi sendiri.
Oleh karena timbulnya pertanyaan-pertanyaan itu, maka dari itulah kami menyajikan beberapa hal tentang evaluasi pembelajaran yang berfungsi untuk melihat sejauh mana pembelajaran yang selama ini telah kita laksanakan. evaluasi pembelajaran ini menyangkut pemberian tes dan soal soal ujian yang memang telah kita rencakan untuk melihat perkembangan siswa agar dapat kita pantau dengan tepat.
Untuk memperoleh informasi yang tepat dalam kegiatan evaluasi dilakukan melalui kegiatan pengukuran. Pengukuran merupakan suatu proses pemberian skor atau angka-angka terhadap suatu keadaan atau gejala berdasarkan atura-aturan tertentu. Dengan demikian terdapat kaitan yang erat antara pengukuran (measurment) dan evaluasi (evaluation) kegiatan pengukuran merupakan dasar dalam kegiatan evaluasi.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penulisan makalah ini adalah:
1.      Bagaimana konsep pengukuran, penilaian, evaluasi, dan asesmen?
2.      Apakah perbedaan pengukuran, penilaian, evaluasi dan asesmen?
3.      Bagaimana hubungan antara pengukuran, penilaian, evaluasi dan asesmen?

C. Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah tersebut, di dapat tujuan penulisan yaitu :
1.      Untuk mengetahui konsep pengukuran, penilaian, evaluasi, dan asesmen.
2.      Mengetahui perbedaan pengukuran, penilaian, evaluasi dan asesmen.
3.      Mengetahui hubungan antara pengukuran, penilaian, evaluasi dan asesmen.








BAB II
PEMBAHASAN

A.    Konsep Pengukuran, Penilaian, Evaluasi, dan Asesmen
Pengukuran, penilaian, evaluasi, dan asesmen merupakan istilah-istilah yang sangat akrab dengan han evaluasi. Hal tersebut disebabkan karena adanya tes prestasi belajar seringkali dijadikan sebagai satu-satunya alat untuk menilai hasil belajar. Dengan demikian perlu adanya upaya untuk memperkenalkan tentang pengertian dan konsep pengukuran, penilaian, evaluasi, dan asesmen.
1.      Konsep Pengukuran
Measurement atau pengukuran diartikan sebagai proses untuk menentukan luas atau kuantitas sesuatu (Wondt, Edwin, and G.W. Brown, 1957 : 1). Dengan kata lain pengukuran adalah suatu usaha untuk mengetahui keadaan sesuatu seperti adanya yang dapat dikuantitaskan, hal ini dapat diperoleh dengan jalan tes atau cara lain.
Asmawi Zainul dan Noehi Nasution mengartikan pengukuran sebagai pemberian angka kepada suatu atribut atau karakteristik tertentu yang dimiliki oleh orang, hal, atau obyek tertentu menurut aturan atau formulasi yang jelas. Menurut  Zainul dan Nasution (2001) pengukuran memiliki dua karakteristik utama yaitu: 1) penggunaan angka atau skala tertentu; 2) menurut suatu aturan atau formula tertentu.
Pendapat ini sejalan dengan pendapat Suharsimi Arikunto, bahwa mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan satuan ukuran. Pengukuran bersifat kuantitatif.
Hasil pengukuran yang bersifat kuantitatif juga dikemukakan oleh Norman E. Gronlund (1971) yang menyatakan “Measurement is limited to quantitative descriptions of pupil behavior
Pengukuran adalah penentuan besaran, dimensi, atau kapasitas, biasanya terhadap suatu standar atau satuan pengukuran. Pengukuran tidak hanya terbatas pada kuantitas fisik, tetapi juga dapat diperluas untuk mengukur hampir semua benda yang bisa dibayangkan, seperti tingkat ketidakpastian, atau kepercayaan konsumen.
Dalam dunia pendidikan, yang dimaksud pengukuran sebagaimana disampaikan Cangelosi (1995: 21) adalah proses pengumpulan data melalui pengamatan empiris. Proses pengumpulan ini dilakukan untuk menaksir apa yang telah diperoleh siswa setelah mengikuti pelajaran selama waktu tertentu. Proses ini dapat dilakukan dengan mengamati kinerja mereka, mendengarkan apa yang mereka katakan serta mengumpulkan informasi yang sesuai dengan tujuan melalui apa yang telah dilakukan siswa.
Menurut Mardapi (2004: 14) pengukuran pada dasarnya adalah kegiatan penentuan angka terhadap suatu obyek secara sistematis. Karakteristik yang terdapat dalam obyek yang diukur ditransfer menjadi bentuk angka sehingga lebih mudah untuk dinilai. aspek-aspek yang terdapat dalam diri manusia seperti kognitif, afektif dan psikomotor dirubah menjadi angka. Karenanya, kesalahan dalam mengangkakan aspek-aspek ini harus sekecil mungkin. Kesalahan yang mungkin muncul dalam melakukan pengukuran khususnya dibidang ilmu-ilmu sosial dapat berasal dari alat ukur, cara mengukur dan obyek yang diukur.
Pengukuran dalam bidang pendidikan erat kaitannya dengan tes. Hal ini dikarenakan salah satu cara yang sering dipakai untuk mengukur hasil yang telah dicapai siswa adalah dengan tes. Selain dengan tes, terkadang juga dipergunakan nontes. Jika tes dapat memberikan informasi tentang karakteristik kognitif dan psikomotor, maka nontes dapat memberikan informasi tentang karakteristik afektif obyek.

