Makna Kenduri bagi tradisi Islam Jawa

Makna Kenduri bagi  tradisi Islam Jawa


Makna Kenduri bagi  tradisi Islam Jawa


Dalam serangkaian tradisi kenduri Slametan pada masyarakat Islam tradisional Jawa,  ada 3 unsur sajian menurut tradisi Islam Jawa,  yaitu :
  1. Buceng merupakan akronim dari: yen mlebu kudu sing kenceng (bila masuk harus dengan sungguh-sungguh) ini dibuat dari ketan.
  2. Tumpeng merupakan akronim dalam bahasa Jawa: yen metu kudu sing mempeng (bila keluar harus dengan sungguh-sungguh). 
  3. lauk-pauknya tumpeng, berjumlah 7 macamangka 7 bahasa Jawa pitu, maksudnya Pitulungan (pertolongan). 

Apabila 3 hal tadi digabungkan,maka terkaitlah dengan salah satu surat di Alquran yaitu al Isra' ayat 80: 

"Ya Tuhan, masukanlah aku dengan sebenar-benarnya masuk dan keluarkanlah aku dengan sebenar-benarnya keluar serta jadikanlah dari-Mu kekuasaan bagiku yang memberikan pertolongan".


Menurut beberapa ahli tafsir, doa ini dibaca Nabi Muhammad SAW saat akan hijrah dari  Mekah ke Madinah. Maka bila seseorang berhajatan dengan menyajikan Tumpeng, maksudnya adalah memohon pertolongan kepada Yang Maha Pencipta agar kita dapat memperoleh kebaikan dan terhindar dari keburukan, serta memperoleh kemuliaan yang memberikan pertolongan. Dan itu semua akan kita dapatkan bila kita mau berusaha dengan sungguh-sungguh.

Dalam kenduri, syukuran, atau slametan, setelah pembacaan doa, tradisi tak tertulis menganjurkan pucuk tumpeng dipotong dan diberikan kepada orang yang paling penting, paling terhormat, paling dimuliakan, atau yang paling dituakan di antara orang-orang yang hadir. Ini dimaksudkan untuk menunjukkan rasa hormat kepada orang tersebut. Kemudian semua orang yang hadir diundang untuk bersama-sama menikmati tumpeng tersebut. Dengan tumpeng masyarakat menunjukkan rasa syukur dan terima kasih kepada Tuhan sekaligus merayakan kebersamaan dan kerukunan.


Post a Comment for "Makna Kenduri bagi tradisi Islam Jawa"