2.      Konsep Penilaian
Penilaian merupakan bagian penting dan tak terpisahkan dalam sistem pendidikan saat ini. Peningkatan kualitas pendidikan dapat dilihat dari nilai-nilai yang diperoleh siswa. Tentu saja untuk itu diperlukan sistem penilaian yang baik dan tidak bias. Sistem penilaian yang baik akan mampu memberikan gambaran tentang kualitas pembelajaran sehingga pada gilirannya akan mampu membantu guru merencanakan strategi pembelajaran. Bagi siswa sendiri, sistem penilaian yang baik akan mampu memberikan motivasi untuk selalu meningkatkan kemampuannya.
Dalam sistem evaluasi hasil belajar, penilaian merupakan langkah lanjutan setelah dilakukan pengukuran. informasi yang diperoleh dari hasil pengukuran selanjutnya dideskripsikan dan ditafsirkan. Karenanya, menurut Djemari Mardapi (1999: 8) penilaian adalah kegiatan menafsirkan atau mendeskripsikan hasil pengukuran. Menurut Cangelosi (1995: 21) penilaian adalah keputusan tentang nilai. Oleh karena itu, langkah selanjutnya setelah melaksanakan pengukuran adalah penilaian. Penilaian dilakukan setelah siswa menjawab soal-soal yang terdapat pada tes. Hasil jawaban siswa tersebut ditafsirkan dalam bentuk nilai.
Menurut Djemari Mardapi (2004: 18) ada dua acuan yang dapat dipergunakan dalam melakukan penilaian yaitu acuan norma dan acuan kriteria. Dalam melakukan penilaian dibidang pendidikan, kedua acuan ini dapat dipergunakan. Acuan norma berasumsi bahwa kemampuan seseorang berbeda serta dapat digambarkan menurut kurva distribusi normal. Sedangkan acuan kriteria berasumsi bahwa apapun bisa dipelajari semua orang namun waktunya bisa berbeda.
Pengertian penilaian ditekankan pada penentuan nilai suatu obyek dikemukakan oleh Nana Sudjana. Ia menyatakan bahwa penilaian adalah proses menentukan nilai suatu obyek dengan menggunakan ukuran atau kriteria tertentu, seperti Baik , Sedang, Jelek. Seperti juga halnya yang dikemukakan oleh Richard H. Lindeman (1967) “The assignment of one or a set of numbers to each of a set of person or objects according to certain established rules
Menurut Suharsimi Arikunto, menilai adalah mengambil keputusan terhadap sesuatu dengan baik, penilaian yang bersifat kuantitatif
Penilaian pada hasil belajar pada dasarnya adalah mempermasalahkan, bagaimana pengajar (guru) dapat mengetahui hasil pembelajaran yang telah dilakukan. Pengajar harus mengetahui sejauh mana pebelajar (learner) telah mengerti bahan yang telah diajarkan atau sejauh mana tujuan/kompetensi dari kegiatan pembelajaran yang dikelola dapat dicapai. Tingkat pencapaian kompetensi atau tujuan instruksional dari kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan itu dapat dinyatakan dengan nilai.

3.      Konsep Asesmen
Istilah asesmen (assessment) diartikan oleh stiggins (1994) sebagai penilaian proses, kemajuan, dan hasil belajar siswa (outcomes). Sementara itu asesmen diartikan oleh Kumano (2001) sebagai “The process of collengting data which shows the development of learning”. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa asesmen merupakan istilah yang tepat untuk penilaian proses belajar siswa. Namun meskipun proses belajar siswa merupakan hal penting yang dinilai dalam asesmen, faktor hasil belajar juga tetap tidak dikesampingkan.
Gabel (1993:388-390) mengkategorikan asesmen kedalam dua kelompok besar, asesmen tradisional dan asesmen alternative. Asesmen yang tergolong tradisional adalah tes benar-salah, tes pilihan ganda, tes melengkapi, dan tes jawaban terbatas. Sementara itu yang tergolong kedalam asesmen alternative (non-tes) adalah essay/uraian, penilaian praktek, penilaian proyek, kuesioner, inventori, daftar Cek, penilaian oleh teman sebaya/sejawat, penilaian diri (self assessment), pertofolio, observasi, diskusi dan interviu (wawancara).
Wiggins (1984) menyatakan bahwa asesmen merupakan sarana yang secara kronologis membantu guru dalam memonitor siswa. Oleh karena itu, maka Popham (1995) menyatakn bahwa asesmen sudah seharusnya merupakan bagian dari pembelajaran, bukan merupakan hal yang terpisahkan. Resnick (1985) menyatakan bahwa pada hakikatnya asesmen menitikberatkan penilaian pada proses belajar siswa. Berkaitan dengan hal tersebut, Marzano et al. (1994) menyatakan bahwa dalam mengungkap konsep yang telah dicapai, akan tetapi juga tentang proses perkembangan bagaimana suatu konsep tersebut diperoleh. Dalam hal ini asesmen tidak hanya dapat menilai hasil dan proses belajar siswa, akan tetapi juga kemajuan belajarnya.

4.      Konsep Evaluasi
Pengukuran, penilaian dan evaluasi merupakan kegiatan yang bersifat hierarki. Artinya ketiga kegiatan tersebut dalam kaitannya dengan proses belajar mengajar tidak dapat dipisahkan satu sama lain dan dalam pelaksanaannya harus dilaksanakan secara berurutan.
Menurut pengertian bahasa kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation yang berarti penilaian atau penaksiran  (John M. Echols dan Hasan Shadily: 1983).
Anne Anastasi mengartikan evaluasi sebagai “A systematic process of determining the extend to which instructional objectives are achieved by pupils” (Anne Anastasi, 1978 : 6). Yang dapat diartikan bahwa evaluasi bukan sekedar menilai suatu aktivitas secara spontan dan insidental, melainkan merupakan kegiatan untuk menilai sesuatu secara terencana, sistematik, dan terarah berdasarkan atas tujuan yang jelas. (Chabib Thoha, 1991 : 1)
Menurut Stufflebeam, dkk (1971) mendefinisikan evaluasi sebagai “The process of delineating, obtaining, and providing useful information for judging decision alternatives”. Artinya evaluasi merupakan proses menggambarkan, memperoleh, dan menyajikan informasi yang berguna untuk merumuskan suatu alternatif keputusan.
Evaluasi adalah kegiatan mengukur dan menilai. Mengukur lebih besifat kuantitatif, sedangkan menilai lebih bersifat kualitatif. Viviane dan Gilbert de Lansheere (1984) menyatakan bahwa evaluasi adalah proses penentuan apakah materi dan metode pembelajaran telah sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Penentuannya bisa dilakukan salah satunya dengan cara pemberian tes kepada pembelajar. Terlihat disana bahwa acuan tes adalah tujuan pembelajaran.
Evaluasi Menurut Suharsimi Arikunto (2004: 1) adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan. Dalam bidang pendidikan, evaluasi sebagaimana dikatakan Gronlund (1990: 5) merupakan proses yang sistematis tentang mengumpulkan, menganalisis dan menafsirkan informasi untuk menentukan sejauh mana tujuan pembelajaran telah dicapai oleh siswa. Menurut Djemari Mardapi (2004: 19) evaluasi adalah proses mengumpulkan informasi untuk mengetahui pencapaian belajar kelas atau kelompok.
Dari pendapat di atas, ada beberapa hal yang menjadi ciri khas dari evaluasi yaitu: (1) sebagai kegiatan yang sistematis, pelaksanaan evaluasi haruslah dilakukan secara berkesinambungan. Sebuah program pembelajaran seharusnya dievaluasi disetiap akhir program tersebut, (2) dalam pelaksanaan evaluasi dibutuhkan data dan informasi yang akurat untuk menunjang keputusan yang akan diambil. Asumsi-asumsi ataupun prasangka. bukan merupakan landasan untuk mengambil keputusan dalam evaluasi, dan (3) kegiatan evaluasi dalam pendidikan tidak pernah terlepas dari tujuan-tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Karena itulah pendekatan goal oriented merupakan pendekatan yang paling sesuai untuk evaluasi pembelajaran.
Kegiatan evaluasi memerlukan penggunaan informasi yang diperoleh melalui pengukuran maupun dengan cara lain untuk menentukan pendapat dan membuat keputusan-keputusan pendidikan. Pendapat dan keputusan tentu saja akan dipengaruhi oleh kesan pribadi dan sistem ilai yang ada pada si pembuat keputusan (Sumadi Suryabrata, 1983 : 33).
Evaluasi memiliki dua kepentingan, yakni untuk mengetahui apakah tujuan pendidikan sudah tercapai dengan baik, dan kedua untuk memperbaiki serta mengarahkan pelaksanaan proses belajar mengajar (Chabib Thoha, 1991 : 5)

B.     Perbedaan Pengukuran, Penilaian, Evaluasi, dan Asesmen
1.      Pengukuran
Pengukuran merupakan pengambilan data dari suatu obyek menggunakan alat ukur dengan tujuan tertentu. Data yang diambil berupa data yang bersifat kuantitatif (Chabib Thaha, 1991 : 3).
2.      Penilaian
Penilaian adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar baik yang menggunakan tes maupun nontes. Pengukuran adalah membandingkan hasil tes dengan standar yang ditetapkan. Pengukuran bersifat kuantitatif. Sedangkan menilai adalah kegiatan mengukur dan mengadakan estimasi terhadap hasil pengukuran atau membanding-bandingkan dan tidak sampai ke taraf pengambilan keputusan. Hasil dari penilaian berupa data yang bersifat kualitatif.
3.      Assesment
Assessment adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam instrumen  untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana proses belajar peserta didik dan ketercapaian kompetensi (hasil belajar) peserta didik. Hasil Assesment  dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif (berupa angka). Assesment proses belajar pada dasarnya adalah menumpulkan data tentang proses pengajar (guru) dalam memberi perlakuan terhadap peserta didiknya. Assesment juga dapat dijadikan dasar dalam memodifikasi metode pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan siswa karena dari assessment akan didapatkan data tentang proses pembelajaran dan masalah yang terjadi di dalamnya.


4.      Evaluasi
Rustaman (2003) mengungkapkan bahwa asesmen lebih ditekankan pada penialain proses. Sementara itu evaluasi lebih ditekankan pada hasil belajar. Apabila dilihat dari keberpihakannya, menurut Stiggins (1993) asesmen labih berpihak pada kepentingan siswa. Siswa dalam hal ini menggunakan hasil asesmen untuk merefleksikan kekuatan, kelemahan, dan perbaikan belajar. Sementara itu evaluasi menurut Rustaman (2003) lebih berpihak kepada kepentingan evaluator.
Yulaelawati (2004) mengungkapkan bahwa terdapat perbedaan antara evaluasi dengan asesmen. Evaluasi (evaluation) merupakan penilaian program pendidikan secara menyeluruh. Evaluasi pendidikan lebih bersifat makro, meluas, dan menyeluruh. Evaluasi program menelaah komponen-komponen yang saling berkaitan tentang perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan. Sementara itu asesmen merupakan penilaian dalam scope yang lebih sempit (lebih mikro) bila dibandingkan dengan evaluasi. Seperti dikemukakan oleh Kumano (2001) asesmen hanya menyangkut kompetensi siswa dan perbaikan program pembelajaran.
Harlen (1982) mengungkapkan perbedaan antara asesmen dan evaluasi dalam hal metode. Evaluasi dinyatakan menggunakan kriteria dan metode yang bervariasi. Asesmen dalam hal ini hanya merupakan salah satu dari metode yang dipilih untuk evaluasi tersebut. Selain dari itu, subyek untuk asesmen hanya siswa, sementara itu subyek evaluasi lebih luas dan beragam seperti siswa, guru, materi organisasi, dll.
Yulaelawati (2004) menekankan kembali bahwa scope asesmen hanya mencakup kompetensi lulusan dan perbaikan cara belajar siswa. Jadi hubungannya lebih pada peserta didik. Ruang lingkup evaluasi yang lebih luas ditunjukkan dengan cakupannya yang meliputi isi atau substansi, proses pelaksanaan program pendidikan, kompetensi lulusan, pengadaan dan pemingkatan tenaga kependidikan, manajemen pendidikan, sarana dan prasarana, dan pembiayaan.
C.     Keterkaitan Pengukuran, Penilaian, Evaluasi, dan Asesmen

Baik dalam proses assesment maupun evaluasi dibutuhkan data yang berasal baik dari proses pengukuran yang berupa data kuantitatif maupun penilaian yang berupa data kualitatif. Dengan mengggabungkan data yang diadapat dari proses pengukuran dan penilaian maka akan didapatkan hasil dari evaluasi ataupun assesmen.
Hasil pengukuran dan penilaian suatu proses pembelajaran yang berisi kekurangan dan kelebihan akan dijadikan dasar assesment yang mengarah ke perbaikan pembelajaran. Sedang hasil dari pengukuran dan penilaian hasil pembelajaran yang bersifat menyeluruh akan mendasari value judgement dari suatu evaluasi.
Sehingga dapat dikatakan bahwa penilaian dan pengukuran merupakan sumber data  dalam suatu pelaksanaan assesmen dan evaluasi.










BAB III
PENUTUP

A. Simpulan

Pengukuran, penilaian, evaluasi, dan asesmen merupakan istilah-istilah yang sangat akrab dengan hal evaluasi, khususnya evaluasi hasil belajar. Pengukuran adalah suatu usaha untuk mengetahui keadaan sesuatu seperti adanya yang dapat dikuantitaskan, hal ini dapat diperoleh dengan jalan tes atau cara lain, sedangkan penilaian adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar yang bersifat kualitatif. Assessment adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam instrumen  untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana proses belajar peserta didik dan ketercapaian kompetensi (hasil belajar) peserta didik yang berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif (berupa angka).  Evaluasi adalah kegiatan mengukur dan menilai. Mengukur lebih besifat kuantitatif, sedangkan menilai lebih bersifat kualitatif
Baik dalam proses assesment maupun evaluasi dibutuhkan data yang berasal baik dari proses pengukuran yang berupa data kuantitatif maupun penilaian yang berupa data kualitatif.
Oleh karena itu keterkaitannya untuk melakukan suatu evaluasi maka kita harus mengetahui apa saja tujuan dari evaluasi, baik tujuan secara umum ataupun khusus. Kita juga harus mengetahui fungsi, manfaat serta prinsip evaluasi, serta persamaan dan perbedaannya agar evaluasi hasil belajar yang akan kita laksanakan bisa berjalan dengan baik dan benar. Semuanya itu sebagai satu kesatuan yang akan menentukan kualitas pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, pendidik dan peserta didik masing-masing berupaya mensukseskan tugas utama mereka masing-masing.

DAFTAR PUSTAKA
Gabel, D.L. (1993). Handbook of Research on Science Teaching and Learning. New York:Maccmillan Company.
Harlen, W. (1983). Guides to assessment in Edication Science. London:Maccmillan Education.
Kumano, Y. 2001. Authentic Assessment andPortofolio Assessment-Its Theory and Practice. Japan:Shizouka University.
Marzano, R.J. et al. (1994). Assessing Student Outcomes: Perfomance Asessment Using the Dimension of Learning Model. Alexandria:Association for Supervison and Curriculum Development.
Popham, W.J. (1995). Classroom Assessment, What Teachers Need it Know. Oxford:Pergamon Press
Resnick, D.P. & Resnick, L.B. (1985). “Standars, Curiiculum, and Performance:A Historical and Comparative Perspektive” Educational Researcher 9, 5-19.
Rustaman, N. (2003). Assessment Pendidikan IPA. Makalah penataran guru-guru NTT di Jurusan Pendidikan Biologi
Stiggins, R.J. (1994). Student-Centered Classroom Assessment. New York:Macmillan Colege Publishing Company
Wiggins, G. (1984). “A True Test:Toward More Authentic and Equitable Assessment” Phi Delta Kappan 70, (9) 703-713
Yulaelawati, E. (2004). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Pakar Raya Jakarta

by : teman hidup saya, Istiqomah Wahyu Pradana 

Post a Comment for "Penilaian Umum (General Assessment)"